Hai apa kabar? Jumpa lagi bersama
saya Achyie Sabang, semoga semua senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Esa. Aamiin. Kesempatan kali ini saya akan mereview perjalanan saya bersama 6
orang sahabat saya dan 3 orang teman baru saya di Pulau Kodingareng Keke,
perjalanan ini kami lakukan pada hari Minggu kemarin, tanggal 02 November 2014.
|
Sebelum berangkat, photo selfie dulu di Dermaga.
|
Di atas perahu |
|
Di atas perahu |
|
Kodingareng Keke, merupakan satu
nama Pulau cantik yang masih termasuk di wilayah perairan kota Makassar. Nama
ini sudah tidak asing lagi di telinga saya, pertengahna bulan Agustus lalu,
saya berkunjung ke pulau tersebut. Jadi saya tidak membahas panjang lebar
mengenai pulau ini lagi. Karena saya sudah bercerita mengenai Pulai ini panjang
lebar pada postingan saya sebelumnya.
|
Tiba dengan selamat di Pulau Kodingareng Keke, Pantainya keren. |
Minggu pagi, kami sudah berkumpul
di rumahnya Aswan, seperti biasa tempat kami berkumpul kalau mau ngetrip. Saya,
Aswan, Echa, Abhy, Fachry, Wawan, Asty, Ciwi (teman baru kami, teman sekantor
Asty) berbarengan berangkat menuju dermaga samping Popsa. Namun perjalanan kami
terpisah di Jalan Veteran, Aswan, Asty dan Echa mengambil jalur Monginsidi,
sementara saya, Fachry, Aby, Ciwi dan Wawan mengambil jalur Sungai Saddang.
Kami terperangkap macet yang diakibatkan adanya jalan santai memperingati hari
Jadi Kota Makassar yang ke 407 yang jatuh pada 09 November 2014 mendatang.
Setelah berkutat mencari jalan tikus, akhirnya kami sampai juga di dermaga
samping Popsa. Didit dan Ria ( teman kantor Asty) sudah sedari tadi menunggu
ternyata disini. Setelah motor-motor yang kami gunakan sudah terparkir rapi,
kami berjalan beriringan menyusuri dermaga yang panjangnya kira-kira kurang
lebih 30 Meter. Di pinggir dermaga tersebut sudah terparkir perahu yang akan
kami tumpangi. Mengenai perahu ini, kami tidak perlu sibuk mencari lagi bahkan
tawar menawar, karena ini sudah perahu langganan saya yang sering mengantar
saya jika ingin menyebrang, baik ke Pulau Samalona ataupun Pulau Kodingareng
Keke, dan mungkin pulau-pulau yang lain lagi insha Allah, Aamiin.
|
Pantai pasir putih, air yang jernih, birunya langit. salah satu sudut Pulau Kodingareng keke |
|
Narsis dulu, mengabadikan setiap moment terindah kebersamaan kami. |
|
Sesungguhnya Surga itu adalah menikmati hal-hal yang indah bersama Sahabat. |
Mentari belum terlalu tinggi, sinarnya masih
menghangatkan, satu persatu, kami menaiki perahu yang sudah tertambat. Setelah
semuanya sudah duduk dengan posisi yang aman dan nyaman, maka perjalanan
membelah lautan Makassar di mulai. Cerita, selfie dan bercanda menjadi hal
wajib bagi kami jika bepergian. Dari cerita-cerita lepas, saya baru tahu kalau
Ria dan Ciwi untuk pertama kalinya jalan-jalan ke pulau, mereka pun tidak tahu
dimana itu Pulau Kodingareng Keke. Pearhu melaju, melewati pulau Lae-Lae,
lautan yang masih tenang, membuat perjalanan berjalan lancar. Pulau Samalona samar-samar sudah nampak di
depan. Setengah jam perjalanan dari dermaga Makassar, perahu sudah merapat di
pinggir Pulau Samalona.
|
Selamat datang di Pulau Kodingareng Keke, Swangger... |
|
Harus Foto disini, supaya ada bukti bahwa pernah kesini, Harus. |
Sudah menjadi hal biasa jika kita
akan berkunjung ke Pulau kodingareng Keke, sebelumnya harus transit di Pulau
Samalona, atau bahkan biasa transit di Pulau Lae-Lae. Di pulau Lae-Lae,
biasanya perahu transit untuk mengambil BBM, atau kepentingan lainnya.
Sedangkan jika di Pulau Samalona, kepentingan transit adalah untuk menyewa alat
snorkling untuk di pakai di Pulau Kodingareng Keke nantinya, biasanya juga
untuk berbelanja kebutuhan yang lupa dibawaserta dari Makassar. Pulau
Kodingareng Keke tidak berpenghuni, jadi keperluan harus dibawaserta. Baik alat
untuk snorkle atau bahan makanan dan minuman. Karena waktu berkunjung kami yang
jatuh pada hari Minggu, sehingga sewa alat snorkling juga naik, biasanya jika
hari biasa bukan hari libur, sewa hanya 50.000, tetapi karena hari libur sewa
menjadi 60.000 untuk satu setnya. Satu set terdiri dari kacamata snorkle,
sepatu/kaki katak dan pelampung.
|
Asty chan bersama Patrick |
|
Patrick and Me |
|
Patrick, Asty dan Bruno Mars nyasar |
Berbekal 10 kacamata snorkle, 2
kaki katak, 8 sepatu dan 6 pelampung perjalanan dilanjutkan menuju pulau
Kodingareng Keke. Fachry, Sabri, Wawan dan Echa memilih tidak memakai
pelampung, mereka pintar berenang. Lautan yang tenang, cuaca yang cerah dan
hembusan angin yang semilir membuat perjalanan ini semakin menyenangkan. Dari
kejauhan Pulau Kodingareng Keke sudah kelihatan, meskipun bentuknya hanya mirip
gundukan. Perahu semakin menjauh dari Pulau Samalona, sebaliknya Pulau
Kodingareng Keke semakin dekat dan sudah jelas kelihatan. Semakin dekat, nampak
beberapa tenda yang masih berdiri, dan beberapa orang sedang bermain dipinggir
pantai. Ada juga yang sedang asyik berfoto di dermaga. Karena kondisi yang
tidak memungkinkan, air yang sangat dangkal, maka pendaratan dilakukan di
belakang pulau, di pinggir pantai yang semuanya adalah pasir putih.
|
Wa-One |
|
Tuhan Maha Indah dan mencintai keindahan, |
|
Sabri |
Satu persatu turun dari perahu.
Barang bawaan pun sudah tidak ada yang tersisa di perahu. Tukang perahunya pun
pamit untuk kembali menjemput penumpangnya yang akan menuju kesini juga.
Seperti biasa tidak afdol mengunjungi tempat baru jika tidak berfoto-foto,
pasang gaya, cari latar yang bagus, siapkan fish eye dan tongsis, jepret jepret
jepret. Dari 10 orang, hanya saya yang sudah menginjakkan kaki untuk
keduakalinya di pulau ini. Bagi mereka semua ini kali pertamanya untuk
menginjakkan kakinya di Pulau Kodingareng Keke. Puas berfoto dengan berbagai
gaya dan beberapa sudut yang latarnya menawan, kami menuju ke tengah-tengah
pulau. Di tengah-tengah pulau sudah ramai, beberapa tenda masih berdiri kokoh.
Setelah mendekat ternyata satu rombongan merupakan rombongan anak UKM Hockey
Unhas, beberapa orang yang kami kenal yang tak lain adalah senior dan junior di
Jurusan Mesin fakultas teknik Unhas Makassar. Rombongan lain yang takkalah
ramai adalah satu rombongan yang sekitaran 30 orang. Belakangan saya tahu jika
mereka adalah rombongan Jalan-Jalan Seru Makassar yang lagi camping setelah
sukses menggelar ajang Makassar Traditional Game festival. Di tengah pulau ada
beberapa pohon yang tinggi, saya tidak tahu apakah itu pohon Pinus ataukah
pohon Cemara Laut, apapun namanya, menjadikan Pulau Kodingareng Keke menjadi
teduh. Pucuk dicinta ulam tiba, salah satu balai-balai masih kosong, semua
barang-barang kami simpan di balai-balai tersebut.
|
Snorkling seru. |
|
Teriknya sinar matahari tak menghalangi kami untuk bersnorkling. |
Kami menuju pinggir pantai yang
tidak begitu dalam untuk kegiatan snorkling setelah ajang sapa-sapaan selesai. Awalnya
Ciwi tidak mau karena takut, katanya dia tidak bisa berenang. Tetapi setelah
dibujuk, akhirnya dia melunak untuk ikut snorkling kecil-kecilan. Keindahan
bawah lautnya yah lumayanlah, dengan kedalaman 1 meter saja kita sudah bisa
melihat ikan nemo dan ikan berwarna-warni lainnya. Tetapi sayang seribu sayang
diantara kami bersepuluh tak satu orang pun yang membawa kamera bawah air.
Setelah puas menikmati areal tersebut, saya menepi, memilih untuk naik
beristirahat di tengah pulau. Disini saya berbincang-bincang dengan rombongan
anak Hockey, tidak lama kemudian, datang rombongan sekitar 20 orang lebih, lupa
apa nama komunitasnya, tetapi mereka komunitas backpacker juga dari Makassar.
Perbincangan semakin hangat karena mebahas masalah keindahan alam
Indonesia. Saking asiknya
berbincang-bincang dengan dia, yang belakangan saya tahu dia bernama daniel,
tidak terasa sudah pukul 10 lebih. Teman-teman saya yang lain sudah menpi juga,
capek katanya. Sembari mereka beristirahat saya menelpon Tukang perahu yang
sedari 2 jam yang lalu tetapi tidak kembali-kembali, saya minta untuk diantar
ke spot snorkling yang kira-kira berjarak 100-150 meter dari tepi pulau. Kurang
lebih 30 menit Tukang perahu dan tentunya perahunya datang kembali. Saya
melenggang hanya membawa pelampung dan alat snokling saja, sementara yang lain
masih sibuk dengan barang-barangnya masing-masing. Saya pikir kami masih akan
kembali ke pulau setelah snorkling. Ternyata keputusan mereka dari snorkling
langsung pulang, nanti di Pulau Samalona baru berganti pakaian.
|
Asty Chan dan bintang laut birunya |
|
Echa |
|
Ria |
|
Ciwi |
Setelah semua naik di perahu
beserta barang bawaannya, Tukang perahu menyalakan mesin menuju ke spot snorkling.
Dari atas saja sudah nampak keindahan karangnya. Jarum jam di arloji Asty
menunjukkan pukul stengah 11 siang, sebelum bersnorkling kami memutuskan untuk
menikmati nasi kuning yang kami bawa dari daratan Kota Makassar. dengan budget
10.000 per porsi, ini termasuk murah, nasinya banyak dan lauknya juga enak,
tetapi kalau kelaparan dan di tengah laut, apapun itu terasa enak. Hahahahaha.
Ria, Asty, Didit, Abhy masih makan, saya masih siap-siap, Aswan, Wawan, Echa
dan Fachry sudah nyemplung duluan. Dengan mengumpulkan segenap keberanian dan
keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik maka sayapun juga ikutan nyemplung.
Tentunya dengan sudah berpakaian lengkap dan siap untuk bersnorkling. Mulut
saya seolah terkunci setelah saya memasukkan muka saya kedalam air. Satu kata
yang sempat saya ucap “Subhanallah” hanya itu yang bisa saya ucapkan sembari
berdecak kagum menyaksikan keindahan bawah laut Pulau Kodingareng Keke. Karang
yang cantik dan kokoh bercabang-cabang, ikan-ikan beraneka warna, dan beraneka
jenis, bintang laut yang berwarna biru yang sangat kontras dengan putihnya
dasar laut.
|
Fachry, |
|
Didit |
|
Pengalaman pertama bersnorkling, ngapung di permukaan laut yang dalamnya 3 meter. |
|
Paus terdampar, Gajah ngapung, Badak Ngambang, saya tidak peduli omongan mereka, sensainya luar biasa, pokonya rasanya kayak terbang. |
Sungguh ciptaan Tuhan yang maha sempurna, tetapi sayang beribu
sayang kami tdak membawa kamera underwater, sehingga keindahannya hanya bisa
kami abadikan dalam ingatan saja. Yang paling menarik adalah rombongan ikan
berwarna biru cerah yang datang menghampiri kami sseolah mengucapkan selamat
datang bagi kami. Memang saya sudah keduakalinya berkunjung ke tempat ini,
tetapi sebelumnya saya tidak snorkling. Teriknya ssinar matahari yang persis
berada diatas kami tak menghalangi niat dan keseruan kami menikmati keindahan
bawah laut perairan Pulau Kodingareng Keke. Dari sepuluh orang, hanya Ciwi
tidak turun dengan alasan yang sama, tidak tahu berenang. Tetapi yang lain
silih berganti naik di atas perahu, menemani Ciwi dan memotret kami. Tukang
perahu bahkan ketiduran menunggu kami yang asyik bersnorkling.
|
Kembali ke Makassar dengan pengalaman yang baru dan sejuta cerita indah. |
Tanpa kami sadari jam sudah
menunjukkan stengah 2 siang, artinya kami terombang ambing sudah lebih 2 jam.
Saya memutuskan untuk naik ke perahu, baru pada saat ingin naik ke perahu saya
merasakan cape yang terlalu, sampai-sampai tenaga di lengan saya habis. Sekitar
5 menit berusaha untuk naik keatas perahu akhirnya saya berhasil naik. Saya langsung tepar di atas perahu, tenaga
saya habis, bukan hanya saya, yang lain pun demikian, kecuali Echa, basicnya
memang anak pencinta alam, tidak mudah lelah dan banyak tenaganya. Setelah
semuanya naik diatas perahu dengan kondisi basah kuyup, Tukang perahu pun
menarik naik jangkarnya. Mesin mulai menderu, perahu perlahan meninggalkan
perairan pulau Kodingareng Keke. Saya hanya terdiam sembari memejamkan mata
sambil menikmati angin laut yang sepoi-sepoi membelai muka saya. Semakin lama
Pulau Kodingareng Keke semakin mengecil, sebaliknya pulau Samalona semakin
terlihat jelas. Sesampainya di Pulau Samalona kami semua bergegas turun, saya
langsung memintai ongkos kepada mereka untuk ongkos perahu, bayar uang sewa
peralatan snorkling dan mengenbalikan uang Asty yang dipakai untuk membeli Nasi
Kuning. Alat snorkling sudah terkumpul, total sewanya 580.000. Biaya perahu
600.000, biaya makan siang 140.000. dengan biaya 150.000 per orang masih ada
uang 30.000 yang tersisa.
|
Karena manisnya hidup kita yang tentukan, terima kasih sahabat. |
Aktivitas di Pulau Samalona sudah
selesai, mereka sudah berganti pakaian kecuali saya yang semua pakain saya
basah karena kena air di perahu. Sekarang saatnya melanjutkan perjalanan pulang
ke daratan pulau Sulawesi. Sekitar stengah jam terombang ambing di tengah
lautan akhirnya perahu tertaambat di dermaga. Kami pun turun satu persatu dengan
rasa bahagia yang tidak bisa kami ungkapkan dengan kata-kata. Tidak peduli
kulit kami yang menghitam, pokoknya kami bahagia, kami senang dengan pengalaman
yang baru.
|
Bidadari Cantik yang menjadikan perjalanan ini semakin manis |
|
Aku mencintai Indonesia,
Indonesia adalah Surga, tak perlu ke negara orang untuk menikmati Surga karena
negara kami adalah Surganya DUNIA.. Saya Cinta Indonesia.
Pulau Kodingareng Keke, Journey
To Heaven.
Terima kasih sahabat, Asty, Ria, Ciwi, Aswan, Wawan, Sabri, Echa, Fachry dan Didit.
Terima Kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT. Tuhanku, Tuhan yang maha Indah dan sangat mencintai keindahan,
Terima kasih kepada Muhammad SAW, junjunganku, nabiku yang membawa Rahmat bagi seluruh alam.
Terima kasih orang Tuaku, Alm ayahanda, dan Ibundaku tercinta yang melahirkan dan mebawaku melihat indahnya Dunia ini, khususnya Indonesia.
Terima kasih untuk Alam Indonesia yang sangat Indah
Terima kasih para pahlawanku, yang memerdekakan negara ini, yang menjadikan kami bisa menikmati indahnya Indonesia dengan damai dan aman.
Alhamdulillahirabbil Alaamin. #WonderfulIndonesia
|| Achyie Sabang - 06 November 2014 ||
Tidak ada komentar:
Posting Komentar