Sabtu, 11 Februari 2012

Karakteristik Getaran Pada Beberapa Bahan Kayu


    Karakteristik Getaran Pada Beberapa Bahan Kayu
Beberapa pengujian telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik dari beberapa jenis kayu. Hal ini sebagai langkah awal untuk dapat menggantikan elemen yang terbuat dari bahan logam. Pengujian terhadap beberapa jenis kayu lain sebagia bahan pembanding telah cukup banyak dilakukan dan dari hasil pengujian tersebut didapatkan sifat-sifat yang berbeda-beda. Berikut akan dituliskan beberapa hasil pengujian terhadap bahan lain utamanya bahan dari kayu yantg berbeda yang dapat digunakan sebagai bahan perbandingan terhadap bahan kayu yang diuji pada pengujian ini.
    1.   Kayu Eboni
           Eboni (Diospyros celebica) merupakan salah satu jenis kayu dari family Ebonaceae dan merupakan jenis kayu mewah. Kayu Eboni dikenal juga sebagai kayu hitam karena memiliki teras kayu berwarna hitam dengan garis-garis merah coklat. Sejak dahulu, kayu Eboni banyak digemari orang karena memiliki tekstur kayu yang halus dan merata, dengan teras kayunya yang indah dan sangat awet.
Eboni (Diaspyros celebica) merupakan salah satu jenis flora endemik yang ada di pulau Sulawesi, dengan daerah penyebaran di Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Saat ini diperkirakan penyebaran habitat Eboni paling selatan adalah di wilayah Maros (Sulawesi Selatan), sedangkan bagian utara di daerah Tomini dan Toli-Toli (Sulawesi Tengah). Jenis kayu Eboni biasanya tumbuh di punggung-punggung bukit sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut, dengan jenis tanah seperti: tanah kapur, batu-batuan dangkal maupun tanah latosol. Pohonnya lurus dan tegak dengan tinggi sampai dengan 40 meter. Diameter batang bagianbawah dapat mencapai 1 meter, sering dengan banir (akar papan) besar. Kulit batangnya beralur, mengelupas kecil-kecil dan berwarna coklat hitam. Pepagannya berwarna coklat muda dan di bagian dalamnya berwarna putih kekuning-kuningan. (Martawirya A, Kartasujana I, Kadir K & Prawira S A, 1989).
Kayu eboni biasanya digunakan sebagai bahan meubel (meja, kursi, dll), patung, ukiran, hiasan dinding, alat music, kayu lapis mewah seperti dibuat parket yakni lembaran kayu berbentuk persegi yang juga disebut ubin kayu, karena berfungsi sama seperti ubin/keramik lantai dan juga biasanya digunakan sebagai bahanh utama dalam pembuatan komponen-komponen/elemen-elemen dari kapal laut (perahu). Karakteristik kayu ini bila kita tinjau dari masalah getaran yakni: Gaya Eksiter resonansi (Fres), besarnya gaya eksiter yang terjadi pada saat resonansi adalah 0,9940 N. Frekuensi sudut resonansi 78,5 rad/s, faktor peredam 0,0287, kekakuan gaya Eboni 19.506,26 N/m, m,assa balok 3,1645 kg. koefisien redaman kritis 496,9747 Ns/m, dan koefisien redaman sebesar 14,2445 Ns/m (Naharuddin,2005).
2.   Kayu Ulin
Kayu ulin atau kayu besi atau biasa disebut kayu bulian (Eusideroxillon zwageri, family Lauraceae). Umumnya tinggi pohon dewasa antara 30-35 m dan diameter batang antara 60-120 cm, berbanir sampai tinggi 4 m, lebar 10 m, dan tebal 15-40 cm, kulit luar berwarna coklat kemerah-merahan samp[ai coklat tua. (Martawirya A, Kartasujana I, Kadir k & Prawira S A, 1989).
Pada hutan alam, Ulin bercampur dengan jenis kayu lainnya, oleh karenanya jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya maka tinggi batangnya relative pendek. Pohon Ulin (kayu besi) dapat dijumpai di kawasan hutan primer tua dan hutan campuran. Daerah penyebaran Ulin di Indonesia tidak begitu luas, terdapat frekuensi kecil di Sumatera Selatan yaitu Palembang, Jambi, Indra Giri, Bangka, Belitung, seluruh daerah Kalimantan dan Tawi-Tawi di Philipina. Kalimantan Timur merupakan daerah penyebaran Ulin dengan frekuensi terbesar.
Untuk perdagangan setempat, kayu Ulin dapat berupa balok besar, balok tiang dengan berbagai ukuran sesuai dengan kegunaannya, yaitu tiang menara, tiang listrik, tiang telephon, papan lantai, papan dinding, pagar, sirap rumah dan kegunaan lainnya. Di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, Ulin banyak digunakan untuk pagar.
