Setelah sarapan pagi, saya langsung mengajak Aswan
untuk jalan, rencananya habis jalan-jalan, kita langsung ke Pasar Sentral
Malino lalu kembali ke Makassar. Rencananya saya dan Aswan mau main ke Air
Terjun Takapala yang merupakan satu dari sekian banyak air terjun yang ada di
Malino. Mendengar kami mau
jalan-jalan, Citra dan Nisa mau ikut. Bagi saya, Citra dan Nisa itu lumayan
asik kok diajak jalan, gag ribet dan banyak ini itunya. Singkat cerita kami
berangkat menuju ke Air Terjun Takapala, saya, Aswan, Citra, Nisa dan Ainul.
Sebelumnya saya sudah pernah ke Air Terjun Takapala tahun lalu bersama teman
yang lain. Karena merasa sudah tahu jalan, maka saya langsung mengarahkan Aswan
untuk menuju ke Air Terjun tersebut. Kami meninggalkan parkiran villa menuju
jalan raya, lalu mengambil arah kiri, karena jika arah kanan ke Kawasan Wisata
Hutan Pinus. Aswan melajukan mobilnya, tetapi kok semakin jauh dan tidak ada
tanda-tanda jalanan masuk ke Air Terjun Takapala, bahkan kita sudah melewati
gerbang selamat datang Malino. Daripada tersesat dan kehabisan bahan bakar,
akhirnya saya memutuskan untuk singgah bertanya pada warga. Dan betul kita
salah arah, Air terjun Takapala bukan disini, masih diatas lagi, artinya kita
harus memutar mobil. Berbekal petunjuk dari ibu tadi, dan sekeping ingatan
saya, akhirnya kami menemukan pangkalan ojek yang diatasnya ada petunjuk arah
yang bertuliskan Air Terjun Takapala masuk 4 KM. Dan kami berlima kaget
kemudian tertawa terbahak-bahak, menertawakan kebodohan saya. Karena ternyata
villa kami berada di pinggir jalan menuju Air Terjun Takapala.
Tawa kami semakin riuh ketika lewat di depan villa
kami, saya langsung berkelik bahwa saya sudah lupa-lupa ingat, karena sudah
setahun yang lalu. Perjalanan kami berlanjut menyusuri jalan yang
berkelok-kelok, menanjak dan menurun. Semakin masuk semakin indah pemandangannya
serta semakin sejuk dan bersih udaranya, jalannyapun semakin rusak juga.
Indahnya pemandangan membuat perjalanan melalui jalan yang rusak tak terlalu
mengganggu kami. Aswan mengemudikan mobil dengan pelan-pelan atau bahkan
berhenti ketika berpapasan dengan mobil dari arah berlawanan, karena selain
jalan yang rusak berlubang-lubang ditengahnya, juga kondisi jalan yang sangat
sempit. Karena jika tidak hati-hati bisa mobil kandas atau masuk jurang jika
egois saat ada mobil dari arah berlawanan.
Sudah hampir 20 menit perjalanan kami, akhirnya
kami sudah tiba di depan gerbang masuk Air Terjun Ketemu Jodoh. Jika sudah tiba
di sini artinya air terjun Takapala sudah sangat dekat, mungkin sekitar 100
meter lagi untuk sampai ke gerbangnya. Tetapi kesialan menghampiri kami,
mungkin karena tadi ketika di mobil kami tertawa terus. Mobil truk pengangkut
pasir di depan kami tidak bisa berpapasan dengan mobil kami, karena jalannya sangat
sempit, dan sialnya lagi pas di jalan menurun. Aswan mulai memundurkan mobil,
tetapi masalah belum selesai sampai disitu, karena di belakang mobil kami juga
sudah ada 4 mobil yang berjejer di tengah jalan. Saya langsung turun karena mobil
agak susah untuk mundur sambil menanjak. Masalah mulai terurai ketika dua mobil
sedikit agak menepi di jalur menuju Air Terjun Ketemu Jodoh. Aswan juga agak
meminggirkan mobil ke jalur masuk Air Terjun Ketemu Jodoh. Melihat kondisi
mobil yang agak ceper dan mengingat kondisi jalan masuk ke Air Terjun Takapala
bagaimana susdahnya jika mobil ceper, akhirnya saya menyarankan ke Aswan untuk
ke Air Terjun Ketemu Jodoh saja. Tanpa ba bi dan bu Aswan langsung setuju untuk
merubah tujuan ke Air Terjun Ketemu Jodoh. Dengan pelan, Aswan mengemudikan
mobil menyusuri jalan sempit ke Air Terjun Ketemu Jodoh, karena jika tidak
hati-hati, lagi-lagi bisa masuk ke dalam jurang. Di parkiran sudah terparkir
beberapa mobil dan motor, pertanda di spot Air Terjun Ketemu Jodoh ramai.
Selain karena factor mudah dijangkau, juga dikarenakan karena hari ini adalah
hari libur akhir pekan, sehingga tidak diragukan lagi keramaiannya. Sebelum
masuk, kami harus membayar Rp.3.000 sebagai uang masuk ke air terjun. Entah itu
uang dilarikan kemana, yang jelas kami ikhlas membayarnya, semoga itu kelak
menjadi berkah buat kami.
Dari tempat parkir mobil ke spot utama Air Terjun
Ketemu Jodoh berjarak kurang lebih 100 Meter saja dengan kondisi tanah menurun dengan kemiringan tak lebih
dari 10 derajat. Dengan semangat, kami langsung berjalan menuju spot utama Air
Terjun. Tak ada kata yang mampu terucap selain ucapan syukur dan pujian kepada
Tuhan Sang Perancang segala keindahan ini setelah melihat penampakan Air Terjun
Ketemu Jodoh dari jarak 50 meter. Kami menyempatkan singgah sejenak untuk
mengabadikan momen dalam bentuk gambar melaui kamera handphone. Setelah puas
berjepret-jepret ria, kami melanjutkan perjalanan menuju ke Spot utama Air
Terjun Ketemu Jodoh.
Sesampainya ternyata prediksi kami benar, Spot di
sekitar air terjun sangat ramai. Hiruk pikuk dan riuh rendah suara
mereka-mereka yang sedang asyik bercengkrama menikmati pesona keindahan air
tejun Ketemu Jodoh. Bermacam-macam aktivitas para pengunjung, ada yang hanya
duduk manis menikmati keindahan air terjun, ada yang sibuk selfie dan welfie
bersama sahabat-sahabat mereka, ada yang berenang di kolam alami air terjun,
dan sebagainya. Citra, Nisa dan Ainul hanya duduk diam terpesona dan mengagumi
ciptaan Tuhan yang maha sempurna ini, sementara saya sibuk mengarahkan Aswan
untuk memfoto saya. Salah satu tempat untuk berfoto yang menarik perhatian saya
adalah jembatan bambu penghubung daratan yang terpisah oleh sugai kecil yang
terbentuk oleh aliran Air Terjun Ketemu Jodoh.
Sudah puas berfoto saatnya kita memanjakan diri
dengan berendam dan berenang di kolam alami yang terbentuk oleh benturan air
yang jatuh dari air terjun ini. Airnya lumayan dingin, membuat saya
berteriak-teriak saat pertama kali menceburkan diri ke dalam kolam alami air
terjun tersebut. Kolam alami ini tidak terlalu
luas, luasannya mungkin kurang dari 100 meter persegi. Air
yang jatuh dari ketinggian kurang lebih 20 meter inilah yang membentuk kolam
alami dengan kedalaman yang bervariasi. Tepat dibawah air jatuh, kedalamannya
mencapai hingga 4 meter, sedangkan di bagian tepi lumayan dangkal dengan
kedalaman satu hingga satu setengah meter. Airnya yang jernih sangat saying dibiarkan
jika tidak berenang atau hanya berendam merelaksasikan sel sel kulit yang sudah
mati. Kurang lebih sejam saya dan Aswan berenang, akhirnya kami memutuskan
untuk kembali menuju villa.
Sekian cerita dari perjalanan ke Air Terjun Ketemu
Jodoh, Malino, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan,
Indonesia.
Terima kasih Tuhan atas rancangan-Mu yang maha
indah ini, Terima Kasih Komtek 09 SMFT-UH, Terima kasih Aswan sahabat terbaikku
selama hampir 7 tahun dan semoga sampai kita bercucu persahabatan kami akan
tetap abadi. Akhir kata. “MAKA NIKMAT TUHANMU MANA YANG ENGKAU DUSTAKAN?”
Achyie Sabang
April 2016.