Pulau Camba-cambang, Setitik Surga Ada Disini
Hari Minggu, hari yang cerah hari ke 16 di bulan November tahun
2014. Seperti biasa jika akhir pekan kadang kami manfaatkan untuk
jalan-jalan.Nah hari itu kami sepakat untuk melakukan Trip sehari, Destinasi
kami kali ini adalah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan atau orang biasa
menyebutnya PANGKEP, untuk memenuhi undangan dari teman kami, Kamal.Katanya ada
pulau yang cantik di Pangkep yang sayang jika kami lewatkan.
DERMAGA MACCINI BAJI |
Rencana awalnya berkumpul di rumah Aswan pukul 06.09 pagi.Tetapi
karena kami warga Indonesia yang sangat menjunjung tinggi budaya ngaret,
sehingga kami baru start jalan dari rumah Aswan sekitar pukul 08 pagi.Saya,
Aswan, Sabri, Fachry dan Kina (pacarnya Sabri) baru saja naik di mobil avanza
hitam yang kami rental sebelumnya. Perjalanan kami lancar melalui jalan
Rappocini, Jalan Andi Pangerang Pettarani, Jalan Jendral Urip Sumehardjo dan
Perintis Kemerdekaan.Jalanan lumayan lowong, kami harus berbelok masuk ke dalam
kampus Universitas Hasanuddin untuk menjemput Anto yang menunggu di depan
Fakultas Hukum, tetapi karena kami agak lama baru datang, jadinya Anto
jalan-jalan ke depan RSU dr Wahiddin Sudirohusodo. Perjalanan dilanjutkan,
dengan tujuan menjemput Echa di Prumahan Tamalanrea Mas, masih masuk dalam
lingkup Kompleks Bumi Tamalanrea Permai atau istilah kerennya BTP.Aswan turun
dari jok Sopir digantikan oleh Echa.Selanjutnya singgah sarapan nasi kuning di
warung mobil pinggir jalan.Semuanya sudah kenyang dan saatnya melanjutkan
perjalanan.Avanza hitam melaju melintasi jalan Perintis Kemerdekaan menuju
kabupaten Maros. Namun perjalanan harus terhenti sejenak di depan Citra agar
Ariel bisa bergabung dengan rombongan kami. Ariel sudah bergabung, dengan
formasi 2-3-3, Depan 2 orang, saya dan Echa, Tengah 3 orang, Ariel, Sabri dan
Kina, sedangkan posisi belakang diisi Fachry, Aswan dan Anto. Formasi sudah
lengkap saatnya tancap gas menuju Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kabupaten
yang terkenal dengan Ikan Bandeng-nya dan tentunya Semen Tonasa-nya.
DI ATAS PERAHU |
Perjalanan termasuk lancar dengan waktu tempuh kurang dari stengah
jam kita sudah hampir lepas dari Kabupaten Maros. Kabupaten Maros merupakan
kabupaten yang berada diantara Kota Makassar dan Kabupaten Pangkep.Tanpa terasa
mobil sudah melewati Gerbang selamat datang di Kabupaten Pangkep. Tadi sebelum
kami berangkat, Aswan mendapat pesan dari Bagus, teman kami yang orang Pangkep
juga, katanya kalau sudah memasuki perbatasan Maros – Pangkep, dia minta untuk
dihubungi, katanya dia menunggu di dekat pertamina, pertamina pertama setelah
memasuki Kabupaten Pangkep. Tetapi terjadi miss komunikasi antara Aswan dan
Bagus akhirnya kita lewat dari tempat yang dimaksud oleh Bagus. Kami bahkan
sudah masuk di kawasan Kota Pangkajene. Setelah memberikan info bahwa kami
sudah ada di depan Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, akhirnya Bagus meminta kami
untuk kembali. Tidak ada jalan lain
selain memutar mobil dan mengambil arah kembali menuju kota Makassar. Kira-kira
5 menit, akhirnya kami bertemu dengan Bagus.
PULAU CAMBA-CAMBANG DARI KEJAUHAN (KAMERA HP SAYA) |
PULAU CAMBA-CAMBANG DARI KEJAUHAN (KAMERA HP SABRI) |
Awalnya dan rencananya Bagus akan ikut bersama kami menuju pulau
Camba-Cambang, karena di pulau tersebut Bagus punya Villa, selain itu Bagus
juga punya perahu untuk penyeberangan antar pulau.Tetapi karena Bagus sibuk
mengurusi karyawan kakaknya, akhirnya dia tidak jadi bergabung dengan rombongan
kami.Basa-basi sudah selesai, basa-basinya itu supaya Bagus menyediakan kami
makan siang. Dan gayung pun bersambut, kami akan dipanggil makan siang nanti di
rumahnya Bagus setelah pulang dari pulau. Perjalanan kami lanjutkan untuk menuju
rumah Kamal.Perjalanan dari rumah Bagus ke rumah kamal memakan waktu kurang
lebih 10 menit.Kami mesti harus menerka-nerka rumah Kamal yang mana, soalnya
terakhir kesini ketika ayah Kamal meninggal, sekitar beberapa tahun yang lalu.
Sesampainya di depan rumah kamal, saya langsung menelpon Kamal untuk segera
bergabung bersama rombongan kami. Tidak menunggu lama, Kamal sudah naik di
mobil yang kami kendarai, perjalanan pun berlanjut menuju ke dermaga Maccini
Baji.Sekitaran 10 Kilometer setelah melalui hamparan sawah dan empang di sisi
kanan dan pemandangan tebing yang indah di sisi kiri.Tanpa terasa kami sudah
tiba di Dermaga Maccini Baji setelah melewati beberapa tambak ikan dan juga
beberapa tambak garam.Geliat aktivitas warga di dermaga ini sudah sangat ramai.Beberapa
perahu tertambat di sekitaran dermaga yang memiliki panjang mungkin sekitar 300
Meter.Warga hilir mudik, ada yang baru tiba dari pulau lain, ada juga yang
sementara ingin menuju ke pulau seberang, termasuk saya dan 8 orang teman saya.
Karena gaya dan style pakaian kami yang berbeda, sempat menjadikan kami sebagai
pusat pandangan warga lokal.
Tidak perlu menunggu lama, seorang kakek, mungkin umurnya kisaran 50-60
tahun, menggunakan kemeja dan sarung yang agak lusuh, dengan topi yang lusuh
pula entah berapa lama tidak pernah dicuci. Mungkin dengan style kami yang
berbeda sehingga beliau gampang mengenali kami kalau kami adalah orang baru
yang akan menyeberang. Dengan logat khas orang Pangkep, beliau menanyakan
tujuan kami menggunakan bahasa Bugis.Setelah berbincang-bincang dengan Kamal,
akhirnya beliau menawarkan kami harga Rp 200.000.Karena kami rasa pulau
Camba-Cambang lumayan dekat dari dermaga maka saya mencoba menawar Rp 150.000,
tanpa harus berdebat panjang, akhirnya disepakati sewa perahu Rp 150.000.Kakek
tersebut berjalan menuju perahunya, yang tertambat, kami semua mengikuti kakek
tersebut.Mesin perahu mulai menderu, perlahan perahu meninggalkan pinggir
dermaga.Lautan pagi itu sangat Tenang, angin berhembus semilir seolah
memberikan ucapan selamat datang kepada kami.Kami menikmati perjalanan kami di
atas perairan Kabupaten Pangkep.
VILLA BERBENTUK RUMAH PANGGUNG YANG SEMENTARA DIRAMPUNGKAN |
Dari kejauhan tampak sebuah pulau yang berbeda dari pulau-pulau
disekitarnya. Yah betul saja itulah Pulau Camba-Cambang.Namanya demikian, kami
kira sebelumnya namanya adalah Cambang-Cambang, ternyata salah.Pulau
Camba-Cambang merupakan satu dari sekian banyak Pulau yang ada di Kabupaten
Pangkep.Pulau yang awalnya tidak berpenghuni ini, sekarang mulai ramai
dikunjungi wisatawan baik yang berasal dari Kabupaten Pangkep ataupun yang dari
luar Kabupaten Pangkep.Nama pulau ini pun mulai nyaring dibicarakan ketika
rencana Pemkab untuk menjadikan pulau ini sebagai destinasi wisata andalan
Pangkep.Yah betul saja, tak tanggung-tanggung pemerintah setempat mengucurkan
anggaran miliaran rupiah untuk memoles dan mempercantik pulau Ini.Pulau
cambang-cambang pun bersolek, pulau yang dulunya sempit ini sekarang sudah tiga
kali lipat lebih luas dari luas sebelumnya. Pulau Camba-cambang yang secara
administrative termasuk dalam wilayah Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara,
membutuhkan waktu tempuh sekitar 10 sampai 15 menit dari dermaga Maccini Baji.
Perahu semakin dekat dari pulau, keindahan Camba-Cambang yang masih sedang
bersolek sudah membuat kami takjub.Selang beberapa saat perahu sudah merapat di
dermaga.Aktivitas di pulau Camba-Cambang sudah ramai, banyak wisatawan yang
lebih dulu datang dari kami.Sebelum turun dari perahu, tak lupa kami bertukaran
nomor handphone dengan kakek tersebut.Belakangan kami ketahui namanya Tajuddin
atau sapaanya Pak Taju’.
ADA YANG LAGI PACAR-PACARAN NIH (PRA PRAWEDDING) |
Perahu bersandar di dermaga, satu persatu kami melangkahkan kaki
dari perahu ke anak tangga dermaga.Selamat dang di Pulau Camba-Cambang, begitu
tulisan yang tertulis di sebuah papan yang digantung diatas rumah-rumah di
Ujung dermaga pulau ini. Seperti biasa moment seperti ini tidak boleh lupt dari
jepretan kamera, mari kita ngegrufie. Setelah puas mengabadikan moment
tersebut, kami berjalan menuju ke tengah pulau mencari gazebo yang
kosong.Karena kami datangnya kesiangan, maka gazebo-gazebo yang tersedia sudah
terisi semua.Sehingga mengharuskan kami menyimpan barang-barang kami di sebuah
balai-balai kosong yang tidak ada pelindungnya.Teriknya sinar matahari
mengharuskan kami untuk menggunakan sunblock agar kulit kami tidak terbakar,
kamipin berteduh di pinggir sebuah gazebo yang ditempati beberapa anak muda
yang kelihatannya baru dari berenang.Ternyata salah satu dari rombongan
tersebut merupakan senir saya waktu SMA, saya sempat berbincang-bincang,
ternyata mereka habis bersnorkling di suatu lokasi yang membutuhkan sekitar
sejam waktu tempuh dari pulau ini.
GRUFIE DI DEPAN VILLA TEMPAT KAMI BERSANTAI |
Sementara saya dan yang lainnya asyik menikmati angin khas pulau,
Echa dan Kamal berjalan menuju ke
deretan Villa yang sementara masih dikerja. Villa tersebut dibangun di pinggir
pulau di atas permukaan laut.Villa tersebut berbentuk Rumah Panggung, seperti
umumnya rumah suku Bugis.Selain villa-villa tersebut, beberapa gazebo masih
dalam tahap pengerjaan, ada juga lapangan basket dan lapangan volley yang belum
rampung. Aktivitas mempercantik dan menata pulau ini masih berlangsung,
terlihat di bagian sudut pulau yang lain masih ada eskavator. Sekitar 15 menit,
Kamal menelpon kami, mengarahkan kami untuk menuju kederetan Villa yang
didominasi warna merah.Kamipun berjalan menuju jembatan yang menghubungkan
pulau dengan deretan-deretan villa tersebut.Jembatannya dipoles dengan cat
berwarna Pink dan Kuning yang sangat kontras dengan warna biru laut dan langit,
tetapi kombinasi warna tersebut yang menjadikannya cantik untuk di lihat.Tak
henti-hentinya saya berdecak mengagumi keindahannya ditambah dengan view yang
sangat cantik, dikejauhan Nampak beberapa pulau kecil yang berpenghuni.
Kamal dan Echa sudah ada di sebuah villa yang masih setengah jadi,
belum ada dindingnya, tetapi lamtai dan atapnya sudah terpasang rapi.
Kamimenghampirinya, tampak di bagian belakan Villa, ada rombongan lain yang
hampir 10 orang, mereka juga asyik bercengkrama tanpa merasa terusik oleh
kedatangan rombongan kami. Kami beristirahat dibagian depan villa sammbil
menikmati angin sepoi-sepoi yang bertiup. Kami bercengkrama sambil menikmati
snack yang kami bawa dari Kota Makassar, tak ada kegiatan berenang atau
snorkling atau main air dan sebagainya, kami hanya melepas penat bersantai dan
bercengkrama. Aktivitas jepret sana dan sini tak luput juga dari aktivitas
kami. Sesekali Aswan, Fachry, Ariel dan Anto mengusuli beberapa cewek yang
asyik berselfie ria dengan tongsisnya.
ABADIKAN SETIAP MOMENT, KARENA WAKTU TAK BISA TERULANG KEMBALI |
Sementara asyik-asyiknya kami bercengkrama, bisik-bisik dari
rombongan tersebut agak kedengaran yang menyebut-nyebut namanya Kamal, telinga
Fachry menangkap bahwa disitu ada tetangganya Kamal, tetapi Kamal tidak percaya
dan mengabaikan karena Kamal tidak mengenali seorang pun dari rombongan
tersebut. Tanpa kami sadari Kamal menaruh rasa penasaran, akhirnya Kamal
pura-pura kebagian belakang villa itu untuk melihat-lihat, ternyata betul salah
satu dari rombongan itu dia kenal, ternyata betul itu tetangganya dan bernama
Waty, suasana menjadi semakin riuh, Kamal dan Waty menjadi bahan bullyan kami,
tetapi Kamal tetap enjoy dan bahkan menambah-nambahi dengan memanggil manggil
Waty. Waty akhirnya tersipu-sipu malu dan tidak pernah menghadap kea rah kami,
mungkin karena malu.
Sudah puas bercengkrama dan menikmati panorama yang indah,
saatnya kami berkemas-kemas untuk kembali ke daratan Pangkep. Sebelumnya tak
lupa kami berfoto rombongan di depan villa tersebut, dan mengambil satu titik
dengan latar sebuah pulau yang tidak jauh dari pulau Camba-cambang. Namun
sebelum kami pulang Sabri mengalami mules dan muntah-muntah. Toilet di pulau
ini sudah ada, namun tidak ada airnya, mungkin karena masih dalam tahap
perampungan, sehingga fasilitas yang ada belum terlalu memadai. Karena sudah
tidak tahan akhirnya Sabri mengambil jerigen kosong dan mengambil air laut
untuk berbilas. Di sebelah Toilet tersebut sudah ada 2 tangki penampungan air
bersih, lengkap dengan kran-krannya, mirip dengan kran air untuk berwudhu di
mesjid. Sembari menunggu Sabri yang menyelesaikan isi perutnya yang mules, kami
menghubungi pak Taju’ untuk datang menjemput kami, beberapa kali dihubungi
tetapi tidak diangkat.
Sekitaran stengah jam kami
menunggu di dermaga akhirnya pak Taju’ datang, satu persatu melangkah ke perahu
Tua milik pak Taju’, cuaca yang cerah, laut yang tenang, angin yang bertiup
sepoi-sepoi menjadikan perjalanan kami lancar. Sekitaran 15 menit diatas perahu
kami kembali tiba di dermaga Maccini Baji’, setelah menyelesaikan pembayaran
dengan Pak Taju’ kami bermaksud untuk langsung meninggalkan dermaga ini, namun
kami bertemu dengan Bagus, Bagus hendak menyeberang ke Pulau Camba-cambang.
Setelah berpamitan, Bagus memberikan kami uang 100.000 untuk dipakai makan,
karena batal makan siang di rumahnya. Kami (Saya, Sabri, Aswan, Echa, Fachry,
Kamal, Ariel, Anto, dan Kina) menaiki mobil Avanza dan menuju ke Kota
Pangkajene, kota terbesar yang ada di Kabupaten Pangkep. Karena kami hanya
sarapan ketika akan berangkat dari Makassar sekitar pukul 08.00 pagi, dan
sekarang sudah menunjukkan pukul 14.00 siang, maka wajar jika perut kami
meronta untuk diisi, apalagi sudah terkena angin laut, hahahhaha. Kamal
mengarahkan kami melalui jalan pintas. Kami tidak langsung ke rumahnya Kamal,
melainkan kami menuju ke sebuah rumah batu yang dari arsitekturnya rumah ini
sudah tua sekali. Ternyata disamping rumah itu ada warung Sop Konro nya “Warung
Konro Haji Sarifuddin”. Kamal mentraktir kami. Sembari menunggu pesanan Konro
kami datang, saya dan Echa mencari penjual minuman dingin, rencananya mau
mencari penjual teh kemasan yang dingin, tetapi melihat penjual es kelapa muda,
akhirnya saya memesan es kelapa muda 10, Echa mencari air mineral dingin. Kami
menghabiskan uang Bagus untuk membeli minuman. Sepulang saya dan Echa, pesanan
kami sudah terhidang, Konronya sangat enak, bumbu racikannya pas, sementara
daging-nya empuk dan gampang terlepas dari tulangnya. Sekedar info, Konro
merupakan masakan berkuah khas Bugis Makassar yang biasanya terbuat dari
tulang/iga yang masih ada dagingnya. Penasaran dengan kuliner ini, datang saja
ke Makassar dan sekitarnya. Haji Sarifuddin pemilik warung ini sangat ramah,
bahkan memberikan kami tambahan kuah, kuahnya sangat enak. Kami makan dengan
lahapnya, tetapi Ariel lah yang paling lahap, sementara Sabri hanya mencicipi
sedikit dari pesanan Kina, karena perutnya masih bermasalah. Menikmati sepiring
Konro, sepiring nasi putih dan es kelapa muda, membuat kami merasa kenyang.
Kamal menyelesaikan pembayarannya, satu porsi Sop Konro (Sop konro + nasi) di
hargai 15.000 rupiah. Sangat murah bukan?.
Sekarang saatnya menuju rumah Kamal untuk beristirahat sejenak sekaligus
untuk Shalat dhuhur dan Ashar lalu melanjutkan kembali perjalanan menuju Kota
Makassar.
SATU PORSI SOP KONRO HAJI SARIFUDDIN |
Sesampainya di rumah Kamal, Kina, Sabri, Facry, Anto, Ariel, Echa,
Kamal dan Anto langsung sholat dhuhur berjamaah, Aswan tiduran dikursi ruang
tamu, saya mandi, (saya memang dasarnya malas sholat, hahahahhaha ) jarum jam
menunjukkan sedikit lagi masuk waktu shalat Ashar, jadi mereka memutuskan untuk
menunggu waktu Ashar kemudian
melanjutkan perjalanan. Setelah mereka selesai shalat berjamaah, saatnya kami
untuk pamitan pada Kamal dan mengucapkan terima kasih atas trip seharinya yang
tak terlupakan. Kami pun kembali menuju kota Makassar.
Terima kasih Tuhanku, Allah SWT, Junjunganku Muhammad SAW, Orang
Tuaku, Sahabatku (Aswan, Echa, Kamal, Anto, Fachry, Sabri, Ariel, dan Kina),
Pahlawanku dan Indonesiaku yang merupakan Surga nya Dunia.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala Puji untuk Allah, Tuhan
sekalian alam.
_________ a~chyie sabang________
Tidak ada komentar:
Posting Komentar