Saya sudah
uring-uringan menunggu, Aso yang katanya tiba pukul 01 siang tetapi belum juga
datang-datang, sekarang sudah pukul 02 lebih.Bukan hanya saya sebenarnya,
Sahar, Andis dan Nila sudah gemes, karena Aso belum sampai-sampai dari tadi.Dari
semalam kami berempat sudah berkumpul di rumah yang ditinggali Sahar, yang
notabene pemilik aslinya adalah orang tua Aso.Semua barang bawaan yang akan
kami bawa sudah kami persiapkan sambil menunggu kedatangan Aso yang sedari tadi
belum tiba. 2 jam lebih kami menunggu, akhirnya yang kami tunggu datang
menampakkan batang hidungnya dengan senyum yang khas. Aso menyapa dan meminta
maaf kepada kami, perjalanan dari Sengkang agak macet, makanya dia
telat.Melihat Aso yang kelelahan akhirnya kami semua luluh dan mengajaknya
untuk makan dulu sebelum pergi mengambil mobil yang kami rental di sekitaran
kompleks juga.Tanpa menunggu lama setelah makan, Aso mengajak Sahar untuk
menemui pemilik mobil yang kami rental untuk mengambil mobil tersebut.
GRUFIE DI PANTAI TANJUNG BIRA
|
Sebuah Avanza silver
sudah parkir di depan rumah, sekitar 15 menit kami semua bergerak cepat alhasil semua barang yang akan kami bawa sudah
tersusun rapi di bagasi. Tak lupa kami berpamitan kepada orang tua Aso sebelum
berangkat, kamipun mendapat wejangan agar hati-hati, saling mengingatkan dan
jangan balap-balap di jalan. Pukul 03.47 sore mobil avanza silver melaju
meninggalkan kompleks Bumi Tamalanrea Permai atau BTP. Sebelum melanjutkan
perjalanan menuju Antang menjemput Unyi, kami singgah dulu menjemput pacar Unyi
di kompleks perumahan Wesabbe di depan pintu dua Unhas. Tak banyak waktu yang
terbuang untuk menemukan alamat pacarnya Unyi, hanya butuh nyasar sekali agar
bisa mengangkutnya.Mar, yah itulah namanya. Mar sudah bergabung bersama kami
dan menempati jok bagian belakang, saatnya menjemput Unyi di Perumnas Antang.
Saya dan Aso duduk di depan, Aso selaku driver, saya penunjuk jalan. Sahar,
Nila dan Andis duduk di jok bagian tengah, sementara Unyi dan Pada (adeknya
Andis) yang nantinya akan
menemani Mar di jok belakang. Sesampainya kami di dekat rumah Unyi, Sahar
mencoba menghubunginya, ternyata dia masih di kantor, mau tak mau kami harus
menunggunya. Saya mulai marah-marah dan mengomel, karena jadwal semula pukul 09
pagi, diundur jadi pukul 03 sore, dan sekarang sudah pukul stengah 6 petang
Unyi belum nongol. Saya sudah mulai emosi karena menunggu lama, mana kaki saya
sakit juga.Unyi akhirnya nongol setelah 2jam lebih ditunggu, setelah minta maaf
kepada kami semua dia bergegas membawa motornya kerumahnya. 5 menit kemudian
Unyi sudah datang dan bergabung di mobil avanza silver yang kami tumpangi.
Saatnya bergerak menuju arah batas kota, untuk menjemput Pada’ adeknya Andis.Hamper
pukul 07 malam, semua personil sudah lengkap, Pada’ dan Unyi sudah menemani Mar
di jok belakang, saatnya Aso menunjukkan keahliannya.
NARSIS DULU DENGAN LATAR
PANTAI PASIR PUTIH TANJUNG BIRA
|
Sebelum Aso memacu kecepatannya, tak lupa
singgah di pertamina isi bahan bakar, supaya kami tidak terganggu dipeerjalanan
kalau tiba-tiba bahan bakarnya habis.Gerimis mengiringi perjalanan kami di
sekitaran kabupaten Gowa.Kondisi jalan mulai sepi ketika memasuki kabupaten
Takalar “Butta Pa’rannuangku”, Aso memacu mobil dengan kecepatan rata-rata 100
KM per Jam. 6 orang di belakang sudah menikmati mimpi indahnya ditemani oleh
lagu-lagu tidak jelas kesukaan Sahar. Sisa kami berdua yang masih sadar, saya
mekasakan untuk tetap terjaga agar Aso tidak kesepian membawa mobil dan
berusaha tetap menemaninya bercakap-cakap, supaya tidak mengantuk.Saya celingak
celinguk memeriksa handphone saya, ternyata sudah hampir sepertiga malam, kami
sudah ada di Butta Turatea kabupaten Jeneponto. Jalan yang baru diaspal serta
kendaraan yang sepi semakin membuat Aso bersemangat untuk memacu kecepatan
mobil diatas 100KM per Jam. Tidak cukup sejam, untuk melewati Kabupaten
Jeneponto yang sangat panjang, kami sudah memasuki Kabupaten Bantaeng, Butta
Toa. Suara berisik mulai kedengaran dari belakang, satu persatu mulai terjaga,
Andis dan Nila langsung kaget ketika mengetahui kita sudah tiba di Kabupaten
Bantaeng.Bantaeng malam ini
lumayan ramai, kontras dengan Takalar dan Jeneponto yang seolah tidak ada bedanya
antara malam tahun baru dan malam-malam biasanya. Memasuki Kota Bantaeng,
keramaian sudah semakin Nampak,muda-mudi lalu-lalang sambil menunggu pesta kembang api malam pergantian tahun.
Puluhan polisi berjaga-jaga dan bertugas untuk mengatur lalu lintas di setiap
perempatan dan pertigaan jalan.Keramaian bertitik di dua lokasi yaitu Pantai
Seruni yang terletak di jantung Kota Bantaeng dan Pantai Marina yang terletak
di dekat perbatasan antara Kabupaten Bantaeng dan Kabupaten Bulukumba.Aso
terpaksa menurunkan kecepatan laju mobil karena selepas kota, puluhan ababil
(abg labil) seang berkonvoi
menggunakan motor. Sekitar 1 Kilometer kami harus bersabar berada di belakang
rombongan mereka dan berjalan seperti kura-kura, karena ingin menyalib takutnya kami di keroyok, kayak geng
motor di Makassar.Keramaian pun kembali kami temui saat melewati gerbang masuk
pantai Marina, maklum puncak pergantian tahun sisa sejam lebih lagi.
NARSIS BERSAMA SAHABAT DI PANTAI TANJUNG BIRA
|
Andai pemilik penginapan yang kami booking
tidak menelpon terus, saya rencananya ingin mengajak mereka singgah di Pantai
Marina, menyaksikan keseruan dan keramaian pesta kembang api menjelang
pergantian tahun 2014 ke 2015. Sepanjang perjalanan dari Makassar sampai
kabupaten Bantaeng, pemilik penginapan tersebut menelpon terus, mungkin sudah
sekitar 20 kali.Bapak tersebut tidak yakin karena kami tidak ada hitam diatas
putih, dan sekarang katanya sudah 8 tamu yang dia tolak karena mempercayai
kami. Sebelumnya saya ingin membayar panjar 30% sebagai bukti deal supaya saya
ada pegangan dan Bapaknya juga ada pegangan, tetapi Bapaknya mengatakan tidak
usah. Sehari sebelum berangkat saya juga sempat mengontak beliau untuk
mengabarkan kepastian saya berangkat dan memastikan tempat itu tersedia untuk
kami. Karena saya takutnya kalau Beliau menyewakannya kepada orang lain, lalu
saat kami datang kami baru sibuk mencari penginapan lain. Sebaliknya beliau
juga khawatir jangan sampai tempatnya disimpan untuk kami lalu kami tidak
datang, dan beliau juga sudah menolak tamu yang lain.
