Selasa
27 Mei 2014, bertepatan dengan hari libur nasional Indonesia, memperingati Isra’ dan Mi’raj
Nabi Besar Muhammad SAW. Seperti biasa jauh hari sebelum hari libur sudah ada
beberapa planning untuk trip sehari. Dan pada hari itu, sebuah pantai menjadi
alternative kami, namanya Pantai Punaga. Mungkin agak asing, tetapi pantai ini
pernah menjadi tempat shooting film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang
dibintangi oleh si ganteng Herjunot Ali dan si Cantik Pevita Pearch. Pantai
Punaga Terletak di Desa Punaga, Kecamatan Mangngarabombang, Kabupaten Takalar. Terletak
di sebelah Selatan Kota Makassar, kira-kira kurang lebih 60 KM, dengan kondisi
jalan yang tergolong lumayan bagus, jika tidak macet bisa ditempuh dalam waktu
lebih kurang 1 stengah jam.
Hari
itu saya dan teman-teman rencananya berangkat pagi, sekitaran pukul 09.00 pagi.
Hari itu kami berdelapan, Asty, Mely, Aswan, Echa, Sabri, Pati, Abhy dan Saya
yang fix untuk ngetrip. Dengan modal Duit 70.000 per orang kita siap menikmati
Pantai Punaga. Diantara berdelapan, tidak ada satupun yang pernah mengunjungi
tempat ini. Pokoknya tempat yang baru lah, hanya bermodalkan maps di Tablet
saya dan googling sebelumnya. Meski trip molor sampai pukul 2 siang, kami tetap
semangat. Trip molor karena si Asty ada keperluan pagi itu sampai pukul 12.00
siang.
|
Paty // Mely // Echa // Sabri // Asty // Abhy // Aswan
|
Pukul
2 siang, kami sudah berkumpul di rumahnya Aswan, dijalan Wijaya Kusuma Raya No.
19 Makassar. Setengah jam setelahnya, semua personel sudah duduk cantik dan
duduk tampan di tempat masing2, kamipun cus menuju arah selatan. Stir
dikendalikan oleh Abhy, kamipun menikmati perjalanan ini dengan saling bercanda
dan tertawa. Hampir sejam perjalanan kami sudah memasuki Kabupaten Takalar.
|
Aswan // Sabri // Asty // Abhy // Mely // Echa
Tebing Pantai Punaga
|
Saya
sudah mengutak-atik Samsung Tablet yang saya bawa untuk mencari petunjuk
perjalanan, dimana kami harus belok atau kami harus belok kemana. 15 menit
selepas Kota Takalar di Poros Takalar – Jeneponto, Habibi membelokkan mobil
hitam yang kami rental ke arah kanan. Di situ kami disambut oleh sebuah
gerbang, saya lupa apa tulisan di Gerbang tersebut. Pantai Punaga dari Gerbang
tersebut masih sekitaran 12 KM.
|
Bercengkrama sambil menunggu matahari terbenam
|
Petualangan
dimulai. Kami disuguhkan dengan pemandangan yang membuat kami berdecak kagum,
yang membuat kami tak henti-hentinya memuji kebesaran Tuhan. Sesungguhnya Tuhan
Maha Indah dan Mencintai Keindahan. Di sebelah kiri jalan, kami disuguhkan
dengan pemandangan lahan yang ditumbuhi rerumputan dan dijadikan tempat
pengembalaan sapi dan kuda, itu membuat kami seolah-olah ada di Flores atau di
Afrika. Sedangkan di sebelah kanan, kami disuguhkan dengan birunya laut yang
menyatu dengan kaki langit. Pemandangan yang maha sempurna. Kami tak henti-hentinya
memuji keMahaBesaran Tuhan.
|
Menikmati angin sepoi-sepoi khas pinggir pantai
|
Perjalanan
12 KM tak terasaa hingga kami memasuki Desa Punaga, kembali saya mengutak-atik
samsung tablet di tangan saya, Lokasi Pantai Punaga tidak jauh lagi. Sekitar 5
menit, Abhy memarkirkan mobil di Sebuah tanah lapang,
SELAMAT
DATANG DI PANTAI PUNAGA, SETITIK SURGA DI SELATAN SULAWESI
|
Mungkin dia lagi galau
|
Kami
hanya bisa bengong dan takjub melihat keindahan yang Tuhan desain di Bumi
Takalar ini.Kegiatan berenang di pantai ini, agak-agak tidak layak, karena
banyak komoditi rumput laut. Selain itu pantainya lumayan dangkal, mungkin
karena pengaruh surut. Tetapi justru itu yang kami suka, kami memang hanya
mengejar spot foto dan incaran kami adalah sunsetnya.
|
Menikmati apa yang alam sajikan untukku
|
Oh iyya,
sekedar saran, jika ingin jalan-jalan di Pantai Punaga, silakan bawa bekal
sebanyak-banyaknya, Karena disini tidak ada penjual ataupun warung kaki lima. Saking
asiknya berfoto ria, tak terasa sunset sudah di ambang mata. Dan lagi-lagi kami
hanya bisa takjub dan bengong.
WAWWWWW PERFECTOZZZHHHHHHH.
|
ARIEL KW SUPER lagi berpose
|
Setelah menikmati
sunset, kamipun berkemas untuk meninggalkan Pantai Punaga, kami bahagia, kami
senang, kami puas, dan selembar kisah kembali kami tulis dalam lembar
perjalanan kami. 45 Menit meninggalkan pukul 18, Abhy memacu si Hitam menuju
Kota Makassar, kembali ke rumah masing-masing. Tetapi kata Aswan yang dulu KKN
di Takalar, tidak afdol ke Takalar kalau tidak mencicipi Bakso Raksasa khas
Takalar. Setibanya di Takalar sesuai arahan Aswan kamipun menuju sebuah Warung
Bakso, lumayan ramai. Dan rasanya hmmm bikin lidah bergoyang.
Kami
puas, kami bahagia, kami senang dan tentunya kami Kenyang. Selanjutnya kami
menuju Makassar dengan segala rasa bahagia di hati, dan tentunya kita punya
foto yang bisa di pamer. Hahahhahahahahah
PARADE SUNSET
|
SILUET
|
Terima
Kasih Punaga, Terima kasih Tuhan atas segala Keindahan Maha dahsyat-Mu. Terima
kasih Para Pahlawanku yang telah merebut Indonesia dari tangan para penjajah,
dan kini saya sadar bahwa kalian berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia,
karena kalian ingin mewariskan negeri yang maha indah ini kepada kami, karena
kalian ingin membuat kami menikmati Indahnya Negeri ini dengan rasa aman, tanpa
takut akan bom bardir, tanpa akut akan suara tembakan. Sekali lagi terima kasih
para Pahlawanku. Terima kasih Indonesiaku,
|
Sebelum Pulang, mari kita mengabadikan moment ini
|
Saya Mencintai Indonesia dengan
sepenuh Ragaku, Indonesia Indah, jangan biarkan dirimu galau dan terbelenggu. Mari
kita menikmati Keindahan alam dan budaya Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar