Kabupaten Kepulauan Selayar, merupakan kabupaten
paling selatan Sulawesi Selatan yang berada di tengah-tengah Laut Flores.
Kabupaten ini terdiri dari beberapa Pulau ada yang berpenghuni dan ada pula
yang tidak berpenghuni. Untuk akses menuju ke Selayar bisa melalui jalur udara,
jalur laut, maupun jalur darat-laut. Jalur udara bisa ditempuh dari Bandar
Udara Internasional Sultan Hasanuddin Maros, Makassar ke Bandar Udara H.
Aroeppala Selayar, dengan waktu tempuh kurang lebih 40 menit menggunakan
pesawat ATR, penerbangan setiap hari, dengan maskapai Transnusa ataupun Wings
Air. Jalur laut bisa ditempuh dari Pelabuhan Soekarno Hatta menggunakan kapal
ferry, dengan waktu tempuh kurang lebih 2 hari 2 malam, hal ini dikarenakan
banyaknya pulau-pulau kecil yang disinggahi sebelum sampai ke Selayar. Adapun
jalur darat-laut yakni dengan menggunakan mobil bus ataupun travel dari kota
Makassar, jika menggunakan bus bisa mengambil bus di terminal Mallengkeri,
Makassar, biasanya berangkat tengah malam. Sedangkan jika menggunakan mobil
travel, sisa telpon lalu dijemput di rumah. Perjalanan darat dari kota Makassar
ke Pelabuhan penyeberangan Bira di Kabupaten Bulukumba, selanjutnya perjalanan
dilanjutkan menggunakan kapal ferry menuju pelabuhan penyeberangan Pamatata
Kabupaten Selayar, jika cuaca bersahabat waktu tempuh dari Bira ke Selayar
biasanya kurang lebih 150menit, selanjutnya sambung perjalanan darat dari
Pelabuhan Pamatata ke Kota Benteng kurang lebih 45 menit. Kabupaten Selayar
identik dengan Taman Nasional Taka Bonerate, taman nasional yang tersohor
dengan keindahan bawah-lautnya dan merupakan kawasan atol terbesar ketiga di
dunia, setelah kepulauan Marshall dan Maladewa. Tetapi untuk saat ini saya
tidak akan bercerita tentang Taman Nasional Takabonerate, saya hanya ingin
bercerita tentang pengalaman saya selama di Kota Benteng.
|
Kapal Ferry sesaat setelah bertolak dari pelabuhan Bira, Bulukumba |
|
Kapal Ferry sedang berlabuh di Pelabuhan Pamatata, Selayar. |
Berangkat ke Selayar secara mendadak, sendiri dan
tanpa keluarga di Selayar adalah pengalaman baru bagi saya. Bermodalkan seorang
kenalan di Instagram yang mengajak saya ikut trip ke Pulau Polassi yang lagi
happening, akhirnya saya tiba di Selayar dalam kondisi tetap tampan walaupun
harus menempuh jalur darat dan laut selama kurang lebih 7 jam. Singkat cerita
akhirnya kami bertemu di terminal Kota Benteng. Dengan ramah saya disambut.
Kesan sebagai teman yang baru kenal dan bertemu seolah tidak ada, bahkan serasa
bertemu dengan keluarga atau sahabat lama. Saya diajak ke kostnya untuk
beristirahat, tak perduli perut yang lapar, saya lebih memilih untuk tidur menghilangkan
rasa kantuk dan mengembalikan stamina yang sempat terkuras. Ketika saya bangun,
hari sudah sore, sayapun diajak untuk city tour, di sekitaran kota Benteng.
|
Bandar Udara H. Aroeppala, Selayar. |
|
Dari Selayar ke Makassar dengan Transnusa Air. |
Spot pertama yang kami tuju adalah Taman Pusaka. Taman
Pusaka ini sejenis alun-alun, tempat berkumpul, dengan ikon utamanya adalah
patung Gong Nekara, pusaka kebanggaan Selayar, bagaimana tidak Gong Nekara ini
merupakan tertua, terbesar dan satu-satunya di dunia. Terletak di jantung kota
Benteng, ibukota Kabupaten Selayar. Taman ini merupakan salah satu tempat
terbaik untuk menyaksikan matahari terbenam atau sunset. Taman Pusaka mirip
dengan Pantai Losari di Makassar, ataupun Pantai Seruni Kota Bantaeng. Setiap
hari selalu ramai dikunjungi oleh warga kota Benteng, baik tua maupun muda, baik
muda mudi yang masih memadu kasih, maupun keluarga yang bercengkrama dengan
keluarganya. Tempat ini sangat bersih, tidak ada pengamen, dan tidak ada tukang
parkir. Jadi tempat ini sangat rekomended kalau berkunjung ke Selayar.
Menikmati matahari terbenam dengan segelas pop ice yang murah meriah ataupun
dengan semangkok bakso akan memberikan pengalaman yang tak terlupakan saat
berkunjung ke Taman Pusaka.
|
Selfie di Taman Pusaka sambil menunggu sunset |
Setelah puas menikmati suasana senja di Taman
Pusaka, ternyata baru nyadar bahwa seharian belum makan apa-apa. Teman langsung
mengajak saya untuk ke Kawasan Wisata Kuliner Selayar. Letaknya tidak terlalu
jauh dari Taman Pusaka, hanya sekitaran 5 menit, berdekatan dengan Pelabuhan
Benteng. Terdapat beberapa warung, mulai dari warung jawa, penjual aneka jus hingga
warung penyedia makanan khas Kabupaten Selayar, Nasi Santan dan hidangan
Seafood seperti ikan, cumi dan udang. Kami datang pada saat belum terlalu
ramai, sehingga masih bebas memilih tempat. Kami memilih sebuah warung
bertuliskan WARUNG MAMA MIA, mungkin yang punya warung mamanya Mia, atau
entahlah. Hahahahhaha. Sebuah warung yang posisinya menyudut dengan beberapa
tempat makannya pas berada dipinggir tanggul pantai. Saya memilih meja yang pas
berada di tanggul pantai sambil menikmati langit jingga yang baru saja
mengantarkan matahari menuju peraduannya. Perpaduan yang sempurna. Menikmati
sepiring nasi santan dengan ikan bakar dan ikan goreng tepung berlatarkan
langit jingga menjadi pengalaman tak terlupakan di Selayar. Soal harga tidak
usah ragu, murah sampai membuat mata saya terbelalak. Soal rasa, percayalah
bahwa lidah tak pernah berbohong dijamin lidah bergoyang, nasi santannya sangat
gurih dan ikannya sangat lezat, apalagi disediakan 3 macam sambel, sambel racak
mangga, sambel dabu-dabu dan sambel cobek terasi. Untuk penikmat seafood
khususnya ikan bakar ataupun ikan goreng, tempat ini sangat direkomendasikan.
Seporsi nasi santannya hanya dihargai Rp.5.000, kalau dibandingkan dengan porsi
nasi sari laut di Makassar, porsinya 2kali lebih banyak. Soal harga ikannya
relatif, dari harga Rp.15.000 hingga harga Rp.80.000 menyesuaikan dengan besar
dan jenis ikannya. Tetapi bagi saya harga tersebut sangat murah jika
dibandingkan dengan makan di restoran seafood di Makassar, kualitas ikannya pun
jauh lebih segar. Saya di Selayar selama 3 malam dan setiap malam ke tempat ini
untuk makan malam. Malam terakhir saya bahkan kalap, sampai makan nasi
santannya 2 porsi. Hahahahahha.
Nasi Santan dan Ikan Bakar serta Ikan Goreng Tepung
|
Ikan Bakar |
Pulang dari Wisata Kuliner, sekitaran pukul 8
malam, rasanya terlalu pagi jika langsung tidur. Teman mengajak ke salah satu kafe
tempat nongkrong anak muda kekinian Selayar yang lagi happeningnya, nama kafenya
Coffee House atau CH. Terletak di Jalan Rauf Rahman, Kota Benteng, Selayar. Kafe
ini lumayanlah untuk ukuran kota kabupaten, tempatnya lumayan choosy, ada live
musik, menu minumannya pun bervariasi, seperti kafe di kota besar. Saya pun
penasaran dengan green tea nya. Harganya Rp.18.000, pesanan sayapun datang,
tidak sabar ingin mencobanya dan langsung saya coba. Setelah saya coba, ternyata
green teanya jauh dari ekspektasi saya. Live musiknya pun semakin malam semakin
kafe rasa kondangan, hanya di Selayar ada acara dangdutan di kafe. Untuk nilai,
Coffee House saya beri nilai 7.
Malam kedua di Benteng, teman saya mengajak saya ke
sebuah kedai kopi, nama kedainya Kedai Kopi Nongkrong, soal tempat tidak
sebesar kafe CH, suasana santai, bersahaja langsung terasa pas saya masuk di
kedai kopi ini, menunya hanya dua, kopi susu dan kopi hitam. Meskipun
peralatannya tak sekeren dan secanggih kopi-kopi shop di kota besar, dan tidak
pakai filosofi-filosofian untuk membuat dan menikmatinya, tetapi saya merasa
sangat puas di tempat ini, kopi hitam hanya dihargai Rp.5.000, kopi susu
Rp.8.000, sangat murah. Yang datang, mulai dari yang muda sampai yang tua,
semuanya berbaur menikmati kopi racikan Bang El. Keakraban sangat terasa di
kedai ini. Mungkin karena tidak ada embel-embel kekiniannya dan tanpa
filososfi-filosofiannya sehingga semuanya berbaur tanpa sekat. Selain itu
disisi lain kedai merupakan tempat jualan istri bang El, ada nasi kuning dan
songkolo, yang dijamin enak dan murah. Songkolo hanya dihargai Rp.10.000, itu
sudah pakai lauk ayam dan abon kelapa. Nasi kuningnya mulai dari harga
Rp.10.000 tergantung jenis lauknya. Juga menerima ketering. Kedai Nongkrong
hanya berjarak sekitar 20 meter dari Coffe House alias berdekatan, di Jalan
Rauf Rahman. Untuk nilai saya hadiahi 8,5.
|
View dari Warung Mama Mia, gimana gak lahap makannya. |
Malam terakhir, saya diajak ke Cheetos, agak jauh
melepir ke arah utara, tepatnya di jalan Sudirman. kesan pertama saya, WAW.
Mulai dari masuk, suasana elegan langsung terasa, apalagi ketika masuk ke dalam
ruangan bebas asap rokok. Saya langsung memilih duduk di bar, sambil
nanya-nanya ke mbak yang menjadi pelayan kafe, setelah membaca menunya, sayapun
bertanya menu yang recommended, mbaknya hanya ngaha, alais ngomong A? Ha?
Tunggu teman saya yah. Kesan kocak sudah mulai terasa di kafe ini. Si teman
yang mbaknya tunggu akhirnya datang, sayapun mengulang pertanyaan sama, minuman
rekomended, ekspresi mbaknya lebih lucu dari mbak yang satu, bahkan kembali
nanya ke mbaknya yang tadi ngaha. Hahahhahahahhaha, asli lucu. Alhasil sayapun
menggigit bibir saya sambil menahan tawa, supaya mbak-mbaknya tidak
tersinggung. Setelah menjelaskan menu rekomended itu apa, mbaknya hanya melongo,
dan sayapun masih penasaran dengan green tea Kota Benteng. Untuk green tea di
cheetos kafe lumayan sesuai ekspektasi saya. Seorang teman lain pun datang, tak
perlu lama untuk menunggu pesanannya datang, karena kami duduk di meja bar, pas
di depan 2 mbak pelayan kafe yang sedari tadi dijamin kesal pada kami.
Kekocakan mbak-mbaknya pun berlanjut saat teman yang baru datang meminta
password WIFI kafe tersebut, dengan nada dan ekspresi sinis mbak yang ngaha
tadi memberikan kami password di selembar kertas lengkap dengan penjelasan
mengenai password tersebut, dari huruf besar hingga spasi yang digunakan.
Karena jaringan Indosat di kota ini lumayan ngadat, akhirnya kami bertiga
mencoba WIFI tersebut, dan kocaknya semua tidak bisa tersambung dengan
keterangan kesalahan autentifikasi. Kami pun mengaduh ke mbaknya, jawaban
mbaknya sangat keren, “hape kalian rusak”, kami bertga langsung ngakak, dan
menjawab, “masa hape kami bersamaan rusak”, sayapun menimpali “kalau memang
hape saya rusak, sekarang saya keluar beli hape baru”. Hahahahhaha. Setelah
dicoba dan dicoba, satu teman sudah bisa tersambung, sisa kami berdua. Setelah
hampir sejam menunggu, dan pengunjung sudah beberapa yang pulang akhirnya bisa
juga tersambung. Ternyata WIFInya over user. Kekocakan-kekocakan lain pun tak
putus hingga kami harus pulang. Tapi bagaimanapun saya sangat senang di kafe
ini. Kafe ini saya hadiahi juga nila 8,5.
|
abang2 ketjehnya Selayar. |
|
Coffee House |
Itulah pengalaman seru saya selama di Benteng 4
hari 3 malam. Jatuh cinta dengan kota kecil di Ujung selatan Provinsi Sulawesi
Selatan ini. Tarima kasi’ Silajara.