ASSALAMU ALAIKUM PANTAI BARA
|
Pukul 11.15 malam kami sudah tiba di Kota
Bulukumba, Butta Panrita Lopi. Pusat kota Bulukumba tepatnya di bundaran Perahu
Pinishi sudah sangat ramai, warga tumpah ruah untuk untuk menyambut pesta
pergantian tahun. Jalur menuju pantai Bira terpaksa dialihkan ke lorong-lorong
belakang, karena jalur utama di pinggir lapangan terbesar di Kota Bulukumba ini
dijadikan areal parkir.Di tengah-tengah lapangan berdiri sebuah panggung
hiburan yang dikelilingi oleh bejibun warga.Saya sempat pangling, mesti kearah mana, jadinya kami berputar-putar sebanyak dua kali
di bundaran phinisi tersebut. Akhirnya saya mengarahkan Aso untuk mengikuti
mobil yang ada di depan kami. Saya dan Aso sempat bingung karena kami tembus di
pinggir pantai yang mirip-mirip dengan pantai Losari.Setelah beberapa kali
bertemu dengan persimpangan, akhirnya berujung juga pada jalan poros yang
menghubungkan Kota Bulukumba dengan Tanjung Bira.Sahar meminta Aso untuk
mencari minimarket, kami lupa membeli air minum dan persediaan cemilan juga
mulai menipis. Selang beberapa saat Aso memarkirkan mobil di depan sebuah
minimarket. Saya menyarankan agar tidak terlalu lama, mengingat pergantian
tahun sisa stengah jam lagi.Semua kebutuhan sudah dibeli, saatnya berpacu
dengan waktu agar bisa tiba di Tanjung Bira dengan selamat sebelum pergantian
tahun. Music romantic yang easy listening mengalun membuai telinga 6 makhluk
Tuhan yang dibelakang, Jalanan sudah mulai sepi, kiri kanan jalan sudah tidak
kami jumpai rumah, hanya suara-suara jengkrik yang memecah sunyinya malam. Aso
memacu kecepatan mobil hingga mencapai angka 120.Andis dan Nila tiba-tiba
terbangun dan menjerit, katanya terlalu cepat, Sahar hanya berceloteh bahwa
tidak lari gunung dikejar.Biar pergantian tahun terlewatkan diperjalanan yang
penting kita selamat sampai Tanjung Bira, kata-kata itu meluncur dari bibir
tipis Unyi, sementara Mar dan Pada’ tak pernah kedengaran suaranya.Saya hanya
tertawa menimpali celotehan mereka.
TIBA DI PANTAI BARA |
10 menit sebelum pergantian tahun,
akhirnya kami memasuki kawasan Pantai Bira, jangan lupa bayar karcis dulu di
loket, Rp.10.000 / orang.Karena jalanan di sekitar pantai sangat macet, sehingga
kami hanya bisa melewatkan pergantian tahun di atas mobil.Saya kembali
menghubungi bapak pemilik Penginapan Bukit Sawerigading, beliau sudah menunggu
kami sedari tadi.Mencari dan menemukan beliau itu susahnya minta ampun di
tengah-tengah orang yang tumpah ruah menikmati puncak pergantian tahun, apalagi
kami tidak mengenal beliau begitupun sebaliknya.Aso memarkir mobil lau saya
menghubungi beliau dan memberi tahu posisi kami sekarang.Berselang beberapa
menit akhirnya beliau datang menjemput dan menuntun kami menuju Penginapan
Bukit Sawerigading. Awalnya yang lain mengomel, karena kami diarahkan
berputar-putar hampir ke tengah hutan-hutan. Dan tibalah juga kami di sebuah
penginapan yang sangat indah, depannya dihiasi dengan batu-batu gunung yang
sudah diberikan sentuhan pahat sehngga jika diperhatikan secara seksama mirip
dengan patung.Saya sempat berujar, serasa di Bali, yang kurang hanya payung dan
kain kotak-kotak hitamnya saja.Beliau menunjukkan kamar yang telah dia
simpankan untuk kami sambil menyerahkan kuncinya ke Sahar.Saatnya membongkar
barang dan perlengkapan lainnya yang kami bawa dari Makassar. Semua barang sudah
masuk di dalam kamar, waktunya mengisi perut yang keroncongan dengan Nasi
kuning, Nasu Itik Palekko dan Ayam Goreng Kecap yang kami bawa dari Makassar.
BULUKUMBA IN LOVE
|
Perut sudah kenyang, yang lain sudah
bersiap-siap untuk keluar menikmati malam pergantian tahun di Tanjung Bira.
Saya lebih memilih untuk istirahat saja di kamar, berhubung kaki saya masih
bengkak dan sangat sakit efek menggantung selama beberapa juam di perjalanan.
Menurut saya kamarnya lumayan bagus,dengan ukuran 4 X 4 meter persegi, sangat
cukup untuk memuat hingga 10 orang. Dilengkapi dengan fasilitas tempat tidur
King Bed, Ac, Tv, Karpet dan kamar mandi dalam, maka sangat wajarlah kalau
kamar ini di bandrol Rp.850.000 / malam, apalagi malam tahun baru dimana
permintaan akan jasa sewa penginapan pasti meningkat. Posisinya lumayan
strategis, hanya sekitar 20-30 Meter dari pinggir pantai Tanjung Bira.Meskipun
tidak berada dipinggir jalur utama, namun justru itu menjadi nilai plus bagi
saya, tidak terlalu ribut dan tidak terlalu ramai. Andis, Pada’, Aso, Sahar,
Nila, Unyi dan Mar sudah meninggalkan saya sendirian di dalam kamar nomor 04
tersebut, saatnya saya meluruskan punggung dan mengisitirahatkan kaki yang
sakitnya lumayan membuat saya hampir menangis. Mungkin karena lelah
diperjalanan sehingga mereka mungkin hanya sekitar 30 menit lalu kembali satu
persatu ke dalam kamar. Andis, Pada, Nila dan Mar sudah mengambil dan mengatur
posisi di atas tempat tidur, sementara kami berempat yang cowok di bawah, di
karpet. Aso dan Unyi keluar kamar lagi mencari warung untuk membeli kopi dan
kartu, mau main joker katanya.Mereka kembali dengan membawa kedua jenis barang
tersebut.Mereka bertiga, Sahar, Unyi dan Aso mengajak saya untuk bermain joker,
tetapi saya menolak, saya lebih memilih untuk tidur.Saya lebih memilih tidur
untuk mengusir rasa sakit kaki saya yang menjadi-jadi, dan sialnya saya lupa
membawa asam mefenamat. Andai tidak malu mungkin say sudah menangis, semakin
sakit, goyang sedikit sakitnya minta ampun. Karena mata dan pikiran saya masih
terjaga, jadi alternatifnya supaya cepat tidur adalah mendengar Surat Ya –
Sin.Saya tidak tahu persis kapan saya tertidur.
NASIR // LANAASIR // NAZH //
ACHYIE // LABELENG
|
Mentari mulai menyinari Butta Panrita
Lopi, hiruk pikuk aktivitas para penikmat pantai dan pengais rezeki di sekitar
Pantai tanjung Bira mulai bergeliat. Andis dan Pada lebih duluan pergi
meninggalkan kami, pergi mencari spot untuk berfoto, selanjutnya, saya, Aso,
Nila dan Sahar yang meninggalkan penginapan, tak lama kemudian Unyi dan Mar
menyusul. Pantai Bira pagi itu lumayan ramai, saking ramainya kami tidak bisa
menemukan keberadaan Andis dan adeknya. Daripada bermain air disini, banyak
orang dan otomatis kotor, saya mengajak yang lain untuk ke Pantai Bara saja.
Panta Bara masih sekompleks dengan pantai Bira, jaraknya kira-kira kurang lebih
2KM dari pusat pantai Bira. Dengan bujukan dan iming-iming Pantai bara lebih
bersih daripada Pantai Bira, akhirnya mereka semua setuju untuk berpindah ke
Pantai Bara. Kami berenam kembali menuju penginapan, mengambil apa yang
kira-kira kami butuhkan disana nantinya, seperti cemilan dan airminum,
kacamata, tongsis dan lain sebagainya. Sahar mencoba menghubungi Andis untuk
memanggilnya kembali ke penginapan, karena kami akan ke Pantai Bara. Seperti
yang saya katakan tadi Bahwa jaraknya sekitar 2kilometer maka mengharuskan kami
menggunakan mobil.Tidak lama kemudian Andis dan pada sudah datang, kami semua
sudah menunggu di teras penginapan, Andis langsung masuk kamar mengambil
jaketnya.Selanjutnya kami berdelapan menuju Pantai Bara, awalnya salah belok,
harusnya belok kiri tetapi saya mengarahkan belok kanan.Setelah kembali kejalur
yang benar, perjalanan kami lanjutkan.Saya tidak luput dari bulian mereka,
pertama karena saya sudah tepar waktu pukul 1 malam, kedua karena semalam agak
linglung ketika di bundaran Phinisi Kota Bulukumba dan terakhir waktu yang baru
tadi salah menunjukkan arah, harusnya belok kanan tetapi saya arahkan belok
kiri. Canda dan tawa kami menjadikan suasana di tengah hutan ini menjadi ramai
serta jeleknya jalanan tidak terlalu kami rasakan karena tertawa melulu.
MENIKMATI JERNIHNYA AIR DI PANTAI BARA
|
Perjalan dari penginapan ke Pantai Bara,
membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit, mungkin jika tidak terlalu santai
hanya 5 menit. Kondisi jalan, sepotong beraspal, dan sepotongnya lagi berbatu
dengan lebar kurang lebih 3 meter, agak susah jika mobil berpapasan. Jadi
setiap berpapasan mobil harus singgah dan menepi.Di tempat parkir, sudah ada
beberapa mobil yang terparkir, antara 5-7 mobil, artinya di bawah di pantai
lumayan ramailah, tetapi tidak seramai dengan Pantai Bira.Mobil sudah terparkir
rapi, sesuai arahan seorang wanita cantik berkepang yang menjaga parkiran
tersebut.Kami berjalan beriringan menuju pinggir pantai. Sudah kedua kalinya
saya menjejakkan kaki di Pantai Bara, yang lain ini adalah pengalaman pertama
mereka menginjakkan kaki di surge yang tersembunyi. Sejenak saya berdiri memuji
kebesaran Tuhan, saya masih saja terpukau dengan keindahan pantai Bara
Perpaduan antara pasir putih dan birunya
laut menghasilkan warna biru tosca yang sangat memanjakan mata. Dengan mengucap
salam, (kebiasaan jika mengunjungi suatu tempat) saya menjejakkan kaki saya
menuju pinggir pantai Bara. Sudah ada beberapa orang yang lebih dulu datang
daripada kami, bahkan ada beberapa rombongan yang ngecamp di pinggir pantai.
Yang lain langsung berlarian, menikmati halusnya pasir pantai Bara. Memandang
kedepan, mata akan dimanjakan dengan warna biru tosca air laut, tidak jauh di
depan sana ada pulau. Selanjutnya mari kita tengok ke sebelah kanan maka
keindahan maha sempurna akan nyata terpampang di depan mata. Pantai dengan
ombak yang bergulung-gulung menghantam tebing karang yang
kokoh, semakin menasbihkan kebesaran Tuhan.Puas dengan pemandangan landscape
tebing dan ombaknya, mari kita mengalihkan pandangan ke sebelah kiri, mata akan
dimanjakan dengan landscape yang berbeda, yaitu dengan laut yang berwarna biru
tosca yang menyatui dengan horizon. Garis pantai yang panjang terhubung
langsung dengan Pantai Bira dan
ditumbuhi oleh pohon kelapa yang subur semakin menyempurnakan keindahan yang
Tuhan ciptakan.
LUPAKAN SEMUA PENAT DAN MASALAH DI TAHUN 2014
|
Puas menikmati keindahan yang alam
sajikan saatnya menikmati hangatnya air laut Pantai Bara.Jernihnya air dan
halusnya pasir putih sudah sangat menggoda kami untuk langsung nyebur.Andis dan
adeknya lebih memilih kea rah sebelah kanan, menikmati indahnya pemandangan
pasir putih dan tebing-tebing kokoh sambil berfoto selfie.Dengan pakaian basah
karena sudah nyebur kelaut, saya menyusul Andis kea rah kanan, disini ternyata
lebih asyik, pemandangan leboh ok, air lebih jernih. Akhirnya satu persatu dari
mereka mendekat. Semua gadget dan tas disimpan di pinggir tebing, saatnya
menikmati air sepuasnya. Bermain air, saling melempar pasir, berenang kesana
kemari membuat waktu dua jam berlalu tanpa kami rasa. Unyi dan mar lebih dulu
menepi ke pinggir karang, di susul oleh Sahar, Aso dan Nila, sementara saya,
Andis dan Pada masih asyik berenang. Perut yang mulai keroncongan memaksa kami
harus menyudahi kegiatan di pantai Bara.Saatnya kembali ke penginapan untuk
merencanakan destinasi selanjutnya yang kami tuju.
KENAPA MESTI KELUAR NEGERI, BUKANKAH INDONESIA SANGAT INDAH?
|
Sesampainya di penginapan, Nila dan Andis
mengecek makanan sisa semalam, tetapi ternyata semuanya sudah basi.Jadinya kami
sarapan pakai mie instan saja.Setelah kenyang maka selanjutnya akegiatan
bilas-bilasan secara bergantian, saya yang paling terakhir.Semuanya sudah
berganti pakaian dan harum, saatnya memilih destinasi yang akan kami tuju.
Sebelumnya waktu masih di Makassar, destinasi selanjutnya adalah tebing
Apparalang, tetapi karena kaki saya yang tidak bersahabat, maka Apparalang
dicoret. Kandidat selanjutnya adalah kebun stroberi Kabupaten Bantaeng,
meskipun jalur kesana tidak ada yang tahu, tetapi kami sepakat akan singgah
bertanya jika sudah di Kota Bantaeng. Pembahasan mengenai destinasi selanjutnya
sudah selesai, saatnya istirahat sejenak sebelum mengemasi barang untuk check
out, karena batas check out hanya sampai pukul 2 siang. Pukull 11 siang, kami
sudah bersiap-siap untuk membereskan barang, memngemasi yang bisa dikemas,
memasukkan ke dalam tas yang semula memang di tas, memungut sampah dan
membuangnya ke tempat sampah. Sejam kemudian semua barang yang kami bawa sudah
kembali pada posisi semula di dalam mobil, kamar lumayan sudah bersih tidak
terhambur seperti kapal pecah.Last check
tentang barang bawaan, sudah tidak ada yang teringgal, saatnya menyerahkan
kunci kamar kepada sang pemiliknya yang lupa saya tanya siapa namanya. Saya
mewakili teman-teman yang lain minta pamit untuk kembali lagi ke Kota Makassar
dan mengucapkan terima kasih.
SETITIK SURGA ADA DISINI, DI PANTAI BARA BULUKUMBA
|
Semua personil
sudah nyaman pada posisinya masing-masing, saatnya kita pulang. Namun kami
sempat bingung karena ketika mau keluar, jalan sangat macet, katanya Bapak
Kapolda Sulawesi Selatan datang berkunjung ke Pantai Bira dan membawa beberapa
rombongan sehingga membuat kemacetan. Untung otak saya cepat berfikir akhirnya
saya mengarahkan Aso untuk mengambil jalur menuju pantai Bara, nanti di
pertigaan kedua kita belok kanan maka akan tembus dengan jalan keluar. Aso
menurutu instruksi saya, dan kami terbebas dari kemacetan. Kami sempat takjub
melihat antrian yang panjang ketika melewati gerbang yang sekaligus menjadi loket pembayaran,
antrian sekitar 2-3 kilometer. Umumnya adalah rombongan keluarga dengan mobil
pribadi, tetapi ada juga yang mencarter angkutan umum, bahkan beberapa yang
kami temui naik mobil piuck up dan mobil truk.Pesona Pantai tanjung Bira memang
taka da matinya dan sudah terkenal seantero Sulawesi Selatan bahkan sudah
menggema ke tingkat Nasional, tetapi Pantai Bara masih tetap hidden paradise, dimana tidak banyak
orang yang mengetahui keberadaan dan jalur menuju kesana.Butuh kesabaran ekstra
untuk melewati antrain ini, focus dalam mengemudi juga harus, mengingat antrian
kendaraan sudah mengambil lebih dari seperdua jalan, jalannya juga agak sempit.
Kemacetan tidak dapat dihindarkan ketika beberapa pengendara motor menutupi
lajur keluar. Kemacetan baru bisa terurai ketika kami yang ingin keluar
mengalah sejenak dan membiarkan rombongan pengendara tersebut lewat.Aso memacu
mobil dengan kecepatan rata-rata 90KM/Jam. Di tengah perjalanan, Andis mengajak
kami untuk singgah di rumah Vera di Kota Jeneponto.Vera ini merupakan teman
sejurusan Sahar dan Andis, juga sebagai sahabat karib yang menjadi partner Tugas Akhir Andis waktu kuliah
di Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik< Universitas Hasanuddin
Makassar. Saya pun mengenal Vera, karena
kami sesame Anak Teknik, dan pernah terlibat beberapa kali dalam kepanitiaan
yang sama.
MENIKMATI KEMAHAKUASAAN TUHAN
|
Aso harus memperlambat laju mobil ketika
memasuki Kabupaten Bantaeng, hujan dan badai tengah menerjang Butta Toa ketika
kami lewat.Rencana untuk singgah ke kebun strobery dibatalkan mengingat
beberapa faktor yang tidak mendukung. Misalnya jalan yang licin, Kabut yang
mempengaruhi jarak pandang, Hujan yang akan mengaggu aktivitas kami di sana.
Letak kebun strobery yang tepat di atas Gunung sangat tidak memungkinkan untuk
kami kunjungi. Alternatif lain adalah jalan-jalan ke Pantai Seruni Kabupaten
bantaeng yang terletak di Jantung kota Bantaeng. Berhubung hujan, maka kami
tidak jadi singgah, perjalanan berlanjut hingga meninggalkan Kabupaten bantaeng
yang sudah tersohor dengan kebersihannya dan kemajuan pembangunan
infrastrukturnya.4 Kilometer dari perbatasan Bantaeng dan Jeneponto kami
memilih untuk singgah melepas dahaga di Pantai Ujung Timur, Desa Tino,
Kecamatan Tarowang, Kabupaten Jeneponto.Disini kami dimajkan oleh udara yang
lembab, serta belaian angina sepoi-sepoi sambil menikmati es kelapa muda segar.
Saya sudah lumayan kenal dengan pemilik kedai kelapa muda ini, Pak Sabda Nata dan istrinya. Namun ada perbedaan
antara sekarang dengan waktu saya berkunjung pada awal Desember lalu, ada dua
gazebo baru dan dua tempat duduk baru.
Sejam waktu yang kami habiskan disini.Nila menyelesaikan pembayaran kelapa yang
kami makan, 6 rasa gula merah, 1 original dan 1 rasa syrup.
MENIKMATI KELAPA MUDA SEGAR DI PANTAI UJUNG TIMUR JENEPONTO
POROS KAB.JENEPONTO – KAB. BANTAENG
|
Andis, Aso, Mar, Nila, Pada, Sahar, Unyi
dan saya sudah kembali ke posisi semula. Mari kita melanjutkan perjalanan
menuju ke rumah Vera di Pusat Kota Jeneponto.Tawa yang tercipta dari candaan
kami mengiringi perjalanan menuju ke rumah Vera. Jam digital sudah menunjukkan
pukul 15:47, kami semua penuh harap semoga di rumahnya Vera kami dijamu dengan
makan berat. Andis yang kali ini menjadi penunjuk jalan, tetapi ternyata
lupa-lupa ingat juga alamat rumah Vera. Berkat pertolongan sebuah benda logam
yang bisa digeggam yang disebut Handphone alias HP, maka alamat rumah vera bisa
kami temukan. Kami turun dan Vera langsung mempersilakan kami masuk ke ruang
tamu rumahnya. Sudah terhidang 2 piring besar pisang goreng kipas dengan toping
seres dan keju tak lupa disiram dengan susu putih yang kental,
semakin menggugah selera. Tak ketinggalan sepiring besar ubi jalar goreng
beserta Lombok tumisnya, membuat perut semakin keroncongan.Belum dipersilakan untuk
mencicipi tetapi saya sudah mengambil ubi jalar goreng tersebut, Alhamdulillah
akhirnya makan juga sesuatu yang bisa membuat kenyang.Vera meninggalkan kami di
ruang tamunya yang lagi asyik menikmati hidangan tersebut, lalu kembali lagi
dengan baki yang berisi delapan gelas coca cola dingin.Sempurna.Meskipun
melenceng dari harapan kami yang berharap dijamu dengan coto kuda atau
setidaknya makanan beratlah, tetapi kami sudah kenyang dan sangat puas.Dua
piring pisang goreng dan dua piring ubi goreng tandas dalam waktu setengah jam.
Andis melepas kangen dengan Vera sang sahabat karibnya dengan bergosip mulai A
sampai Z. Saya, Aso dan Unyi saling mengedipkan mata, pertanda saatnya kita
harus pamit. Namun sebelum pamit kami berfoto dulu sebagai kenang-kenangan dan
ajang pamer di Path.Hahahahahha.Sebelum kami melangkah keluar dari ruang tamu
Vera, ternyata Afzal putra pertama Vera yang lebih setahun bangun, Afzal pun
tiba-tiba menjadi artis, semua ingin menggendongnya, dan Cuma saya yang
berhasil menggondongnya. Afzal kembali menunjuk ibunya, artinya dia ingin ke
Ibunya, akhirnya kamipun bersalaman dan mengucapkan terima kasih kepada Vera
dan keluarganya.Dengan rasa kenyang dan tambahan energi, kami melanjutkan
perjalanan menuju ke Makassar.
KELAPARAN DAN TIDAK TAHU MALU DI RUMAH VERA, DI JENEPONTO
|
Alhamdulillah kami tiba dengan selamat di
BTP sekitar pukul 07 malam, setelah mengantar Pada ke Jalan Daeng Tata dan Unyi
ke Kompleks Perumnas Antang.Semua badan terasa pegal dan cape, tetapi itu tidak
sebanding dengan kepuasan kami.Hujan semakin deras mengguyur Kota Makassar
menjadikan dingin yang semakin mempercepat rasa ngantuk datang. Saya, Aso, dan
Sahar sudah tepar, kayaknya Andis dan Nila pun juga demikian di kamar sebelah.
Terima kasih kepada Tuhan sang maha Indah
yang mencintai Keindahan, Terima Kasih Sahar, Aso, Nila, Andis, Pada, Mar dan
Unyi atas cerita barunya. Terima kasih bapak pemilik Penginapan Pondok
Sawerigading yang telah memberi kami kepercayaan.Terima kasih Bulukumba.Dan
terima Kasih yang tiada batas kepada kedua orang tua kami. Alhamdulillah
Biaya yang kami keluarkan
v Sewa Penginapan di Penginapan Bukit
Sawerigading Rp 850.000 (malam tahun baru). Rp 400.000 – Rp 500.000 (tergantung
kepiawaian menawar) jika hari biasa, fasilitas Ranjang dan Kasur ukuran King Bed,
Ac, Televisi, Kamar mandi dalam, Karpet. Kontak Pribadi yang bisa dihubungi
081343242318, terletak sekitar 20-30 meter dari pinggir pantai Bira.
v Sewa rental mobil avanza selama 2 hari,
Rp.550.00
v Bahan Bakar. Rp.300.000
v Uang makan selama perjalanan ± Rp.
500.000 (tergantung selera)
v Uang masuk Kompleks Tanjung Bira, Rp
80.000 ( Rp.10.000 / orang)
Achyie Sabang
Januari, 2015
ini dimana gan tempatnya
BalasHapus