Kamis, 04 Juli 2019

Pengalaman Pertama Ke Selayar dan City Tour Selayar (Lingka-Lingka ri Silajara', Tarima Kasi' Silajara').



Kabupaten Kepulauan Selayar, merupakan kabupaten paling selatan Sulawesi Selatan yang berada di tengah-tengah Laut Flores. Kabupaten ini terdiri dari beberapa Pulau ada yang berpenghuni dan ada pula yang tidak berpenghuni. Untuk akses menuju ke Selayar bisa melalui jalur udara, jalur laut, maupun jalur darat-laut. Jalur udara bisa ditempuh dari Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin Maros, Makassar ke Bandar Udara H. Aroeppala Selayar, dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit menggunakan pesawat ATR, penerbangan setiap hari, dengan maskapai Transnusa ataupun Wings Air. Jalur laut bisa ditempuh dari Pelabuhan Soekarno Hatta menggunakan kapal ferry, dengan waktu tempuh kurang lebih 2 hari 2 malam, hal ini dikarenakan banyaknya pulau-pulau kecil yang disinggahi sebelum sampai ke Selayar. Adapun jalur darat-laut yakni dengan menggunakan mobil bus ataupun travel dari kota Makassar, jika menggunakan bus bisa mengambil bus di terminal Mallengkeri, Makassar, biasanya berangkat tengah malam. Sedangkan jika menggunakan mobil travel, sisa telpon lalu dijemput di rumah. Perjalanan darat dari kota Makassar ke Pelabuhan penyeberangan Bira di Kabupaten Bulukumba, selanjutnya perjalanan dilanjutkan menggunakan kapal ferry menuju pelabuhan penyeberangan Pamatata Kabupaten Selayar, jika cuaca bersahabat waktu tempuh dari Bira ke Selayar biasanya kurang lebih 150menit, selanjutnya sambung perjalanan darat dari Pelabuhan Pamatata ke Kota Benteng kurang lebih 45 menit. Kabupaten Selayar identik dengan Taman Nasional Taka Bonerate, taman nasional yang tersohor dengan keindahan bawah-lautnya dan merupakan kawasan atol terbesar ketiga di dunia, setelah kepulauan Marshall dan Maladewa. Tetapi untuk saat ini saya tidak akan bercerita tentang Taman Nasional Takabonerate, saya hanya ingin bercerita tentang pengalaman saya selama di Kota Benteng.
Kapal Ferry sesaat setelah bertolak dari pelabuhan Bira, Bulukumba
Kapal Ferry sedang berlabuh di Pelabuhan Pamatata, Selayar.

Berangkat ke Selayar secara mendadak, sendiri dan tanpa keluarga di Selayar adalah pengalaman baru bagi saya. Bermodalkan seorang kenalan di Instagram yang mengajak saya ikut trip ke Pulau Polassi yang lagi happening, akhirnya saya tiba di Selayar dalam kondisi tetap tampan walaupun harus menempuh jalur darat dan laut selama kurang lebih 7 jam. Singkat cerita akhirnya kami bertemu di terminal Kota Benteng. Dengan ramah saya disambut. Kesan sebagai teman yang baru kenal dan bertemu seolah tidak ada, bahkan serasa bertemu dengan keluarga atau sahabat lama. Saya diajak ke kostnya untuk beristirahat, tak perduli perut yang lapar, saya lebih memilih untuk tidur menghilangkan rasa kantuk dan mengembalikan stamina yang sempat terkuras. Ketika saya bangun, hari sudah sore, sayapun diajak untuk city tour, di sekitaran kota Benteng.
Bandar Udara H. Aroeppala, Selayar.
Dari Selayar ke Makassar dengan Transnusa Air.
Spot pertama yang kami tuju adalah Taman Pusaka. Taman Pusaka ini sejenis alun-alun, tempat berkumpul, dengan ikon utamanya adalah patung Gong Nekara, pusaka kebanggaan Selayar, bagaimana tidak Gong Nekara ini merupakan tertua, terbesar dan satu-satunya di dunia. Terletak di jantung kota Benteng, ibukota Kabupaten Selayar. Taman ini merupakan salah satu tempat terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam atau sunset. Taman Pusaka mirip dengan Pantai Losari di Makassar, ataupun Pantai Seruni Kota Bantaeng. Setiap hari selalu ramai dikunjungi oleh warga kota Benteng, baik tua maupun muda, baik muda mudi yang masih memadu kasih, maupun keluarga yang bercengkrama dengan keluarganya. Tempat ini sangat bersih, tidak ada pengamen, dan tidak ada tukang parkir. Jadi tempat ini sangat rekomended kalau berkunjung ke Selayar. Menikmati matahari terbenam dengan segelas pop ice yang murah meriah ataupun dengan semangkok bakso akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan saat berkunjung ke Taman Pusaka.
Selfie di Taman Pusaka sambil menunggu sunset

Setelah puas menikmati suasana senja di Taman Pusaka, ternyata baru nyadar bahwa seharian belum makan apa-apa. Teman langsung mengajak saya untuk ke Kawasan Wisata Kuliner Selayar. Letaknya tidak terlalu jauh dari Taman Pusaka, hanya sekitaran 5 menit, berdekatan dengan Pelabuhan Benteng. Terdapat beberapa warung, mulai dari warung jawa, penjual aneka jus hingga warung penyedia makanan khas Kabupaten Selayar, Nasi Santan dan hidangan Seafood seperti ikan, cumi dan udang. Kami datang pada saat belum terlalu ramai, sehingga masih bebas memilih tempat. Kami memilih sebuah warung bertuliskan WARUNG MAMA MIA, mungkin yang punya warung mamanya Mia, atau entahlah. Hahahahhaha. Sebuah warung yang posisinya menyudut dengan beberapa tempat makannya pas berada dipinggir tanggul pantai. Saya memilih meja yang pas berada di tanggul pantai sambil menikmati langit jingga yang baru saja mengantarkan matahari menuju peraduannya. Perpaduan yang sempurna. Menikmati sepiring nasi santan dengan ikan bakar dan ikan goreng tepung berlatarkan langit jingga menjadi pengalaman tak terlupakan di Selayar. Soal harga tidak usah ragu, murah sampai membuat mata saya terbelalak. Soal rasa, percayalah bahwa lidah tak pernah berbohong dijamin lidah bergoyang, nasi santannya sangat gurih dan ikannya sangat lezat, apalagi disediakan 3 macam sambel, sambel racak mangga, sambel dabu-dabu dan sambel cobek terasi. Untuk penikmat seafood khususnya ikan bakar ataupun ikan goreng, tempat ini sangat direkomendasikan. Seporsi nasi santannya hanya dihargai Rp.5.000, kalau dibandingkan dengan porsi nasi sari laut di Makassar, porsinya 2kali lebih banyak. Soal harga ikannya relatif, dari harga Rp.15.000 hingga harga Rp.80.000 menyesuaikan dengan besar dan jenis ikannya. Tetapi bagi saya harga tersebut sangat murah jika dibandingkan dengan makan di restoran seafood di Makassar, kualitas ikannya pun jauh lebih segar. Saya di Selayar selama 3 malam dan setiap malam ke tempat ini untuk makan malam. Malam terakhir saya bahkan kalap, sampai makan nasi santannya 2 porsi. Hahahahahha. Nasi Santan dan Ikan Bakar serta Ikan Goreng Tepung


Ikan Bakar
Pulang dari Wisata Kuliner, sekitaran pukul 8 malam, rasanya terlalu pagi jika langsung tidur. Teman mengajak ke salah satu kafe tempat nongkrong anak muda kekinian Selayar yang lagi happeningnya, nama kafenya Coffee House atau CH. Terletak di Jalan Rauf Rahman, Kota Benteng, Selayar. Kafe ini lumayanlah untuk ukuran kota kabupaten, tempatnya lumayan choosy, ada live musik, menu minumannya pun bervariasi, seperti kafe di kota besar. Saya pun penasaran dengan green tea nya. Harganya Rp.18.000, pesanan sayapun datang, tidak sabar ingin mencobanya dan langsung saya coba. Setelah saya coba, ternyata green teanya jauh dari ekspektasi saya. Live musiknya pun semakin malam semakin kafe rasa kondangan, hanya di Selayar ada acara dangdutan di kafe. Untuk nilai, Coffee House saya beri nilai 7.
Malam kedua di Benteng, teman saya mengajak saya ke sebuah kedai kopi, nama kedainya Kedai Kopi Nongkrong, soal tempat tidak sebesar kafe CH, suasana santai, bersahaja langsung terasa pas saya masuk di kedai kopi ini, menunya hanya dua, kopi susu dan kopi hitam. Meskipun peralatannya tak sekeren dan secanggih kopi-kopi shop di kota besar, dan tidak pakai filosofi-filosofian untuk membuat dan menikmatinya, tetapi saya merasa sangat puas di tempat ini, kopi hitam hanya dihargai Rp.5.000, kopi susu Rp.8.000, sangat murah. Yang datang, mulai dari yang muda sampai yang tua, semuanya berbaur menikmati kopi racikan Bang El. Keakraban sangat terasa di kedai ini. Mungkin karena tidak ada embel-embel kekiniannya dan tanpa filososfi-filosofiannya sehingga semuanya berbaur tanpa sekat. Selain itu disisi lain kedai merupakan tempat jualan istri bang El, ada nasi kuning dan songkolo, yang dijamin enak dan murah. Songkolo hanya dihargai Rp.10.000, itu sudah pakai lauk ayam dan abon kelapa. Nasi kuningnya mulai dari harga Rp.10.000 tergantung jenis lauknya. Juga menerima ketering. Kedai Nongkrong hanya berjarak sekitar 20 meter dari Coffe House alias berdekatan, di Jalan Rauf Rahman. Untuk nilai saya hadiahi 8,5.
View dari Warung Mama Mia, gimana gak lahap makannya.
Malam terakhir, saya diajak ke Cheetos, agak jauh melepir ke arah utara, tepatnya di jalan Sudirman. kesan pertama saya, WAW. Mulai dari masuk, suasana elegan langsung terasa, apalagi ketika masuk ke dalam ruangan bebas asap rokok. Saya langsung memilih duduk di bar, sambil nanya-nanya ke mbak yang menjadi pelayan kafe, setelah membaca menunya, sayapun bertanya menu yang recommended, mbaknya hanya ngaha, alais ngomong A? Ha? Tunggu teman saya yah. Kesan kocak sudah mulai terasa di kafe ini. Si teman yang mbaknya tunggu akhirnya datang, sayapun mengulang pertanyaan sama, minuman rekomended, ekspresi mbaknya lebih lucu dari mbak yang satu, bahkan kembali nanya ke mbaknya yang tadi ngaha. Hahahhahahahhaha, asli lucu. Alhasil sayapun menggigit bibir saya sambil menahan tawa, supaya mbak-mbaknya tidak tersinggung. Setelah menjelaskan menu rekomended itu apa, mbaknya hanya melongo, dan sayapun masih penasaran dengan green tea Kota Benteng. Untuk green tea di cheetos kafe lumayan sesuai ekspektasi saya. Seorang teman lain pun datang, tak perlu lama untuk menunggu pesanannya datang, karena kami duduk di meja bar, pas di depan 2 mbak pelayan kafe yang sedari tadi dijamin kesal pada kami. Kekocakan mbak-mbaknya pun berlanjut saat teman yang baru datang meminta password WIFI kafe tersebut, dengan nada dan ekspresi sinis mbak yang ngaha tadi memberikan kami password di selembar kertas lengkap dengan penjelasan mengenai password tersebut, dari huruf besar hingga spasi yang digunakan. Karena jaringan Indosat di kota ini lumayan ngadat, akhirnya kami bertiga mencoba WIFI tersebut, dan kocaknya semua tidak bisa tersambung dengan keterangan kesalahan autentifikasi. Kami pun mengaduh ke mbaknya, jawaban mbaknya sangat keren, “hape kalian rusak”, kami bertga langsung ngakak, dan menjawab, “masa hape kami bersamaan rusak”, sayapun menimpali “kalau memang hape saya rusak, sekarang saya keluar beli hape baru”. Hahahahhaha. Setelah dicoba dan dicoba, satu teman sudah bisa tersambung, sisa kami berdua. Setelah hampir sejam menunggu, dan pengunjung sudah beberapa yang pulang akhirnya bisa juga tersambung. Ternyata WIFInya over user. Kekocakan-kekocakan lain pun tak putus hingga kami harus pulang. Tapi bagaimanapun saya sangat senang di kafe ini. Kafe ini saya hadiahi juga nila 8,5.
abang2 ketjehnya Selayar.
Coffee House
Itulah pengalaman seru saya selama di Benteng 4 hari 3 malam. Jatuh cinta dengan kota kecil di Ujung selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini.  Tarima kasi’ Silajara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar