Jika
kamu orang yang suka jalan-jalan atau traveling, pasti sering mendapat
tanggapan dan pertanyaan-pertanyaan yang menggemaskan dari beberapa orang, baik
teman kantor, teman sosaial media bahkan keluargamu. Termasuk saya yang selalu
mendapatkannya jika habis traveling ke suatu tempat. Wajar sih, soalnya sudut
pandang dan selera orang kan beda-beda. Berikut tanggapan mereka dan pertanyaan
mereka ke saya.
Pulau Padar Taman Nasional Komodo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Tmur |
Kata
orang, orang yang suka jalan-jalan itu kerjanya cuma menghabiskan uang. Iya
juga sih. Tetapi yang menjadi pertanyaan, apakah yang tidak suka jalan-jalan
itu tidak menghabiskan uang? Iya yah, menghabiskan uang juga. Hanya saja cara
mereka menghabiskan uangnya berbeda. Masing-masing dari mereka menghabiskan
uang dengan caranya sendiri. Mereka yang tidak jalan-jalan menghabiskan uang
dengan ke mall, ke bioskop, ke café, ke tempat nongkrong, ke tempat karaokean,
ke coffe shop, gadget yang selalu uptodate, berbelanja pakaian bermerek, dan
lain-lain. Sementara yang suka jalan-jalan, mereka menghabiskan uangnya dengan
mendatangi pantai, mendaki gunung, mengunjungi air terjun, diving, snorkeling,
berolahraga offroad, mengunjungi kampung tradisional, masuk hutan,
berpanas-panasan, berhujan-hujan dan tidak takut kulit belang, terbakar hingga
lecet. Jadi suka jalan-jalan ataupun tidak suka jalan-jalan sama saja
menghabiskan uang. Hanya saja cara mereka yang membedakannya.
Kepulauan Sombori, Morowali, Sulawesi Tengah |
Kata
orang, orang yang suka jalan-jalan uangnya banyak. Iya, memang mereka yang suka
jalan-jalan banyak uangnya. Karena jalan-jalan itu butuh uang, kecuali jika
jalan-jalannya karena menang undian, atau giveaway atau endorse atau memang
sebagai guide dan sebagainya. Tetapi tak banyak yang tahu bahwa mereka bahkan
harus menabung berbulan-bulan. Jika harus mengeluarkan uang, mereka harus
mengedepankan yang mana paling penting dan membutuhkan uang. Jadi, tidak semua
mereka yang suka jalan-jalan kebanyakan uang, hanya saja mereka punya tujuan
yang jelas. Sehingga uang sedikit demi sedikit mereka sisihkan untuk tujuan
tersebut dan akhirnya mereka bisa jalan-jalan.
Pantai Pussahelu, Bulukumba, Sulawesi Selatan |
Kata
orang, kamu jalan-jalan terus, terus kamu kapan nikahnya? Pertanyaan yang
menyebalkan dan mengerikan bukan hanya bagi kalangan traveler, tetapi hampir
semua yang belum menikah. Persoalan menikah, semuanya ingin menikah, siapa sih
yang tidak ingin memeiliki keturunan, tetapi untuk sementara biarlah Tuhan yang
berencana. Karena saya masih punya rencana yang lain, apalagi kalau bukan
jalan-jalan. Kalau sudah menikah jalan-jalan susah. Jangankan jalan-jalan,
sekedar nongkrong aja sejenak kadang susah. Teman yang sudah nikah, ketika
nongkrong bareng, jika sudah pukul 09 malam lewat handphonenya pasti sudah bordering
terus, ditelpon oleh bininya, disuruh pulang, dengan berbagai alasan penyokong
yang membuat teman tak bisa berkutik, misalnya token hampir hampir habis dan
anaknya gak bisa tidur kalau panas, anaknya menangis susunya habis dan
lain-lain. Ketika diajak ngetrip sehari, pas jelang hari H, datanglah si teman
dengan alasannya bahwa mertuanya mendadak datang, atau mau menemani istri ke
kondangan, atau jaga anak, atau ada arisan keluarga dan sebagainya. Jadi jika
masih ingin bebas berjalan kesana-kemari mending tunda dulu menikahnya.
Bukit Wairinding, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur |
Kata
orang, kok jalan-jalan terus, kan sayang uangnya. Hmmm. Perjalanan bukan hanya
sekedar tentang destinasi ketjeh dan foto-foto mantul yang membuat seluruh
teman sosial media berdecak kagum bahkan 74% diantaranya gemes dan iri. Sesungguhnya
perjalanan adalah pengenalan diri, pembelajaran alam, menambah pengalaman dan
wawasan, menumbuhkan rasa empati dan simpati, meningkatkan rasa toleransi,
bahkan perjalanan bisa merubah sudut pandang seseorang menjadi lebih baik. Semakin
jauh kamu melangkah maka semakin kaya dirimu, semakin dewasa dan semakin
mengenal dirimu sendiri. Jadi jika jalan-jalan bisa mengubahmu ke hal yang
lebih baik, masih mau bilang “uangnya sayang dihabiskan hanya untuk jalan”?
Kete Kesu, Toraja Utara, Sulawesi Selatan |
Kata
orang, apasih enaknya jalan-jalan? Untuk memberikan jawaban pasti, saya belum
berani, karena saya juga masih bingung apa sih enaknya jalan-jalan. Padahal jika
kita berpikir logis, daripada pergi jalan-jalan, panas, keringatan, hitam dan
menghabiskan uang, mending tidur di kamar nonton drama korea, atau nonton
youtube atau film India, atau ke salon atau apalah. Tetapi pada dasarnya jika
tidak penting-penting amat saya malas berpikir, jadi saya selalu ingin
jalan-jalan. Saya selalu ketagihan slepas pulang dari suatu destinasi. Kalau sudut
pandangku, selain bisa menikmati keindahan suatu tempat, baik alam, budaya,
kearifan lokal, makanan dan keseniannya, jalan-jalan itu bisa menambah wawasan,
misalnya bahasa, menambah teman, menambah pengalaman yang bisa membuatmu
menjadi penutur ulung. Jadi jika ingin tahu enaknya jalan-jalan, yah
jalan-jalanlah.
Kepulauan Labengki, Konawe, Sulawesi Tenggara. |
Kata
orang, jalan-jalan itu tidak gunanya. Itu sih kata orang, tapi bagi yang sering
jalan-jalan, gunanya banyak banget. Karena perjalanan mengunjungi destinasi
impian adalah perjalanan yang tidak biasa. Ketika satu persatu bucketlist
tercentang, ketika bertemu dengan teman baru dari daerah lain, ketika belajar
bahasa lokal, ketika menikmati kuliner lokal,ketika mendapat petuah dari
mayarakat lokal. Ketika selamat kembali ke rumah mencium tangan ibu, itu adalah
prestasi yang luar biasa bagi seorang pejalan. Karena untuk mencapai destinasi
impian, ada pengorbanan, ada air mata, ada cerita dan ada sejarah. Jadi ketika
semuanya tercapai wajar jika kami merasa
sangat senang, bangga, bahagia, haru dan segenap rasa yang hanya kami para
pejalan yang tahu rasanya, karena tidak bisa terlukiskan oleh kata. Jadi jika
ingin tahu jalan-jalan itu bagaimana, mengapa banyak orang yang suka
jalan-jalan, yah jawabannya simpel, harus mencobanya, mencoba jalan-jalan. Mungkin
setelah jalan-jalan kamu akan tahu gunanya dan beruntung jika tidak ketagihan. Karena
sejatinya perjalanan adalah tentang rasa, jadi harus dirasakan.
Pantai Walakiri, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar