Hangatnya sinar mentari pagi menyambut kedatangan kami di Kota Labuan
Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Semua rasa lelah
sirna ketika kami turun dari kapal Tilong Kabila, kapal yang membawa kami
mengarungi laut Flores dari Kota Makassar ke Kota Labuan Bajo selama 18 jam.
|
Pelabuhan Makassar dengan Latar Kapal Tilong Kabila |
Sesampainya di Labuan Bajo, kami langsung menuju ke Hotel Siola, untuk
menyimpan barang bawaan kami. Pucuk dicinta ulam tiba, ternyata kami diizinkan
untuk check in, walaupun masih sekitar pukul 08.00 pagi. Selesai check in dan
mengatur barang, selanjutnya mencari pengganjal perut. Di sudut jalan Kampung
Ujung, kami menemukan penjual aneka kue tradisional dan nasi kuning. Sambil
memilih kue dan menunggu pesanan nasi kuning dibuatkan, kami
berbincang-bincang, dan ternyata mereka dari Sulawesi Selatan. Orang Pangkep.
Jadilah suasana semakin hangat. Perut sudah kenyang waktunya mengeksplor Labuan
Bajo darat dan sekitarnya.
|
Suasana di atas kapal |
|
Menunggu sunset di atas kapal |
|
Hello Flores |
|
Flores, kami datang |
Sebelum mengeksplor untuk memudahkan, otomatis kami
butuh transportasi, transportasi yang simple dan irit itu motor, yap tempat
penyewaaan motor. Letaknya di sekitaran pelabuhan Labuan Bajo. Dengan uang
75.000 Rupiah, motor berhasil kami bawa kabur selama 24 jam alias disewa.
Setelah berembuk, jadilah pilihan kami berempat adalah Cancar di Kabupaten
Manggarai Tengah. Cancar itu adalah sawah dengan bentuk seperti sarang
laba-laba jika dilihat dari atas bukit. Perjalan kami berjalan lancar,
menikmati jalan yang mendaki dan berkelok-kelok membuat perjalanan ini semakin
memanjakan kami.
|
Pelabuhan Labuan Bajo |
Menurut yang punya penyewaan motor, dari Labuan Bajo ke Cancar hanya
butuh sejam perjalanan. Tetapi kejanggalan terjadi ketika kami sudah berkendara
lebih sejam. Jangankan ada tanda-tanda sudah dekat ke Cancar, bahkan memasuki
Kabupaten Manggarai Tengah juga belum, kami masih di Lembor. Mitha jadi kesel,
karena sudah pukul 12 lewat kami masih di perjalanan, sehingga demi kenyamanan
bersama kami memutuskan untuk singgah di sebuah warung makan, sekedar ngopi dan
istirahat sejenak sembari menanyakan jarak dan waktu yang masih harus kami
jalani jika ingin ke Cancar.
|
Selamat Datang di Labuan Bajo |
Ketegangan sempat terjadi, karena Mitha yang
lumayan terbawa perasaan. Dia kesal karena waktu sudah menunjukkan pukul 1
siang, sementara kami ingin kembali ke Labuan Bajo lagi untuk melihat sunset
alias matahari terbenam. Mitha takutnya kami tidak bisa sampai di Labuan Bajo
sebelum matahari terbenam. Sebenarnya saya setengah-setengah, antara mau lanjut
menuju Cancar atau kembali saja ke Labuan Bajo untuk melihat sunset. Akhirnya
saya mengalah, karena saya yang mengajak Mitha kesini, saya mengalah untuk
kembali saja ke Labuan Bajo, ke hotel istirahat lalu mencari tempat melihat
sunset yang keren. Namun keajaiban terjadi setelah dia selesai makan, dia
mengajak kami untuk berangkat, saya langsung menyanggah bahwa tiidak usah
buru-buru, toh ini baru pukul 1 siang, kita masih punya waktu 3-4 jam untuk
tiba di Labuan Bajo, dia menjawab, ayo kita lanjut ke Cancar. Akhirnya
perjalanan menuju Cancar kami lanjutkan.
|
Kehangatan bersama warga Flores |
Memasuki Kabupaten Manggarai Tengah, kami disambut oleh cuaca yang
kurang bersahabat, awan hitam memayungi sepanjang perjalanan kami semenjak
memasuki kawasan Manggarai Tengah, hingga hujan deras tak dapat kami hindari.
Sehingga mau tyidak mau saya dan Topan harus singgah untuk berteduh di rumah
warga, karena kami tak memakai jas hujan. Sementara Mitha dan uncle Japh kami
tidak tahu singgah dimana berteduh. Tuan rumah tempat kami singgah berteduh
sangat baik, sangat hangat menyambut kedatangan kami, bahkan si bapak mengajak
kami masuk ke dalam rumahnya untuk ngopi sejenak. Dengan alasan merepotkan,
kami menolak ajakan bapak tersebut secara halus dengan alasan menunggu teman,
siapa tahu lewat dan tidak melihat keberadaan kami jika kami masuk ke dalam.
Setelah hampir 20 menit menunggu, kami memutuskan untuk kembali dan menunda
mimpi kami ke Cancar. Karena secara logika sudah tidak memungkinkan untuk ke
Cancar, melihat kondisi cuaca yang tidak pantas. Hujan deras, kabut dan awan
hitam yang memayungi Manggarai Tengah memaksa kami untuk mengalah pada
kenyataan. Dengan berat hati kami memutar balik motor menuju Labuan Bajo
sembari mencari keberadaan Mitha dan Uncle Japh. Kami menemukan motor mereka
terparkir di depan rumah warga, kami berhenti lalu mencari keberadaan mereka
diantara rumah-rumah warga.
|
Lokal, hanya saya dan kucing itu |
Mereka berteduh di rumah salah satu warga yang
habis melakukan acara adat, acara adat yang masih merupakan prosesi terakhir
dalam rangkaian sebuah acara pernikahan. Tuan rumah langsung mebuka pintunya
setelah melihat keberadaan kami di luar dan mengajak kami masuk ke dalam rumah.
Kami berbaur dengan mereka, hampir 20 orang lelaki dewasa. Kami tak serta merta
bisa mereka terima, kami pun tak lepas dari interogasi mereka. Pertanyaan
mereka macam-macam, mulai dari tujuan dan misi kami ke Cancar, keluarga kami di
Cancar, asal kami, dan seabrek pertanyaan interogasi lainnya. Setelah mereka
mendengar penjelasan kami, saatnya mereka yang bercerita panjang lebar, hingga
belasan cangkir kopi yang mengepul asapnya dan 4 piring kue keluar dari dalam
bilik diantar oleh 3 ibu-ibu. Tanpa malu-malu kami langsung menyesak kopi panas
tersebut, dingin yang menjalari tubuh kami terhangatkan oleh secangkir kopi
panas buatana ibu-ibu tadi. Kopi asli tanah Flores, yang mereka namakan kopi
Manggarai, ditanam di kebun sendiri, dipetik dan diolah secara tradisional
hingga menjadi serbuk kopi yang siap diseduh dengan air yang mendidih. Tidak
perlu diapa-apakan untuk menjadikannya kopi yang bercita rasa enak, dengan cara
tradisonal yang masih menjadi kearifan local mereka mampu menghadirkan cita
rasa kopi yang senantiasa membuat kami rindu akan Kopi Manggarai. Penyuguhannya
pun menggunakan gelas yang terbuat dari kaleng almunium, sehingga menambah khas
cita rasa kopi Manggarainya. Hujan di luar sudah mulai meredah, jam digital
menunjukkan sudah hampir pukul 2. Dengan mengucapkan banyak terima kasih kami
berempat pamit untuk melanjutkan perjalanan kami kembali ke Labuan Bajo.
|
Sunset Labuan Bajo |
Sekita pukul 4 sore kami tiba kembali di Labuan Bajo setelah melewati
drama perjalanan yang sangat seru, dari menerobos hujan deras hingga bensin
hampir habis dan semua uang dititip di motor uncle Japh. Berdasarkan hasil
googling saya waktu masih di Makassar, saya mengajak Topan, Uncle Japh dan
Mitha ke salah satu café yang banyak sekali direkomendasikan oleh beberapa
blogger yang sudah pernah ke Labuan Bajo. Kafe Paradise. Beberapa blogger
mengeluarkan statement bahwa belum sah ke Labuan Bajo jika tidak berkunjung ke
Kafe Paradise. Ketika kami tiba, suasana kafe masih agak lengang, mungkin
karena belum pukul 5 sore. Kami disambut oleh waites kafe, yang semuanya
laki-laki dan hampir semuanya berambut gimbal.
Karena kafe masih lengang,
sehingga kami masih bebas memilih tempat duduk. Kami memilih posisi yang
langsung menghadap ke laut, untuk menyaksikan keindahan matahari terbenam versi
Labuan Bajo. Menunggu matahari terbenam kami menikmati cemilan dan minuman yang
kami pesan, semakin lama semakin banyak pengunjung yang datang, tetapi tak
satupun pengunjung yang warga Negara Indonesia selain kami berempat. WAWWWW.
Posisi kafe yang terletak diatas bukit menjadikan kafe ini semakin sempurna
untuk menyaksikan matahari terbenam. Matahari Labuan Bajo perlahan turun,
pancaran sinar keemasan yang terbias oleh air laut semakin mendramatisir dan
memanjakan mata kami. Dengan latar pelabuhan Labuan Bajo dan beberapa pulau
yang berbukit-bukit membuat kami mengakui opini beberapa traveler bahwa Labuan
Bajo menjadi salah satu kota nomor wahid dengan kecantikan matahari terbenamnya. Dan
setelah sekian lama menyaksikan sunset, akhirnya ada pemandangan sunset yang
menyaingi sunset Pantai Losari, Kota Makassar, Sunset Kota Labuan Bajo.Sunsetnya bikin susah move on. Labuan Bajo Aku Rindu. Tetapi bagaimanapun, sunset Labuan Bajo dan sunset Pantai Losari Makassar sama-sama memiliki keindahan dan kecantikan tersendiri yang akan terkenang bagi para penikmat sunset.
|
Teman menikmati Sunset |
|
Kopi Flores dan Sunset |