Pulau Samalona: Pulau Cantik di perairan Makassar
Hari
itu tepatnya 13 April 2014, bertepatan dengan hari Minggu, sekitar pukul 7pagi,
kami sudah berkumpul di rumahnya Aswan. Saya, Mely, Asty, Fachry, Sabri, Anto,
Kamal dan tentunya Aswan sudah siap-siap untuk menuju ke dermaga yang terletak
di depan Benteng Rotterdam Makassar. Setelah semua bawaan dinyatakan siap, kami
berdelapan beriringan menggunakan roda dua menuju dermaga. Di sana Wiwin sudah
menunggu. Sekitar 10 menit berkendara melewati jalan-jalan Protokol kota
Makassar, kami sampai di depan Benteng Rotterdam, begitu sampai Wiwin langsung
bergabung dengan kelompok kami, setelah memperkenalkan Wiwin ke yang lainnya,
Sabri yang sebelumnya bertugas untuk mencari penyedia jasa perahu penyeberangan
beraksi. Setelah melalui proses tawar menawar, dan telah terjadi kesepakatan, kami
bersembilan sama-sama menuju ke dermaga.
Wiwin, Aswan,Fachry, Mely, Kamal, Anto, Sabri dan Asti Grufie di dermaga sebelum berangkat |
Oh iyya
hampir lupa, tujuan jalan-jalan kami hari ini yaitu kesebuah pulau kecil di
Selatan Makassar, namanya Pulau Samalona, salah satu tempat wisata Andalan yang
ada di sekitaran kota Makassar. Sambil menunggu perahu yang akan menyeberangkan
kami , yah sudah pastilah jepret sana dan sini, tidak afdol jalan-jalan kalau
tidak berfoto narsis dimana-mana, hahahhahahaha. Dengan sewa Rp 350.000 sebuah
perahu biru bertuliskan AUREL, merapat ke dermaga. Dengan berhati-hati satu
persatu diantara kami naik keperahu.
suasana di dermaga penyeberangan yang ada di depan benteng Rotterdam |
Saatnya berangkat menuju Pulau Samalona
|
Karena yang paling nikmat dalam liburan adalah suasana perjalanannya |
WELCOME
TO PARADISE, SAHABAT…..
Diantara
Sembilan orang, hanya saya, Sabri dan Aswan yang pernah berkunjung kesini, yang
lainnya, Asty, Mely, Wiwin, Fachry, Anto, dan Kamal ini pengalaman pertama
mereka menginjakkan ke Pulau berpasir putih ini. Pantasan mereka sangat takjub
ketika melihat pulau ini. Jangankan mereka, saya saja yang sudah tiga kali
berkunjung kesini, selalu takjub setiap perahu mendekati bibir pantai.
Setelah
memberikansedikit pesan kepada teman
(saya kayak dukun saja, hahahahah, maklum sudah pernah kesini sebelumnya, jadi
tahu sedikitlah bagaimana disini), satu
persatu meloncat dari perahu. Tampak hari itu Samalona sangat ramai. Pulau
Samalona yang secara dministratif terletak di kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso,
Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pulau Samalona, merupakan satu dari sekian
banyak pulau cantik yang terletak di gugusan kepulauan spermonde yang
membentang dari selatan Perairan kota Makassar sampai ke barat Perairan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Dengan jarak tempuh sekitar 13 KM
atau sekitar setengah jam dari dermaga di depan Benteng Rotterdam, maka sangat
wajar jika Pulau yang air pantainya sangat jernih ini Sangat ramai. Samalona
sangat Ramai jika akhir pekan atau hari libur, hari itu bertepatan hari Minggu,
maka keramaian Samalona tak terpungkiri, disini kami bertemu dengan komunitas
Fotografi dari Makassar, beberapa
keluarga yang berlibur kesini, dan juga satu Instansi yang mengadakan Rapat
kerja disini. Oh iyya lupa hari itu juga Kami menemukan 2 bule cantik yang
berjemur di pinggiran pantai Pulau Samalona.
Pantai Pasir putih yang lembut dan air yang jernih, sungguh membuat kami terpesona |
Sesampainya
disini, kami langsung disambut oleh kawanan Ibu-ibu yang menawarkan jasa
penyewaan, mulai penyewaan rumah untuk menginap, penyewaan alat snorkling,
penyewaan balai-balai dan sebagainya. Berhubung kami tidak menginap, maka kami
memutuskan untuk menyewa balai-balai saja. Tarif balai-balai dengan ukuran 1,5
meter x 2 meter ini dipatok Rp 50.000 per balai-balai. Dengan sedikit
kepiawaian menawar, akhirnya kami mendapatkan dua balai-balai hanya dengan uang
Rp.70.000. Balai-balai yang kami sewa, tepat dibawah pepohonan yang rimbun,
sehingga sangat sejuk, di tambah dengan pemandangan Kota Makassar yang jauh di
sana. Sekedar informasi, sewa rumah untuk satu rumah, biasanya dipatok 500.000
permalam, sudah include kamar mandinya yang gratis. Tetapi kalau piawai
menawar, kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah lagi. Di Sini semuanya
serba disewakan, kecuali sumur umum di tengah-tengah pulau dan sebuah Mushola
kecil, yang lainnya semuanya serba bertarif.
Tariff masuk kamar mandi, Rp.10.000 sekali masuk, tetapi jika ingin
lebih murah mending dicarter saja, karena kalau dicarter harganya Cuma Rp.50.000
tidak lebih tidak kurang, sudah mentok.
Bermain Air di pinggir pulau Samalona, Nikmat Tuhan yang tak terdustakan |
Kembali
ke lep…..top…. hahahhahah (saya kayak Tukul Arwana saja, tapi saya lebih gagah
dari Tukul loh,, hahahaha kalau bukan kita yang muji diri sendiri siapa lagi)
iyya kan???
Wiwin, Mely, Kamal dan Asty Kejernihan pantainya bikin tidak tahan untuk main air |
Setelah
meletakkan barang bawaan kami di balai-balai yang kami sewa, kami pun bersiap
untuk bermain air, air laut yang sangat jernih, sangat menggoda kami untuk
bermain air, tidak peduli matahari yang mulai terik. Jika takut hitam, maka ada
baiknya memakai sun block untuk mencegah kulit anda gosong. Pantainya sangat
bagus untuk berenang, sangat landai, kedalamamnya mulai selutut sampai
sepinggang. Didukung dengar airnya yang sangat jernih, membuat semua pengunjung
tergiur untuk berenang. Dengan pasir pantai yang sangat lembut di kaki dan
pantai yang bersih, Sabri, Anto, Fachry dan Kamal memutuskan untuk main bola
dipinggir pantai. Sementara saya Asty, Mely dan Aswan asyik menikmati jernihnya
air. Sesekali kami ke pinggir untuk bermain pasir, tidak puas hanya dengan
berenang, kami menyewa 3 alat snorkling, tariff 1 alat snorkling Rp.20.000,
jika ikut sepatunya Rp.30.000, jika ikut pelampungnya Rp.50.000. Aswan, Mely,
Asti, Fachri, Anto, Sabri dan Kamal bergeser ke pesisir utara pulau, disini
kita dimanjakan dengan spot-spot snorkling yang keren, dan sangat cocok untuk
pemula. Saya dan Wiwin hanya menunggu dib alai-balai sembari menikmati beberapa
snack yang kami bawa dari kota Makassar. Sekedar saran, ada baiknya jika ingin
berkunjung ke Pulau Samalona, membawa snack dan minuman secukupnya, karena
disini harganya gak mahal.
Wiwin yang lagi menikmati angin sepoi-sepoi dengan latar resort di Pulau Samalona |
Berlibur
ke Samalona, tak perlu khawatir masalah fasilitas penunjang. Mulai dari
fasilitas penginapan, kedai, balai-balai, kamar mandi, mushollah, penyewaan
alat-alat snorkling, dan lain sebagainya. Pulau Samalona, memiliki luas lebih
kurang 2 HA, dan berdasarkan papan informasi yang ada di dermaga, pulau ini
dimiliki oleh 8 orang.
Bermain banana boat |
Matahari
semakin terik, tak mengurungkan niat untuk tetap bermain air, seorang
bapak-bapak menghampiri kami, menawari kami untuk naik banana boat, dengan
kapasitas 6 orang dibandrol dengan harga 150.000 sekali jalan, akhirnya Aswan,
Asty, Mely, Sabri, Fachry, dan Kamal sepakat menyewa banana boat untuk
menikmati sensasi perairan pulau Samalona. Semuanya sudah mngenakan pelampung
hijau, dan sudah siap untuk menikmati sensasi banana boat, perahu penarik pun
sudah mulai melaju, tetapi kejadian lucu terjadi, ketika sudah sekitaran 100
meter meninggalkan bibir pantai, perahunya mogok, mesinnya tiba-tiba mati,
alhasil gelak tawa diantara kami yang melihat di pinggir pantai tak terelakkan,
mereka pasti panik. Butuh waktu kurang lebih sepuluh menit untuk memperbaiki
mesin perahunya. Akhirnya perahu pun kembali mlaju, menarik 6 orang teman saya
yang mencengkram kuat-kuat tali pegangan banana boat tersebut. Setelah selesai
berkeliling akhirnya mereka dibawa mendekati pantai, dan sudah pasti dijatuhkan
semua. Hahahhaa. Dengan rasa puas dan senang disertai tawa mereka berenam
merapat ke pantai, menceritakan pengalaman baru yang tak terlupakan. Kami berdelapan menghampiri Wiwin yang lebih
banyak memilih berdiam dib alai-balai. 30 menit jarum panjang bergeser
meninggalkan jarum pendek yang bertengger diangka 11, kami kelaparan, semua
snack dan minuman yang kami bawa, kami lahap dengan nikmat. 30 menit berlalu,
memasuki waktu dhuhur, kami yang basah bergegas menuju sumur umum untuk mandi
bersama, sementara Asty dan Mely menuju ke kamar mandi yang tadi kami carter.
Kami selesai bergantui pakaian dan yang lainnya juga selesai shalat, maka
saatnya untuk menelpon Daeng Sangkala untuk datang menjemput kami.
Foto bersama sebelum kembali ke Makassar |
Sembari
menungu Daeng Sangkala yang katanya baru bisa menjemput kami nanti pukul 1,
maka waktu tak kami sia-siakan untuk mengelilingi pulau eksotik ini, hanya
butuh waktu kurang dari 10 menit untuk mengelilingi pulau ini. Akhirnya kami
memilih spot di sebelah selatan, dengan latar tanggul pencegah abrasi untuk
berjepret-jepret ria lagi. Yah namanya bersenang-senang bersama sahabat, waktu
berlalu tak kami rasakan. Pukul 1 siang bergeser 10 menit, seorang bapak-bapak
berbaju kaos oblong biru dengan kepala penuh uban menghampiri kami, ternyata
bapak ini teman dari Daeng Sangkala, yang diutus untuk memulangkan kami ke
Makassar.
Kamal, Mely, Asty dengan latar tanggul pencegah abrasi pesisir selatan pulau Samalon |
Tak butuh waktu lama untuk berkemas, karena pakaian sebelumnya sudah
dipacking, sisa membereskan sampah-sampah kami. Sampah sudah terkumpul di
tempat yang smestinya, kami bersembilan siap siap menuju ke perahu. Selamat Tinggal
Pulau Samalona, yang cantik, semoga kami bisa kembali menikmati keindahanmu dikala
senja dan menikmati sepinya malammu. Hari ini kami sangat bahagia, apalagi bagi
mereka bagi yang baru pertama kali kesini. Mesin perahu perlahan menderu, semester
demi semester akhirnya perahu semakin jauh meninggalkan pantai Pulau Samalona. Namun
perjalanan pulang tak semulus perjalanan pergi, kelembaban udara yang smeakin
rendah mebuat angin semakin bertiup kencang, ombak tinggi pun tak terhindarkan.
Guncangan ombak sangat terasa. Dengan ketinggian sekitar stengah hingga satu meter
ombak silih berganti menghadang perahu kami, Wiwin Mely Asty mulai ketakutan,
saya juga sebenarnya. Lengan Sabri memerah akibat cengkraman Wiwin yang
ketakutan. Pas di tengah laut, ombak sekitar 1,5 meter menghantam perahu kami,
Wiwin hampir menangis ketakutan. Laju perahu semakin lambat untuk menghindari
guncangan yang sangat kencang. Perjalanan terasa sangat lama, sekitar 55 menit
akhirnya kami tiba dengan selamat di Dermaga depan Benteng Rotterdam. Tak lupa
kami mengucapkan syukur kepada Tuhan, karena kami masih diberi kesalamatan. Dengan
sejuta kenangan dan selembar cerita baru, kami siap menjalani aktivitas kami
esok hari.
NB : Tulisan ini sebagai catatan perjalanan saya di Pulau Samalona, bersama sahabat-sahabat saya, pada tanggal 13 April 2014.
__Achyie Sabang__ 30 Mei 2014 di Makassar