Karakteristik kayu ini bila kita tinjau dari masalah getaran yakni : Gaya Eksiter resonansi (Fres), besarnya gaya eksiter yang terjadi pada saat resonansi adalah 7,4340 N, Frekuensi sudut resonansi 214,6754 rad/s, Faktor peredam 0,0084313 kekakuan balok kayu Ulin 138.654,657 N/m, massa balok 3,0086 kg. Koefisien redaman kritis 1.291,761 Ns/m dan koefisien redaman sebesar 10,9812 Ns/m (Bustamin & Farham, 2005).  
3.   Kayu Bayam
Ciri-ciri dari kayu bayam ini hamper sama dengan cirri-ciri yang dimiliki oleh kayu ulin, bahkan biasanya jika kita tidak mendapatkan kayu ulin maka kayu bayam yang digunakan sebagai penggantinya. Kayu jenis ini sangat keras, tetapi tidak memiliki penampilan (urat) yang indah. Batang pohon ini cukup tahan terhadap serangan rayap dan penggerek batang, juga memiliki ketahanan terhadap perubahan cuaca serta air laut. Di luar itu, banyak manfaat yang bias diperoleh dari kayu bayam, diantaranya : kayu sebagai bahan baku konstruksi pada tiang-tiang, pintu, jendela, dan sering pula digunakan sebagai rangka atap.
Karakteristik kayu ini bila ditinjau dari masalah getaran yakni : Gaya Eksiter resonansi (Fres), besarnya gaya eksiter yang terjadi pada saat resonansi  adalah 6,3859 N, Frekuensi sudut resonansi 198,9675 rad/s, Faktor peredam 0,0078404, kekakuan balok kayu bayam 119.043,559 N/m, massa balok 3,0070 kg. Koefisien redaman kritis 1.196,6131Ns/m dan koefisien redaman sebesar 9,3820Ns/m (Bustamin & Farham, 2005).
4.   Kayu Jati
Pohon jati (Tectona Grandis, family Verbenacea) adalah pohon yang berusia panjang, batangnya lurus dan tinggi menjulang hingga sampai 45 m, diameternya dapat mencapai 220 cm tetapi pada umumnya hanya berkisar 50 cm, kayunya keras, berserat halus dan bertekstur agak kasar dan tidak merata. Tempat tumbuhnya bisa dimana saja kecuali di tanah berawa, dareah penyebarannya di Indonesia antara lain : seluruh Jawa, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Maluku, Nusa Tenggara Barat dan Lampung(Martawirya A, Kartasujana I, Kadir K & Prawira S A, 1989).
Jati termasuk jenis kayu yang keras dan awet. Selain itu tampilan uratnya juga begitu menawan. Kayu jati termasuk jenis kayu keras yang bernilai tinggi dan sangat diminati di dunia. Kayu jati Jawa terkenal sejak berabad yang lalu karena kualitasnya. Kekuatan kayu, warna kecoklatan indah, serat yang unik dan ketahanannya terhadap segala jenis cuaca tidak tertandingi oleh jenis kayu lain. Selain tidak mudah patah akibat benturan dengan benda metal, kayu jati juga tidak terlalu banyak membutuhkan perawatan.
Karena ciri-cirinya tersebut, kayu jati banyak digunakan untuk bahan baku pintu, rangka jendela, interior dan eksterior furniture, lantai atau flooring, ukuran, dll. Bahkan di beberapa negara, kayu jati digunakan untuk decking kapal atau yachts.
Karakteristik kayu ini bila kita tinjau dari masalah getaran yakni : Gaya Eksiter resonansi (Fres), besarnya gaya eksiter yang terjadi pada saat resonansi adalah 5,7314 N, frekuensi sudut resonansi 188,4955 rad/s, Faktor peredam 0,0074007 kekakuan balok kayu jati 106.832,877 N/m, massa balok 3,0067 kg, Koefisien redaman kritis 1.113,5323 Ns/m dan koefisien redaman sebesar 8,3889 Ns/m(Bustamin & Farham,2005).
5.   Kayu Enau
Enau (Arenga pinnata) termasuk jenis palma (famili Arecaceae), berakar kuat dan menjalar ke mana-mana. Enau mempunyai banyak manfaat bagi manuisia, antara lain: dapat menghasilkan nira sebagai bahan untuk pembuatan gula aren, buahnya dapat digunakan untuk kolang-kaling, ijuk digunakan untuk resapan air dan sapu.
Enau biasanya tumbuh dan berkembang biak dengan baik di hutan-hutan dari wilayah Asia tropis, enau diketahui menyebar alami mulai dari India Timur, disebelah barat hingga sejauh Malaysia, Indonesia dan Philipina di sebelah timur. Di Indonesia, enau tumbuh liar atau ditanam, sampai ketinggian 1.400 meter di atas permukaan laut (mdpl), biasanya di lereng-lereng atau tebing sungai. Tingginya dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang dikenal sebagai ijuk.
Karakteristik kayu ini bila kita tinjau dari masalah getaran yakni : Gaya eksiter resonansi (Fres), besarnya gaya eksiter yang terjadi pada saat beresonansi adalah 0,5346 N, frekuensi sudut resonansi 52,333 rad/s, Faktor peredam 0,0437 kekakuan balok enau 8.300,1485 N/m, massa balok 3,0306 kg, Koefisien redaman kritis 317,2033 Ns/m dan koefisien redaman sebesar 13,8618(Agustinus Pasule,2005).

1 komentar: