Kemal memarkir si Biru di
tempat yang ditunjukkan Kadir, di depan sebuah rumah batu yang masih dalam
tahap pembangunan. Rumah Kadir di belakang rumah batu tersebut. Ayah dan ibu Kadir sudah menunggu kami di
teras rumahnya sambil merpesilakan kami naik. Kemal dan ayahnya Kadir sudah
akrab dan saling mengenal, ternyata dulu waktu masih kami semua berstatus
mahasiswa, Kemal sering singgah di rumah Kadir jika perjalanan menuju atau dari
Sengkang. Perbincangan ringan mengalir antara kami dan ayahnya Kadir. Ibunya
Kadir datang dari dalam membawa sepring besar jagung pulut rebus yang masih
mengepul asapnya dan garam yang sudah ditumbuk halus dengan cabai rawit dalam
piring kecil. Saya langsung ngiler melihatnya. Saya mengambil satu biji, masih
panas. Sambil saya tiup-tiup saya mengoleskan tersebut. Tanpa perlu menunggu
sampai betul-betul dingin, saya langsung menggigitnya. Rasa nikmat jagungnya
bercampur asin dan pedis menjadi satu kesatuan yang sangat memanjakan lidah.
Saya dan Dina asyik menikmati jagung rebus tersebut, sementara yang lain asyik
bercerita bersama ayah Kadir sambil merokok. Kadang cara berbicara ayah Kadir
menimbulkan gelak tawa diantara mereka dan kami pun juga ikutan tertawa. Ammank
dan Kemal ikutan tergoda melihat kami begitu menikmati jagung rebus tersebut. Tidak
lama kemudian ibunya Kadir kembali sibuk bolak balik dari dalam dapur ke ruang
tengah, ternyata sibuk mempersiapkan makan siang untuk kami. Jarum jam memang
sudah menunjukkan angka 2. Waktu makan siang sudah lewat sebenarnya, tetapi karena
kami sudah terbiasa dengan jadwal makan tidak teratur di kota, jadi bagi kami
itu tidak masalah, apalagi kami sudah menikmati jagung rebus. Singkat kata
akhirnya kami dipersilakan untuk menuju ke ruang tengah untuk menikmati
hidangan tersebut.
|
#bolangglamour sebelum berangkat ke Camba |
Nasi putih yang masih
mengepul asapnya, sayur rebung dan terong, telur dadar, ikan kering goreng saos
kecap, sokko (nasi ketan), palopo’, dan peco’bue (saya tidak tahu apa bahasa
Indonesianya, ini bahasa Bugis). Kami menikmati hidangan tersebut,
jarang-jarang di kota ada makanan seperti ini. Kenyang. Setelah beristirahat
sejenak sambil berbincang-bincang ringan, Dina mengajak kami untuk segera
berangkat menuju air terjun. Serempak kami berlima setuju. Kami bersiap-siap,
membawa pakaian ganti, minuman, cemilan, tablet serta handphone untuk keperluan
dokumentasi dan jangan lupa bawa payung.
|
Disinilah petualangan #bolangglamour dimulai |
Kami berenam sudah siap untuk
berangkat, Kadir berangkat menggunakan motor sementara kami berlima berangkat
menggunakan si Biru. Perjalanan lumayan memacu adrenalin. Di kejauhan sana
nampak para petani membajak sawahnya, ada yang sedang menjalankan traktor, ada
yang menabur benih, ada yang menanam padi, dan ada pula yang mencangkul untuk
merapikan pematang sawah. Tampak begitu sempurna sajian alam yang Tuhan
ciptakan.
|
Perjalanan si #bolangglamour mencari setitik surga |
Kampung Maddenge, Desa
Pattiro Deceng, Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi – Selatan.
Berjarak sekitar 80 KM arah Timur Laut dari Kota Makassar, ibukota provinsi
Sulawesi Selatan dan menghabiskan waktu tempuh kurang lebih 1jam 30 menit jika
tidak macet. Namun jika macet bisa lebih. Kurang lebih 50 KM dari Kota Maros
dan membutuhkan waktu tempuh sekita sejam. Camba terletak di ketinggan 340
Meter di atas permukaan laut, membuat hawa disini terasa sejuk, pemandangan
sekeliling hanyalah perbukitan. Disinilah tempat kami sekarang berpijak.
|
#bolangglamour dan pemandangan di sekelilingnya |
Si Biru sudah terparkir di
halaman rumah salah satu kerabat Kadir. Kami sudah siap untuk mulai ngebolang
bersama sahabat petualang melewati gunung dan lembah serta sungai. Kadir mulai
menjemput kami satu persatu untuk menuju titik nol awal petualangan kami kali
ini. Mulai dari Ammank, Dina, dan terakhir saya, Jaja dan Kemal jalan kaki
karena jaraknya mungkin hanya sekitar 100 meter dari tempat kami parkir, tetapi
karena berbelok-belok dan mendaki maka butuh waktu sekitaran 5 hingga 7 menit
lebih untuk sampai di tempat ini. Selfie sebelum bertualang merupakan hal pokok
yang harus dilakukan. 2 kali jepret menggunakan kamera depan tablet Samsung
galaxy 10 yang saya bawa dengan latar pepohonan bambu yang rimbun sudah cukup bagi
kami. Saatnya memulai petualangan.
|
air terjun pertama yang #bolangglamour dapatkan, tanpa nama. sehingga saya menamainya Air Terjun Bolangglamour I | |
|
|
Awalnya jalanan masih
berbatu, 10 meter kemudian batu-batunya mulai hilang hingga menjadi jalan
becek, saya mengangkat sandal saya, sementara Kadir menyerahkan sandal
lapangannya ke Dina, karena sandal Dina hanya sandal jepit, seperti sandal
saya. Kami berjalan menyusuri jalan setapak yang lumayan becek. Jalanan yang
awalnya terletak dipinggir sawah lama-kelamaan memasuki area hutan-hutan, namun
jalur jalan masih kelihatan. Kami kembali keluar dari hutan dan mendapatkan
ujung jalan ini adalah menuju sawah. Tak ada lagi tanda-tanda jalan. Akhirnya
kami mengikuti Kadir memasuki areal persawahan, melewati pematang yang sangat
licin dan sempit. Karena saya takut jatuh, akhirnya saya memutuskan untuk turun
ditengah-tengah sawah, sambil memegangi Dina yang jalannya tertatih-tatih.
Kadir sudah berjalan lebih dulu, seakan melewati jalan beraspal tanpa kendala.
Kemal, Jaja dan Ammank masih dibelakang, lagi sibuk berselfie ria. Karena ragu
dengan jalan pematang yang sempit dan licin, Kemal mencari jalan lain yang
lebih layak untuk kami. Kemal memutuskan kembali ke ujung jalan setapak tadi,
lalu memilih melewati sungai-sungai kecil yang airnya merendam mata kaki.
Ammank dan Jaja mengikutinya kembali. Saya dan Dina sudah ditengah-tengah
pematang, untungnya sawah tersebut berbentuk oval, jadi kami tidak butuh waktu
lama untuk kembali ke jalan yang benar dan layak. Kadir sudah hilang dari
pandangan mata. Kami berlima berjalan beriringan. Kemal berteriak ala
orang kampung untuk mengetahui keberadaan Kadir.
