Jumat, 30 Mei 2014

Pulau Samalona: Pulau Cantik di perairan Makassar

Pulau Samalona: Pulau Cantik di perairan Makassar

Hari itu tepatnya 13 April 2014, bertepatan dengan hari Minggu, sekitar pukul 7pagi, kami sudah berkumpul di rumahnya Aswan. Saya, Mely, Asty, Fachry, Sabri, Anto, Kamal dan tentunya Aswan sudah siap-siap untuk menuju ke dermaga yang terletak di depan Benteng Rotterdam Makassar. Setelah semua bawaan dinyatakan siap, kami berdelapan beriringan menggunakan roda dua menuju dermaga. Di sana Wiwin sudah menunggu. Sekitar 10 menit berkendara melewati jalan-jalan Protokol kota Makassar, kami sampai di depan Benteng Rotterdam, begitu sampai Wiwin langsung bergabung dengan kelompok kami, setelah memperkenalkan Wiwin ke yang lainnya, Sabri yang sebelumnya bertugas untuk mencari penyedia jasa perahu penyeberangan beraksi. Setelah melalui proses tawar menawar, dan telah terjadi kesepakatan, kami bersembilan sama-sama menuju ke dermaga.
Wiwin, Aswan,Fachry, Mely, Kamal, Anto, Sabri dan Asti
Grufie di dermaga sebelum berangkat
Oh iyya hampir lupa, tujuan jalan-jalan kami hari ini yaitu kesebuah pulau kecil di Selatan Makassar, namanya Pulau Samalona, salah satu tempat wisata Andalan yang ada di sekitaran kota Makassar. Sambil menunggu perahu yang akan menyeberangkan kami , yah sudah pastilah jepret sana dan sini, tidak afdol jalan-jalan kalau tidak berfoto narsis dimana-mana, hahahhahahaha. Dengan sewa Rp 350.000 sebuah perahu biru bertuliskan AUREL, merapat ke dermaga. Dengan berhati-hati satu persatu diantara kami naik keperahu.
suasana di dermaga penyeberangan yang ada di depan benteng Rotterdam
Saatnya berangkat menuju Pulau Samalona
Setelah semua personil (emang boyband yah????) duduk cantik dan duduk tampan, Daeng Sangkala (nama bapak yang punya perahu) perlahan menyalakan mesin perahunya. Suara mesin semakin menderu, Perahu Aurel perlahan meninggalkan dermaga. Perjalanan dimulai. