Selasa, 02 Desember 2014

Pulau Camba-Cambang, Setitik Surga Ada Disini



Pulau Camba-cambang, Setitik Surga Ada Disini

Hari Minggu, hari yang cerah hari ke 16 di bulan November tahun 2014. Seperti biasa jika akhir pekan kadang kami manfaatkan untuk jalan-jalan.Nah hari itu kami sepakat untuk melakukan Trip sehari, Destinasi kami kali ini adalah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan atau orang biasa menyebutnya PANGKEP, untuk memenuhi undangan dari teman kami, Kamal.Katanya ada pulau yang cantik di Pangkep yang sayang jika kami lewatkan. 
DERMAGA MACCINI BAJI


Rencana awalnya berkumpul di rumah Aswan pukul 06.09 pagi.Tetapi karena kami warga Indonesia yang sangat menjunjung tinggi budaya ngaret, sehingga kami baru start jalan dari rumah Aswan sekitar pukul 08 pagi.Saya, Aswan, Sabri, Fachry dan Kina (pacarnya Sabri) baru saja naik di mobil avanza hitam yang kami rental sebelumnya. Perjalanan kami lancar melalui jalan Rappocini, Jalan Andi Pangerang Pettarani, Jalan Jendral Urip Sumehardjo dan Perintis Kemerdekaan.Jalanan lumayan lowong, kami harus berbelok masuk ke dalam kampus Universitas Hasanuddin untuk menjemput Anto yang menunggu di depan Fakultas Hukum, tetapi karena kami agak lama baru datang, jadinya Anto jalan-jalan ke depan RSU dr Wahiddin Sudirohusodo. Perjalanan dilanjutkan, dengan tujuan menjemput Echa di Prumahan Tamalanrea Mas, masih masuk dalam lingkup Kompleks Bumi Tamalanrea Permai atau istilah kerennya BTP.Aswan turun dari jok Sopir digantikan oleh Echa.Selanjutnya singgah sarapan nasi kuning di warung mobil pinggir jalan.Semuanya sudah kenyang dan saatnya melanjutkan perjalanan.Avanza hitam melaju melintasi jalan Perintis Kemerdekaan menuju kabupaten Maros. Namun perjalanan harus terhenti sejenak di depan Citra agar Ariel bisa bergabung dengan rombongan kami. Ariel sudah bergabung, dengan formasi 2-3-3, Depan 2 orang, saya dan Echa, Tengah 3 orang, Ariel, Sabri dan Kina, sedangkan posisi belakang diisi Fachry, Aswan dan Anto. Formasi sudah lengkap saatnya tancap gas menuju Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Kabupaten yang terkenal dengan Ikan Bandeng-nya dan tentunya Semen Tonasa-nya.
DI ATAS PERAHU

Perjalanan termasuk lancar dengan waktu tempuh kurang dari stengah jam kita sudah hampir lepas dari Kabupaten Maros. Kabupaten Maros merupakan kabupaten yang berada diantara Kota Makassar dan Kabupaten Pangkep.Tanpa terasa mobil sudah melewati Gerbang selamat datang di Kabupaten Pangkep. Tadi sebelum kami berangkat, Aswan mendapat pesan dari Bagus, teman kami yang orang Pangkep juga, katanya kalau sudah memasuki perbatasan Maros – Pangkep, dia minta untuk dihubungi, katanya dia menunggu di dekat pertamina, pertamina pertama setelah memasuki Kabupaten Pangkep. Tetapi terjadi miss komunikasi antara Aswan dan Bagus akhirnya kita lewat dari tempat yang dimaksud oleh Bagus. Kami bahkan sudah masuk di kawasan Kota Pangkajene. Setelah memberikan info bahwa kami sudah ada di depan Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep, akhirnya Bagus meminta kami untuk kembali.  Tidak ada jalan lain selain memutar mobil dan mengambil arah kembali menuju kota Makassar. Kira-kira 5 menit, akhirnya kami bertemu dengan Bagus.
PULAU CAMBA-CAMBANG DARI KEJAUHAN (KAMERA HP SAYA)

PULAU CAMBA-CAMBANG DARI KEJAUHAN (KAMERA HP SABRI)

Awalnya dan rencananya Bagus akan ikut bersama kami menuju pulau Camba-Cambang, karena di pulau tersebut Bagus punya Villa, selain itu Bagus juga punya perahu untuk penyeberangan antar pulau.Tetapi karena Bagus sibuk mengurusi karyawan kakaknya, akhirnya dia tidak jadi bergabung dengan rombongan kami.Basa-basi sudah selesai, basa-basinya itu supaya Bagus menyediakan kami makan siang. Dan gayung pun bersambut, kami akan dipanggil makan siang nanti di rumahnya Bagus setelah pulang dari pulau. Perjalanan kami lanjutkan untuk menuju rumah Kamal.Perjalanan dari rumah Bagus ke rumah kamal memakan waktu kurang lebih 10 menit.Kami mesti harus menerka-nerka rumah Kamal yang mana, soalnya terakhir kesini ketika ayah Kamal meninggal, sekitar beberapa tahun yang lalu. Sesampainya di depan rumah kamal, saya langsung menelpon Kamal untuk segera bergabung bersama rombongan kami. Tidak menunggu lama, Kamal sudah naik di mobil yang kami kendarai, perjalanan pun berlanjut menuju ke dermaga Maccini Baji.Sekitaran 10 Kilometer setelah melalui hamparan sawah dan empang di sisi kanan dan pemandangan tebing yang indah di sisi kiri.Tanpa terasa kami sudah tiba di Dermaga Maccini Baji setelah melewati beberapa tambak ikan dan juga beberapa tambak garam.Geliat aktivitas warga di dermaga ini sudah sangat ramai.Beberapa perahu tertambat di sekitaran dermaga yang memiliki panjang mungkin sekitar 300 Meter.Warga hilir mudik, ada yang baru tiba dari pulau lain, ada juga yang sementara ingin menuju ke pulau seberang, termasuk saya dan 8 orang teman saya. Karena gaya dan style pakaian kami yang berbeda, sempat menjadikan kami sebagai pusat pandangan warga lokal. 
 
GRUFIE SETELAH SAMPAI DI DERMAGA PULAU CAMBA-CAMBANG
Tidak perlu menunggu lama, seorang kakek, mungkin umurnya kisaran 50-60 tahun, menggunakan kemeja dan sarung yang agak lusuh, dengan topi yang lusuh pula entah berapa lama tidak pernah dicuci. Mungkin dengan style kami yang berbeda sehingga beliau gampang mengenali kami kalau kami adalah orang baru yang akan menyeberang. Dengan logat khas orang Pangkep, beliau menanyakan tujuan kami menggunakan bahasa Bugis.Setelah berbincang-bincang dengan Kamal, akhirnya beliau menawarkan kami harga Rp 200.000.Karena kami rasa pulau Camba-Cambang lumayan dekat dari dermaga maka saya mencoba menawar Rp 150.000, tanpa harus berdebat panjang, akhirnya disepakati sewa perahu Rp 150.000.Kakek tersebut berjalan menuju perahunya, yang tertambat, kami semua mengikuti kakek tersebut.Mesin perahu mulai menderu, perlahan perahu meninggalkan pinggir dermaga.Lautan pagi itu sangat Tenang, angin berhembus semilir seolah memberikan ucapan selamat datang kepada kami.Kami menikmati perjalanan kami di atas perairan Kabupaten Pangkep.
VILLA BERBENTUK RUMAH PANGGUNG YANG SEMENTARA DIRAMPUNGKAN

Dari kejauhan tampak sebuah pulau yang berbeda dari pulau-pulau disekitarnya. Yah betul saja itulah Pulau Camba-Cambang.Namanya demikian, kami kira sebelumnya namanya adalah Cambang-Cambang, ternyata salah.Pulau Camba-Cambang merupakan satu dari sekian banyak Pulau yang ada di Kabupaten Pangkep.Pulau yang awalnya tidak berpenghuni ini, sekarang mulai ramai dikunjungi wisatawan baik yang berasal dari Kabupaten Pangkep ataupun yang dari luar Kabupaten Pangkep.Nama pulau ini pun mulai nyaring dibicarakan ketika rencana Pemkab untuk menjadikan pulau ini sebagai destinasi wisata andalan Pangkep.Yah betul saja, tak tanggung-tanggung pemerintah setempat mengucurkan anggaran miliaran rupiah untuk memoles dan mempercantik pulau Ini.Pulau cambang-cambang pun bersolek, pulau yang dulunya sempit ini sekarang sudah tiga kali lipat lebih luas dari luas sebelumnya. Pulau Camba-cambang yang secara administrative termasuk dalam wilayah Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, membutuhkan waktu tempuh sekitar 10 sampai 15 menit dari dermaga Maccini Baji. Perahu semakin dekat dari pulau, keindahan Camba-Cambang yang masih sedang bersolek sudah membuat kami takjub.Selang beberapa saat perahu sudah merapat di dermaga.Aktivitas di pulau Camba-Cambang sudah ramai, banyak wisatawan yang lebih dulu datang dari kami.Sebelum turun dari perahu, tak lupa kami bertukaran nomor handphone dengan kakek tersebut.Belakangan kami ketahui namanya Tajuddin atau sapaanya Pak Taju’.
 
BERCENGKRAMA SAMBIL MENIKMATI SNACK DI VILLA YANG BELUM JADI

ADA YANG LAGI PACAR-PACARAN NIH (PRA PRAWEDDING)

Perahu bersandar di dermaga, satu persatu kami melangkahkan kaki dari perahu ke anak tangga dermaga.Selamat dang di Pulau Camba-Cambang, begitu tulisan yang tertulis di sebuah papan yang digantung diatas rumah-rumah di Ujung dermaga pulau ini. Seperti biasa moment seperti ini tidak boleh lupt dari jepretan kamera, mari kita ngegrufie. Setelah puas mengabadikan moment tersebut, kami berjalan menuju ke tengah pulau mencari gazebo yang kosong.Karena kami datangnya kesiangan, maka gazebo-gazebo yang tersedia sudah terisi semua.Sehingga mengharuskan kami menyimpan barang-barang kami di sebuah balai-balai kosong yang tidak ada pelindungnya.Teriknya sinar matahari mengharuskan kami untuk menggunakan sunblock agar kulit kami tidak terbakar, kamipin berteduh di pinggir sebuah gazebo yang ditempati beberapa anak muda yang kelihatannya baru dari berenang.Ternyata salah satu dari rombongan tersebut merupakan senir saya waktu SMA, saya sempat berbincang-bincang, ternyata mereka habis bersnorkling di suatu lokasi yang membutuhkan sekitar sejam waktu tempuh dari pulau ini.
GRUFIE DI DEPAN VILLA TEMPAT KAMI BERSANTAI

Sementara saya dan yang lainnya asyik menikmati angin khas pulau, Echa dan Kamal berjalan menuju  ke deretan Villa yang sementara masih dikerja. Villa tersebut dibangun di pinggir pulau di atas permukaan laut.Villa tersebut berbentuk Rumah Panggung, seperti umumnya rumah suku Bugis.Selain villa-villa tersebut, beberapa gazebo masih dalam tahap pengerjaan, ada juga lapangan basket dan lapangan volley yang belum rampung. Aktivitas mempercantik dan menata pulau ini masih berlangsung, terlihat di bagian sudut pulau yang lain masih ada eskavator. Sekitar 15 menit, Kamal menelpon kami, mengarahkan kami untuk menuju kederetan Villa yang didominasi warna merah.Kamipun berjalan menuju jembatan yang menghubungkan pulau dengan deretan-deretan villa tersebut.Jembatannya dipoles dengan cat berwarna Pink dan Kuning yang sangat kontras dengan warna biru laut dan langit, tetapi kombinasi warna tersebut yang menjadikannya cantik untuk di lihat.Tak henti-hentinya saya berdecak mengagumi keindahannya ditambah dengan view yang sangat cantik, dikejauhan Nampak beberapa pulau kecil yang berpenghuni.
Kamal dan Echa sudah ada di sebuah villa yang masih setengah jadi, belum ada dindingnya, tetapi lamtai dan atapnya sudah terpasang rapi. Kamimenghampirinya, tampak di bagian belakan Villa, ada rombongan lain yang hampir 10 orang, mereka juga asyik bercengkrama tanpa merasa terusik oleh kedatangan rombongan kami. Kami beristirahat dibagian depan villa sammbil menikmati angin sepoi-sepoi yang bertiup. Kami bercengkrama sambil menikmati snack yang kami bawa dari Kota Makassar, tak ada kegiatan berenang atau snorkling atau main air dan sebagainya, kami hanya melepas penat bersantai dan bercengkrama. Aktivitas jepret sana dan sini tak luput juga dari aktivitas kami. Sesekali Aswan, Fachry, Ariel dan Anto mengusuli beberapa cewek yang asyik berselfie ria dengan tongsisnya. 
 
SAATNYA SELFIE

ABADIKAN SETIAP MOMENT, KARENA WAKTU TAK BISA TERULANG KEMBALI


 
SATU FOTO SEJUTA CERITA
Sementara asyik-asyiknya kami bercengkrama, bisik-bisik dari rombongan tersebut agak kedengaran yang menyebut-nyebut namanya Kamal, telinga Fachry menangkap bahwa disitu ada tetangganya Kamal, tetapi Kamal tidak percaya dan mengabaikan karena Kamal tidak mengenali seorang pun dari rombongan tersebut. Tanpa kami sadari Kamal menaruh rasa penasaran, akhirnya Kamal pura-pura kebagian belakang villa itu untuk melihat-lihat, ternyata betul salah satu dari rombongan itu dia kenal, ternyata betul itu tetangganya dan bernama Waty, suasana menjadi semakin riuh, Kamal dan Waty menjadi bahan bullyan kami, tetapi Kamal tetap enjoy dan bahkan menambah-nambahi dengan memanggil manggil Waty. Waty akhirnya tersipu-sipu malu dan tidak pernah menghadap kea rah kami, mungkin karena malu. 
 
ALA-ALA BOYBAND SEBELUM PULANG

Sudah puas bercengkrama dan menikmati panorama yang indah, saatnya kami berkemas-kemas untuk kembali ke daratan Pangkep. Sebelumnya tak lupa kami berfoto rombongan di depan villa tersebut, dan mengambil satu titik dengan latar sebuah pulau yang tidak jauh dari pulau Camba-cambang. Namun sebelum kami pulang Sabri mengalami mules dan muntah-muntah. Toilet di pulau ini sudah ada, namun tidak ada airnya, mungkin karena masih dalam tahap perampungan, sehingga fasilitas yang ada belum terlalu memadai. Karena sudah tidak tahan akhirnya Sabri mengambil jerigen kosong dan mengambil air laut untuk berbilas. Di sebelah Toilet tersebut sudah ada 2 tangki penampungan air bersih, lengkap dengan kran-krannya, mirip dengan kran air untuk berwudhu di mesjid. Sembari menunggu Sabri yang menyelesaikan isi perutnya yang mules, kami menghubungi pak Taju’ untuk datang menjemput kami, beberapa kali dihubungi tetapi tidak diangkat.
 
PULANG, GOOD BYE PULAU CAMBA-CAMBANG


Sekitaran stengah jam kami menunggu di dermaga akhirnya pak Taju’ datang, satu persatu melangkah ke perahu Tua milik pak Taju’, cuaca yang cerah, laut yang tenang, angin yang bertiup sepoi-sepoi menjadikan perjalanan kami lancar. Sekitaran 15 menit diatas perahu kami kembali tiba di dermaga Maccini Baji’, setelah menyelesaikan pembayaran dengan Pak Taju’ kami bermaksud untuk langsung meninggalkan dermaga ini, namun kami bertemu dengan Bagus, Bagus hendak menyeberang ke Pulau Camba-cambang. Setelah berpamitan, Bagus memberikan kami uang 100.000 untuk dipakai makan, karena batal makan siang di rumahnya. Kami (Saya, Sabri, Aswan, Echa, Fachry, Kamal, Ariel, Anto, dan Kina) menaiki mobil Avanza dan menuju ke Kota Pangkajene, kota terbesar yang ada di Kabupaten Pangkep. Karena kami hanya sarapan ketika akan berangkat dari Makassar sekitar pukul 08.00 pagi, dan sekarang sudah menunjukkan pukul 14.00 siang, maka wajar jika perut kami meronta untuk diisi, apalagi sudah terkena angin laut, hahahhaha. Kamal mengarahkan kami melalui jalan pintas. Kami tidak langsung ke rumahnya Kamal, melainkan kami menuju ke sebuah rumah batu yang dari arsitekturnya rumah ini sudah tua sekali. Ternyata disamping rumah itu ada warung Sop Konro nya “Warung Konro Haji Sarifuddin”. Kamal mentraktir kami. Sembari menunggu pesanan Konro kami datang, saya dan Echa mencari penjual minuman dingin, rencananya mau mencari penjual teh kemasan yang dingin, tetapi melihat penjual es kelapa muda, akhirnya saya memesan es kelapa muda 10, Echa mencari air mineral dingin. Kami menghabiskan uang Bagus untuk membeli minuman. Sepulang saya dan Echa, pesanan kami sudah terhidang, Konronya sangat enak, bumbu racikannya pas, sementara daging-nya empuk dan gampang terlepas dari tulangnya. Sekedar info, Konro merupakan masakan berkuah khas Bugis Makassar yang biasanya terbuat dari tulang/iga yang masih ada dagingnya. Penasaran dengan kuliner ini, datang saja ke Makassar dan sekitarnya. Haji Sarifuddin pemilik warung ini sangat ramah, bahkan memberikan kami tambahan kuah, kuahnya sangat enak. Kami makan dengan lahapnya, tetapi Ariel lah yang paling lahap, sementara Sabri hanya mencicipi sedikit dari pesanan Kina, karena perutnya masih bermasalah. Menikmati sepiring Konro, sepiring nasi putih dan es kelapa muda, membuat kami merasa kenyang. Kamal menyelesaikan pembayarannya, satu porsi Sop Konro (Sop konro + nasi) di hargai 15.000 rupiah. Sangat murah bukan?.  Sekarang saatnya menuju rumah Kamal untuk beristirahat sejenak sekaligus untuk Shalat dhuhur dan Ashar lalu melanjutkan kembali perjalanan menuju Kota Makassar. 
SATU PORSI SOP KONRO HAJI SARIFUDDIN

Sesampainya di rumah Kamal, Kina, Sabri, Facry, Anto, Ariel, Echa, Kamal dan Anto langsung sholat dhuhur berjamaah, Aswan tiduran dikursi ruang tamu, saya mandi, (saya memang dasarnya malas sholat, hahahahhaha ) jarum jam menunjukkan sedikit lagi masuk waktu shalat Ashar, jadi mereka memutuskan untuk menunggu waktu Ashar  kemudian melanjutkan perjalanan. Setelah mereka selesai shalat berjamaah, saatnya kami untuk pamitan pada Kamal dan mengucapkan terima kasih atas trip seharinya yang tak terlupakan. Kami pun kembali menuju kota Makassar.
 
PAJJOKKA YANG DARI PULAU CAMBA-CAMBANG
Terima kasih Tuhanku, Allah SWT, Junjunganku Muhammad SAW, Orang Tuaku, Sahabatku (Aswan, Echa, Kamal, Anto, Fachry, Sabri, Ariel, dan Kina), Pahlawanku dan Indonesiaku yang merupakan Surga nya Dunia.
Alhamdulillahi Rabbil Alamin, segala Puji untuk Allah, Tuhan sekalian alam.



_________ a~chyie sabang________