“U..........” begitu teraiakan Kemal, lalu dijawab dengan
teriakan sama oleh Kadir. Kadir kembali beregabung bersama kami sambil diomeli
oleh Jaja dan Kemal, saya, Dina dan Ammank hanya tertawa sambil menarik nafas
dalam-dalam. Perjalanan sudah mulai menurun, melewati jalur sempit yang sudah
hampir tidak kelihatan karena sudah ditumbuhi rumput karena jarang dilalui oleh
orang. Saya hanya berjalan sambil diam. Bukan hanya saya yang berjalan dengan
diam, semuanya pun demilkian, tidak bersuara jika tidak pernting. Menyimpan
tenaga. Nafas kami mulai ngos-ngosan, jalan kami mulai melambat karena medan
yang licin dan menurun, banyak duri dan jalanan sempit. Kadir, Dina, Saya,
Kemal, Ammank, dan terakhir Jaja, begitulah susunan kami beriringan berjalan
menyusuri jalan sempit yang curam. Kami mendapati sebidang tanah yang agak
landau dan rata tetapi rumput liarnya sangat tinggi. Kami singgah sejenak untuk
menarik nafas baik-baik, Kemal mendahului saya mengikuti Kadir dan Dina. Perjalanan
kami lanjutkan, kami harus menyeberangi sungai kecil yang lebarnya kira-kira
hampir dua meter dengan melangkahkan kaki ke batu-batuan yang ada di tengah
sungai. Hanya 3 m menginjak tanah, kami harus menyeberangi sungai lagi,
lebarnya hampir tiga meter, kami harus turun ditengah-tengah sungai. Dalamnya
selutut. Kami semua sudah berhasil menyeberangi sungai kedua. Kadir, Kemal dan
Dina di hadapan saya, Jaja dan Ammank di belakang saya, yang dihadapan saya
lagi semangat-semangatnya berjalan sementara yang dibelakang saya sibuk mencari
batu dan bongkahan *EFEK DAN DEMAM BATU*. Saya terjatuh terpeleset karena batu
kapurnya sangat licin, tetapi beruntung tidak ada yang melihat. Saya bangkit
dan menertawakan diri saya sendiri. Setelah berjalan sekitar 10 meter, saya
terhenti, tiba-tiba nafas saya yang tersengal-sengal langsung menjadi normal,
cape saya langsung hilang, di hadapan saya sudah terpampang air terjun yang
cantik.
|
#bolangglamour dengan latar Air Terjun Bolangglamour I |
|
serba-serbi #bolangglamour di Air Terjun
Bolangglamour I
|
|
#bolangglamour yang paling Narsis
|
Perjalanan kami terbayarkan
oleh keindahan air terjun yang ada di hadapan kami, saya langsung bersujud
memuji kebesaran Tuhan, tak henti-hentinya saya mengucap syukur dan memuji
kebesaran Tuhan. Gemuruh air yang jatuh menggoda kami untuk bermain air. Saya
langsung berendam. Mengunjungi tempat secantik ini tidak lengkap jika tanpa
dokumentasi. Tanpa dikomando, kadir langsung mengeluarkan Tablet mininya dan
menjepret kami sampai puas. Air terjun ini kami tidak tahu apa namanya,
tingginya sekitaran 2-3 meter dengan debet air yang tidak terlalu besar.
Berbentuk siku seperti huruf L, lebarnya mungkin sekitaran 5 hingga 7 meter.
Airnya jatuh di dinding yang curam tegak lurus ke atas. Di salah satu sisinya
air terjun ini bertingkat tiga, dan pas di sudutnya pertemuan antara dua
sisinya terdapat sebuah bongkahan batu besar tepat ditingkatan yang pertama.
Karena kami datang pada saat musim hujan sehingga airnya tidak terlalu jernih.
20 menit waktu berlalu di tempat ini kami tak sadari, kami asyik bermain air
sambil foto-foto. Kadir mengajak kami untuk ke destinasi selanjutnya.
Sebenarnya kami belum puas, tetapi kami menurut saja mengikuti omongan Kadir,
karena katanya air terjun yang di atas lebih bagus lagi.
|
Air Terjun kedua yang #bolangglamour dapatkan, karena juga tidak ada namanya, maka saya menamainya Air Terjun Bolangglamour II |
Semua barang sudah masuk
kembali ke dalam ransel yang dibawa oleh Jaja, kami berlima melanjutkan
perjalanan, mendaki dan berkelok-kelok tidak jelas mencari batu yang bisa
ditempati oleh kaki kaki kami untuk berpijak. Kemal memotong kompas dengan
memanjat dinding air terjun tadi. Sementara kami berlima memutuskan untuk
mencari jalan lain, karena kami tidak bisa manjat dinding yang licin tersebut. Kami
berputar-putar menerabas rerumputan akhirnya kami bertemu dengan Kemal di
bagian atas air terjun tadi. Dengan sangat hati-hati kami berjalan di atas
hamparan batu gunung yang sangat lebar dan licin. Batu gunung tersebut masih merupakan bagian dari aliran sungai,
tetapi karena debet air tidak terlalu besar sehingga tidak tergenangi air.
Tetapi licinnya minta ampun. Dina berjalan sambil dipegang oleh Kadir. Kami
berjalan sekitar 10 menit setelah melalui aliran sungai sungai kecil, kami
mendengarkan suara gemuruh air yang jatuh lagi pertanda di hadapan kami ada air
terjun lagi. Dan benar sekali di hadapan kami terdapat air terjun bertingkat
empat dengan ketinggian kurang lebih 10 meter. Tingkatan pertama dan kedua
tegak lurus, kira-kira sekitaran 3-4 meter, sementara tingkatan ketiga
alirannya dengan kemiringan 60 derajat dengan tinggi kurang lebih dua meter.
Sementara tingkatan terakhir dengan ketinggian hampir 4 meter membentuk aliran
air dengan kemiringan 60 – 70 derajat. Debit airnya tidak terlalu besar, lebar
air terjun ini kurang lebih 2 meter. Lagi lagi kami tidak sabaran untuk bermain
air. Kami mengira ini adalah air terjun yang kami tuju, karena ini adalah air
terjun yang kedua yang kami jumpai di petualangan ini. Ternyata ini bukan air
terjun yang menjadi tujuan utama kami. Kadir masih mengajak kami untuk
melanjutkan perjalanan.
|
#bolangglamour lagi bermain air di Air Terjun
Bolangglamour II
|
|
#bolangglamour ternarsis lagi narsis
|
Air terjun utama yang paling
tinggi masih di atas sana. Kadir menuntun kami berlima untuk mengikutinya. Kami
harus jalan sambil membungkuk, sedikit lagi sambil merayap di bawah terowongan
batu yang panjangnya mungkin sekitar semeteran. Sebenarnya ini bukan terowongan
alami, tetapi merupakan celah yang diakibatkan oleh bongkahan batu yang sangat
besar yang berdampingan dengan dinding jurang sehingga membentuk celah yang seolah-olah
adalah terowongan. Setelah melewati terowongan batu, kami harus memanjat
melalui akar pohon yang berdiri tegak lurus. Saya sempat pesimis tidak bisa
memanjat akar tersebut, karena tingginya antara tiga sampai empat meter. Kadir
sudah memanjat duluan, lalu Dina, Dina sudah sampai di atas, saya masih ragu
untuk memulai manjat. Dina menyemangati saya, dan keraguan saya tepis, setelah
bersusah payah akhirnya dinding akar tersebut bisa saya taklukkan. Menyusul
Kemal, Jaja dan Ammank, kami berenam sudah naik, sejajar dengan tingkatan kedua
air terjun yang kedua tadi.
|
air terjun ketiga yang tidak hanya ditaklukkan oleh dua orang #bolangglamour, dinamakan Air Terjun Bolangglamour III, yang memiliki nama asli Air Terjun Bantimurung E |
|
#bolangglamour yang sempat menaklukkan medan
menuju Air Terjun Bolangglamour III
|
Kadir menunjukkan air terjun
utama yang kami tuju, sudah kelihatan dibalik rimbunnya pepohonan yang tumbuh
disekitar air terjun tersebut. Kadir kemudian berjalan mencari jalan yang bisa
kami lalui supaya bisa sampai ke air terjun yang di atas sana. Untuk bisa
sampai di atas sana, kami masih harus menaklukkan dua dinding batu yang berdiri
tegak lurus. Kadir dan Kemal sudah mulai memanjat. Sementara saya, Dina, Jaja
dan Ammank memutuskan untuk berhenti disini dan membatalkan untuk tiba ke atas
sana. Saya dan Dina memutuskan berhenti karena tidak bisa memanjat dinding
tebing yang curam dengan ketinggian antara dua hingga empat meter. Kami
berempat hanya bisa melihat Kadir dan Kemal berusaha sekuat tenaga untuk bisa
sampai ke atas sana air terjun nomor tiga yang dinamai oleh warga air terjun
BANTIMURUNG E. Kadir dan Kemal sudah tidak kelihatan, mungkin sudah sampai di
air terjun utama, kami berempat akhirnya memutuskan untuk turun kembali dan
bermain air di air terjun nomor dua tadi. Ternyata proses menuruni dinding kar
ini lebih susah disbanding pada proses memanjat tadi. Ammank turun paling
pertama, lalu Jaja. Jaja sempat mengikatkan sarungnya pada akar sebagai tempat
pegangan untuk saya dan Dina nantinya. Dengan bersusah payah akhirnya kami
berempat sudah tiba kembali di aliran air terjun yang kedua. Tanpa
memperhatikan sekitarnya, Dina langsung duduk bermain air, tidak cukup satu
menit kemudian dia berteriak-teriak sambil loncat loncat tidak karuan. Kami
bertiga, saya, Jaja dan Ammank panic, kami mengira ada apa-apa, ternyata
dipantat celana dan pahanya ditempeli oleh banyak lintah kecil. Lintah yang
ukurannya tidak cukup satu sentimeter. Meskipun kecil tetapi tidak bisa
dianggap sepeleh, karena jika masuk kedalam organ tubuh bisa fatal akibatnya.
Kami bertiga langsung menyiram-nyiramkan air ke pantat dan pahanya. Saya
menepuk-nepuk bajunya yang juga ikut di tempeli lintah. Dia baru bisa diam saat
berulang kali kami meyakinkan bahwa semua lintah yang menempel sudah jatuh dan
pakainnya, baju dan celana serta pahanya sudah bersih dari lintah.
|
#bolangglamour yang menamakan diri NAVIGAZI |
Kami berempat akhirnya
bermain air secara tanggung, kami menghindari koloni lintah kecil yang
jumlahnya mungkin ribuan yang menempel di batu di dasar aliran sungai. Sekitar
15 menit Kadir dan Kemal sudah kembali dari atas. Mereka langsung bergabung
bersama kami berempat. Dina meminta Kadir untuk menjepret kami sambil bermain
air. Sekitar 20 menit bermain air disini di air terjun kedua kami mulai haus
dan lelah, kami ketepi untuk menikmati cemilan yang kami bawa. hari sudah mulai
gelap, 16:48 begitu gambar angka yang sudah tertera di jam digital tablet mini
milik Kadir. Kami bersiap-siap untuk pulang karena takutnya kami kemalaman.
Kami harus kembali menyusuri jalan yang kami lalui tadi waktu perjalanan
kesini. Perjalanan pulang lumayan berat dibanding perjalanan waktu pergi.
Perjalanan pulang di dominasi dengan pendakian, karena waktu pergi tadi
perjalanan banyakan menurun. Saya yang paling pertama, lalu Dina, kemudian
kadir, disusul Ammank, Kemal dan Jaja. Kami berjalan beriringan, sesekali
diperjalanan di tengah hutan-hutan kami berhenti sejenak untuk berselfie ria.
Butuh waktu sekitar stengah jam untuk kembali sampai di parkiran mobil. Dengan
kondisi berbasah-basahan, Dina membagikan kami kantong plastic untuk dipakai
sebagai alas di dalam mobil, takutnya jok mobilnya basah. Ammank naik motor
berboncengan bersama kadir, sementara kami berempat naik mobil.
|
We Are The #bolangglamour |
|
#bolangglamour berhasil menaklukkan Camba
|
Kami tiba di kediaman kadir
sebelum maghrib, kami bergantian mandi lalu naik dirumah, makan malam sudah
siap kami dipersilakan makan dulu sebelum pulang. Alhamdulillah kami kenyang.
Dan sebelum kembali ke Makassar tak lupa kami saling berbagi foto melalui
bloetooth dan email. Pukul 8 malam, kami pamit untuk pulang ke Makasar. Dua jam
kemudian kami tiba di Makassar dengan selamat, membawa satu cerita baru yang
entah sampai kapan akan bersemayam dan menjadi salah satu kenangan yang indah
di pikiran kami.
|
bolang Narsis bersama ketua Geng #bolangglamour |
|
#bolangglamour dalam perjalanan pulang setelah
menaklukkan Air Terjun Bolangglamour I, II dan III
|
|
#bolangglamour mengucapkan terima kasih kepada Desa Pattiro Deceng,
Kecamatan Camba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia |
Terima Kasih kepada Tuhan
sang pencipta dengan segala keindahan ciptaannya, Terima Kasih Kadir beserta
keluarga, terima kasih Camba, Terima kasih Dina, Kemal, Jaja dan Ammank, Terima
kasih kepada orang tua saya. Alhamdulillahirabbilalaminn..
sampai jumpa
pada petualangan #bolangglamour selanjutnya.
Achyie Sabang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar