Senin, 30 Maret 2015

PANTAI KASUSO : Surga Tersembunyi Di Pesisir Timur Bulukumba



Pantai Kasuso, pertama kali nama itu sangat asing di telinga saya, dan saya menjadi penasaran, seperti apasih tampakannya. Mengobati rasa penasaran saya, akhirnya saya mencoba mencari di Google,  tidak terlalu banyak artikel yang membahas tentang Pantai Kasuso, tidak puas dengan artikel-artikel tersebut saya mencoba mencarinya di pencarian gambar, dan saat itu muncullah beberapa gambar pantai pasir putih yang airnya sangat jernih dilengkapi pulau karang yang tidak terlalu besar yang tak jauh dari bibir pantai. Sangat cantik dan indah, mata saya terpesona. Saat itulah saya meniatkan untuk mengunjungi pantai ini.
Pantai Kasuso
Gambaran tentang Pantai Kasuso sudah tertanam di benak saaya, keindahannya selalu terbayang. Tak puas dengan gambar-gambar yang ada di media pencarian google image, saya mencoba mencari di social media, di Instagram. Saya kemudian memasukkan hastag Kasuso (#KASUSO). Dari hasil pencarian tersebut muncul sekitar 16 gambar, dan semuanya keren, semuanya membuat syaraf saya lumpuh. Seandainya ada pintu ajaib saya seperti Doraemon, saat itupula saya kesana. Jangankan pintu ajaib, jalur kesana saja belum tahu, artikel yang saya dapat tidak membahas jalurnya.
Pantai Kasuso, perpaduan pasir putih yang halus, air yang jernih dan pulau karang di bibir pantainya.

Saya sempat merencanakan ke Pantai Kasuso, pada pertengahan Januari kemarin, tetapi rencana tersebut urung, karena ada beberapa hal yang lebih urgent. Saya sempat melupakan keinginan saya yang menggebu-gebu untuk ke Kasuso. Hampir dua bulan berlalu, keinginan saya untuk liburan ke Bulukumba kembali menggebu-gebu. Melihat di social media (facebook) di group Makassar Backpacker, banyak member yang memasang foto tentang keindahan Tebing Apparalang di Bulukumba. Kedua tempat ini sangat ingin saya kunjungi. Akhirnya saya hanya bisa menelan ludah jika melihat orang memasang foto-foto liburannya ke Apparalang, untung saja Kasuso belum terlalu ketahuan, sehingga tak ada yang memposting tentangnya.
Pulau Karang di dekat bibir pantai yang menjadi daya tarik Pantai Kasuso

Setelah malang melintang di beranda grup Makassar Backpacker, akhirnya saya menemukan seorang member yang menggunakan foto profil dengan latar karang Pantai Kasuso, namanya ANWAR ENDAH, saya mengirim permintaan pertemanan, tak lama langsung dikonfirmasi. Pucuk dicinta ulampun tiba. Saya langsung mengirimkan pesan melalui inbox, langsung dibalas, setelah berbasa-basi dan berkenalan, saya langsung pada inti saya, bertanya mengenai Pantai Kasuso. Beberapa pertanyaan saya dijawab dengan baik dan saya juga puas dengan jawaban Endah. Berselang beberapa hari teman saya Andhy Caprof memasang foto liburannya di Pantai Kasuso, saya langsung menginboks dan menyerangnya dengan beberapa pertanyaan. Berbekal informasi dari Endah dan Andhy saya semakin semangat untuk ke Kasuso. Semua informasi tentang pantai Kasuso sudah saya dapatkan, jalur kesana sudah tergambar di benak saya, keindahannnya dari dulu sudah senantiasa mengganggu hari-hariku, sangat ingin kesana. Niat saya kesana belum bisa dikatakan akan berjalan mulus, mengingat saya tidak bisa kesana jika hanya seorang diri, saya tidak tahu harus mengajak siapa. Teman jalan-jalan saya?, saya masih canggung mengajaknya setelah peristiwa batalnya jalan-jalan ke Malino. Mengajak siapa yah?. Saya jadi GEGANA _GElisah GAlau meraNA.
Terkadang tak perlu sama untuk menjadi indah dan keren

Dua minggu berlalu bersama kegelisahan, kegalauan dan kemeranaanku. pagi itu KAMAL mengomentari salah satu status yang saya pasang di Facebook, menanyakan tentang Apparalang, saya membalasnya, dan tak lama Kamal membalasnya lagi, diapun mengajak saya ke sana bersama teman-teman yang lain. Saya sangat senang, tetapi tiba2 saya ingat lagi, bukankah hubungan saya dengan teman-teman saya lagi renggang. tetapi sebelumnya mereka sudah mengirimkan sinyal-sinyal untuk mengajak saya berdamai, mereka sudah melawan ego dan gengsinya, hanya saja saya masih mempertahankan ego dan gengsi saya. Setiap mereka mengajak saya untuk nongkrong, ada-ada saja alasan saya untuk menolaknya.
PERBEDAAN itu INDAH jika... DINIKMATI

Setelah berpikir panjang, perlahan kerinduan saya akan canda tawa dan kegilaan mereka mulai tumbuh. Kerinduan yang semakin subur mampu membunuh kegoisan saya dan mengenyahkan rasa gengsi yang selama ini menguasai diri saya. Saya memberanikan diri menghubungi ASWAN dan ASTY, mereka langsung menyambutnya dengan hangat, sayapun mengutarakan niat saya mengajaknya liburan ke Bulukumba dan langsung diiyakan. Selanjutnya SABRI dan FACHRY, pertama-tama saya menelpon SABRI, ketika diangkat dia langsung menanyakan ke saya kenapa saya baru muncul, sayapun menjawab jika baru saat ini saya merindukannya, tak perlu lama untuk mendapatkan jawabannya “ON CALL”. Jawaban yang paling saya benci, Fachry saat saya ajak langsung OK, asalkan berangkat diatas pukul 09 pagi dan tiba di Makassar sebelum Maghrib. Kamal OK, Tugas KAMAL mengajak IRHAM, tugas Sabri mengajak KINA.

Perbedaan yang menjadikan kami berwarna sehingga tampak indah.
Sehari setelahnya Asti menghubungi saya melalui BBM, katanya temannya satu mobil mau ikut. Tetapi keesokan harinya temannya tersebut katanya batal, beberapa orang berhalangan. Diskusi melalui social media, LINE, BBM kami lakukan akhirnya diperolehlah keputusan sebagai berikut.

1.    Waktu: 22-23 Maret, Berangkat hari Sabtu pukul 10.00, balik Makassar hari Minggu sebelum dhuhur.

2.    Penanggung Jawab Mobil rental merangkap Driver : Aswan

3.    Penanggung Jawab Logistik dan perlengkapannya : Achi (saya)

4.    Biaya: Rp. 200.000 / orang, persiapkan dana lebih

5.    Tempat berkumpul : rumahnya Aswan

6.    Ketentuan Tambahan: membawa baju berwarna cerah untuk dipakai di Kasuso.

Orang-orang yang berhasil menikmati keperawanan PANTAI KASUSO
Hari Sabtu tanggal 23 Maret 2015, kami berdelapan, Achi (saya), Aswan, Asty, Kina, Sabri, Kamal, fachry dan Irham berangkat menuju Kabupaten Bulukumba, kami langsung ke Apparalang, kemudian ke Bira mencari penginapan, paginya ke Pantai Bara, lalu check out dan menuju ke Kasuso.

inilah dirikuuuu dengan melodi untukmuuuuu, terima kasih Pantai Kasuso
Keindahan Pantai Kasuso tidak bisa saya deskripsikan dengan kata-kata, jika ingin menikmati keindahannya silakan datang langsung kesana. Pantai Kasuso, terletak di Dusun Kasuso, Desa Darubiah, Kecamatan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan. Indonesia. Kurang lebih 250 KM dari Kota Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan, atau kurang lebih 5 Jam waktu tempuh. 


Jalur : Makassar ke Kota Bulukumba, di Kota Bulukumba ambil jalur menuju kawasan Wisata pantai tanjung Bira. Kira-kira 6 Kilometer sebelum mendapatkan Tanjung Bira, kita akan mendapatkan pertigaan yang di dekat pertigaan tersebut ada bangunan yang atapnya di cat berwarna biru mencolok, jika ke Kiri maka kita akan tembus ke Ara, dan jalur ini juga yang dileati jika hendak ke Apparalang. Karena kita akan ke Kasuso, maka kita tidak boleh belok kiri, alias kita harus mengambil jalur lurus. Kira-kira 2 atau 3 kilometer setelah pertigaan tersebut kita akan mendapatkan kembali pertigaan di sebelah kiri. Jika diperhatikan secara seksama tiang yang tertanam yg dipasangi papan-papan kecil di pinggir jalan tersebut, kita akan mendapatkan papan paling bawah bertuliskan KASUSO 4KM dengan gambar panah arah ke kiri. Jika ragu silakan bertanya pada warga sekitar, malu bertanya bensin habis. Jika sudah yakin arah tersebut betul ke Kasuso, maka silakan berbelok ke kiri memisah dari jalur menuju Pantai Tanjung Bira. Silakan ikuti jalur tersebut sampai dapat penurunan dan jalan berkelok-kelok. Di ujung penurunan tersebut kita akan mendapatkan perkampungan, perkampungan tersebut adalah DUSUN KASUSO, untuk menuju ke pantai silakan bertanya pada Warga. Pantai terletak di sebelah kanan. Selamat menikmati. 


TIPS jika ingin berkunjung ke Pantai Kasuso,

1.    Gunakan kendaraan pribadi, karena tidak ada angkutan umum yang menjangkau perkampungan tersebut,

2.    Pastikan kendaraan yang anda gunakan dalam kondisi layak pakai, periksa BBM, Rem, ban, dan jika perlu sediakan ban serep.

3.    Usahakan menggunakan kendaraan yang kuat untuk medan yang mendaki.

4.    Driver harus mahir, karena jalan sangat sempit, penurunan / pendakian, sisi jalan adalah jurang

5.    Bawa bekal seperlunya, di sana yang ada hanya pedagang kaki lima, tidak ada penjual makanan berat.

6.    Ada baiknya kaca mobil diturunkan (jika menggunakan mobil pribadi) sapa atau minimal senyum kepada warga kampong, karena kita ingin menikmati keindahan kampong mereka, disini gratis, tidak ada pungutan uang masuk, jadi dengan menyapa atau tersenyum kepada mereka jika berpapasan itu akan mebuat mereka sangat senang.

7.    Jika ingin menginap silakan bawa tenda dan kawan-kawannya, karena disini tidak ada penginapan, lokasi ini masih perawan

8.    Ingat sampah anda, jangan dibuang sembarang



SELAMAT MENIKMATI


Sampai Jumpa pada cerita selanjutnya


Achyie Sabang


Jumat, 20 Maret 2015

Happy Holiday Malino : Hutan Pinus dan Air Terjun Takapala



Saya masih duduk manis di depan TV menyaksikan acara jalan-jalan yang disiarkan di salah satu stasiun TV swasta nasional. Sahar menghampiri saya, menyuruh saya siap-siap, “siap-siap mako, saya kira mauko ke Malino, maumi jam 9, pi mako cepat mandi”. Saya segera mematikan TV dan beranjak menuju kamar mandi, hanya butuh 3 menit untuk mandi, Sahar lalu menggantikan saya di kamar mandi. 10 menit berlalu. Kami berdua sudah siap dan motor sudah panas karena dipanasi sedari tadi sebelum mandi. Sebelum kami berdua tancap gas, tak lupa mempersiapkan semua perlengkapan yang kami butuh di lokasi, tongkat narsis, kaca mata, topi, power bank, kabel data, dompet, handphone dan baju ganti. Sahar sudah mengeluarkan motor biru kesayangannya dari Garasi. Saya masih di depan pintu mengecek kembali semua perlengkapan yang kami butuh, dan semuanya sudah beres dan lengkap, saya mengunci pintu rumah, kemudian mengunci pagar. Kami berdua tancap gas menuju Antang, karena di sana kami janjian dengan Unyi dan Ari.
Assalamu Alaikum, Malino
Jalanan protokol Kota Makassar tidak terlalu ramai, mungkin karena hari Minggu, hanya butuh 10 menit untuk tiba di depan gerbang masuk TPA Antang, disitu kami singgah menunggu Unyi dan Ari. Menunggu mereka berdua lumayan bikin bete, sekitar setengah jam akhirnya mereka berdua menampakkan batang hidungnya. Tak perlu berlama-lama untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Malino, kami berempat tancap gas menuju Malino melalui jalur Samata. Unyi membonceng Ari dan Sahar membonceng saya, kami berempat beriringan dengan Unyi dan Ari di depan, sahaar mengikuti dan tak pernah mendahului mereka.
Memasuki area Samata, mata kami dimanjakan dengan pemandangan yang menghijau di sisi kiri dan kanan jalan. Sawah dan gunung merupakan suatu landscape yang tak pernah ada matinya untuk memanjakan mata yang lelah memandang hutan beton dan kemacetan kota setiah hari. Di sepanjang jalan tidak begitu banyak rumah, lingkungan masih hijau, jalan sepi kendaraan dan polusi bisa dikatakan tidak ada, sangat berbeda dengan kondisi kota Makassar. Beberapa kali kami menemui warga yang lagi menjemur padi di halaman rumahnya, beberapa juga lagi menyiangi sawah yang sedang ditanami padi. Tanpa terasa kami memasuki kawasan jalan rusak dan penanjakan, itu pertanda jalur utama Sungguminasa - Malino sudah dekat. Setiap pengendara menurunkan kecepatan kendaraannya, bahkan ada yang singgah jika harus berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Penanjakan dan jalan yang sangat rusak membuat setiap pengendara harus ekstra hati-hati dalam mengendalikan kendaraannya. Selepas jalan rusak kami langsung mendapatkan jalan poros Malino – Sungguminasa. Karena tujuan kami adalah Malino, maka kami mengikuti jalan poros tersebut. Pemandangan di sebelah kanan dan kiri sangat mempesona, berupa danau bili-bili dan areal persawahan di kejauhan sana, dan semua itu sungguh menakjubkan.
Menikmati sejuknya Hutan Pinus Malino
Sekitar satu stengah jam lebih, berkendara akhirnya kami tiba di gerbang selamat datang Malino, kami singgah istirahat sejenak setelah gerbang tersebut dan tak lupa berfoto ria. Perjalanan kembali kami lanjutkan menuju kawasan wisata hutan pinus Malino dan hanya butuh waktu sekitar 5 menit untuk sampai. Sesampainya di Malino hawa langsung berubah, menjadi sejuk meskipun mentari bersinar terang. Suhu udara sekitar 19-21 derajat celcius, sangat sejuk.
Bercengkrama di hutan pinus Malino
Karena jalan yang berkelok-kelok dan rata-rata menanjak, ditambah kami hanya sarapan air sebelum berangkat, sehingga perut kami minta untuk diisi. Kami memutuskan untuk singgah makan siang di salah satu warung yang berjejer di depan kawasan wisata hutan pinus tersebut. Menu yang ditawarkan rata-rataa sama, yaitu coto, olahan mie instant, ketupat dan buras. Saya dan Sahar memesan mie instant rasa soto, tetapi Sahar minta tambahan telur, Unyi memesan mie goreng sedangkan Ari memesan coto. Tak berapa lama berselang pesanan kami datang, kami langsung menikmati pesanan kami masing-masing, di temani ketupat daun pandan sebagai pelengkap yang sangat harum aromanya.
GRUFIE dulu sebelum beranjak dari Hutan Pinus Malino
Di sini adalah tempat dimana menikmati mie instant paling enak, nomor dua adalah di Bulu Dua Kabupaten Soppeng, dan terakhir di Kampus di Mace Norma di terminal Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan. Masing-masing kami menghabiskan dua ketupat. Meskipun kami sudah kenyang tetapi kami masih tinggal sejenak untuk mengobrol. Sekitar stengah jam di warung tersebut, selanjutnya kami menuju ke areal hutan pinus, yang sisa berjarak puluhan meter dari lokasi tempat kami makan. Sebelum memasuki gerbang, kami di wajibkan membayar tiket masuk, seharga Rp.3.000 per orang, dan untuk anak-anak dikenakan Rp.2.000 per anak. Saya menyodorkan uang Rp.12.000 karena kami berempat, dan kami diperbolehkan memasuki kawasan wisata hutan pinus tersebut. Soal kesegaran udara tidak usah dipertanyakan, keindahan pemandangan sanggup membuat anda berdecak kagum. Tempat ini sudah sangat ramai, karena memang hari sudah siang, dan kebetulan bertepatan dengan hari Minggu sehingga wajar kalau lokasi ini sangat ramai. Tampak beberapa rombongan sudah tiba duluan, dan ada juga yang baru tiba setelah kami di lokasi ini. Para penyewa kuda tunggangan menghampiri setiap rombongan yang datang, menawarkan jasa mengelilingi hutan pinus menggunakan kuda. Saya lupa menanyakan sewa sekali naik kuda tersebut, tetapi banyak wisatawan yang berminat dan tertarik untuk menggunakan jasa mereka, terutama anak-anak.
Air Terjun Takapala yang mempesona
Kami berempat mencari lokasi yang agak sepi pengunjungnya, agar kami bisa lebih menikmati suasananya. Akhirnya kami memilih di bagian agak belakang untuk duduk bercengkrama dan tak lupa mengabadikan gambar diri kami. Tongsis dari tadi tak pernah lepas dari tangan kami. Untungnya tongsis di Indonesia tidak dilarang, sehingga kami bisa dengan bebas berekspresi tanpa harus kucing-kucingan atau takut kedapatan. Karena suasana yang tidak terlalu ramai, sehingga kami bisa bercengkrama dan mengambil gambar dengan leluasa tanpa harus menjadi perhatian orang yang lalu-lalang. Kawasan wisata hutan pinus sangat ramai, beberapa rombongan anak sekolahan yang menggunakan bus besar, dan beberapa juga rombongan keluarga lainnya serta muda-mudi yang menggunakan kendaraan roda dua semuanya tumpah ruah memadati kawasan wisata hutan pinus. Tempat ini menjadi icon wisata favorit di Malino, rasanya tak lengkap ke Malino jika tak mengunjungi kawasan wisata hutan pinus ini.
saya
Malino, merupakan sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa. Berjarak sekitar 77 Km dari kota Makassar, ibukota provinsi Sulawesi Selatan dan 63 KM dari kota Sungguminasa ibukota Kabupaten Gowa, menjadikan Malino merupakan kawasan wisata favorit warga Makassar dan sekitar Kabupaten Gowa, bahkan di Sulawesi Selatan.  Membutuhkan waktu sekitar 1 ½ - 2 jam dari kota Makassar dan kota Sungguminasa, tergantung bagaimana kita mengatur laju kendaraan yang  kita kemudikan. Jarak yang tidak begitu jauh, bermacam-macam destinasi wisata, harga karcis masuk yang terjangkau,  masyarakat lokal yang ramah dan suhu udara yang sangat sejuk membuat Malino menjadi destinasi favorit liburan keluarga atau liburan bersama teman-teman.
Keindahan yang maha Sempurna, sempurnanya hidupku
Puas menikmati suasana hijau dan sejuknya kawasan wisata hutan pinus, kami berempat beranjak menuju salah satu air terjun yang ada di sekitaran Malino juga.  Air Terjun Takapala. Letak air terjun ini saya lupa apa nama kelurahannya, tetapi masih di kawasan Malino, kira-kira berjarak kurang lebih 8KM dari kawasan hutan pinus. Untuk menuju air terjun ini, harus mengambil arah balik menuju kota Makassar, mungkin sekitaran 3 atau 4KM dari hutan pinus. Jalan masuknya terletak di dekat kantor kelurahan Malino, masuk kurang lebih 4KM ke dalam, dengan kondisi jalan yang agak rusak, sempit, pendakian dan penurunan serta berkelok-kelok. Menuju ke air terjun Takapala, lebih efisien jika menggunakan kendaraan roda dua, tetapi jangan khawatir kendaraan roda 4 pun bisa sampai, namun harus ekstra hati-hati karena jalan sempit, rusak, pendakian dan penurunan serta jurang yang dipinggir jalan. Mata kita akan dimanjakan dengan landscape berupa hamparan sawah yang membentang menghijau, bertingkat-tingkat membuat perjalanan yang menguras tenaga ini seolah terbayar.
Grufie bersama Sahabat
Sekitar stengah jam berkendara akhirnya kami menemukan marka yang menunjukkan bahwa Air Terjun Takapala sudah dekat, sekitaran 200 meter lagi. Unyi memasuki jalan kecil yang sangat sempit dan hanya berupa pengerasan, Sahar pun mengikut. Sebelum masuk, kami harus membayar karcis, lagi-lagi hanya Rp.3.000 per orang yang kami harus bayar, harga yang sangat-sangat murah. Setelah merogoh kocek dan menyerahkan uang pas, kami berempat melanjutkan perjalanan. Takapala sudah kelihatan dari jarak 100 meter. Subhanallah, sangat indah. Kami singgah untuk mengambil gambar. Tak cukup kata untuk mendeskripsikan keindahan ciptaan sang Khalik. Puas berfoto, saatnya mlanjutkan perjalanan menuju lokasi parkir. Sudah tampak beberapa kendaraan roda 4 dan puluhan kendaraan roda 2. Seorang juru parkir mengarahkan kami untuk memarkir kendaraan kami di samping kendaraan roda dua yang sedari tadi dititip oleh pemiliknya. Selanjutnya kami menuju ke air terjunnya. Untuk sampai ke lokasi air terjun, kami harus menaiki beberapa anak tangga yang kiri kanannya rumah warga. Ramainya pengunjung di hari libur dimanfaatkan oleh warga sekitar untuk menambah pundi-pundi rupiah. Mereka membuka warung-warung kecil yang menyediakan berbagai macam gorengan hangat, minuman dingin, ataupun minuman panas.
jangan takut di bawah, ada keindahan yang bisa dirasakan hanya jika berada di bawah
Berada di dekat air terjun seperti kita sedang main-main hujan, hujannya sangat deras. Hal ini dikarenakan oleh tampias air, yang jatuh dari ketinggian sekitar 30 meter, kecepatan angin yang lumayan tinggi membuat butiran-butiran air ikut terbawa angin dan membasahi daerah sekitar air terjun. Angin yang cukup kencang mengakibatkan hujan lokal yang deras, mengharuskan kami berteduh. Kami memilih sebuah warung kecil yang menyediakan gorengan plus tempat duduk untuk menikmati gorengan tersebut. Kami berempat menikmati gorengan hangat sekaligus minuman yang kami beli di kota malino tadi. Perkiraan kami tidak ada penjual, nyatanya disini banyak penjual. Menikmati gorengan hangat dengan latar pemandangan air terjun, rasanya itu.. hmmmm perfectoshhhhhh. Sekitar stengah jam dengan obrolan ringan, sambil bertanya-tanya kepada ibu pemilik warung, akhirnya hujan lokal agak redah. Saatnya mengambil gambar. Tampak di sekitar kami pengunjung sudah ramai, ada rombongan keluarga, tetapi kebanyakan anak muda bersama teman-teman mereka, termasuk kami juga. Tak perduli lelaki perempuan, tua dan muda semuanya senang dan kagum menikmati keindahan ciptaan Tuhan sang maha Sempurna. Mereka semua asik mengambil foto dengan latar air terjun yang indah ini. Yah lumayan buat dipasang di path, twitter, instagram, facebook dan dijadikan DP BBM, hehehehe, tanpa terkecuali kami berempat. Saya, Sahar dan Unyi nekat turun di sungai, dekat kolam air terjun tersebut, dengan kehati-hatian yang sangat ekstra akhirnya Sahar dan Unyi sampai di bongkahan batu yang sangat besar di pinggir kolam besar air terjun tersebut. Saya juga ingin naik di bongkahan tersebut, tetapi Sahar dan Unyi melarang saya, sangat licin dan harus manjat, takutnya mereka saya jatuh. Senang sekali memiliki dua sahabat seperti mereka, yang bisa diajak gila dan juga peduli. Berdiri dipinggir kolam air terjun ini serasa hujan badai, semua badan basah sebasah-basahnya. Tetapi semuanya terbayar dengan keindahan yang kami jumpai. Sudah puas, sudah lelah, sudah sore, saatnya kita pulang.
Happy Holiday With Happy People
Setelah menyelesaikan pembayaran pada ibu pemilik warung, dan berterima kasih, kami berempat pamit untuk kembali ke Makassar. Jam digital di tablet saya menunjukkan pukul 16.09 sore, kami berempat kembali menaiki kendaraan kami masing-masing, Unyi membonceng Arie, dan Sahar membonceng saya. Perjalanan pulang masih diwarnai dengan pemandangan alam yang memanjakan mata. Setelah berkendara selama dua jam, akhirnya kami tiba kembali dengan selamat di Makassar.
Unyi
Sahar, salah satu sahabat terbaikku

Sempurna

Terima kasihku kepada : Allah SWT, Tuhanku sang Maha Indah yang sangat mencintai keindahan. Orang Tuaku yang menjadikanku wujud nyata sehingga bisa melihat indahnya dunia. Indonesiaku, surga yang nyata di kehudupan nyata. Sahabatku, Sahar. Unyi dan Arie, tanpa kalian apa arti perjalanan ini, love you. Pahlawanku, tanpa mereka, mungkin Indonesia masih dijajah, sehingga tidak bisa bebas menikmati keindahan Indonesia. Warga Malino, atas keramahannya, kesadaran dan kepeduliannya untuk tetap menjaga kindahan dan kelestarian lingkungannya. Thank you so much.


Makassar, Maret 2015. Sampai jumpa di cerita selanjutnya.

Achyie Sabang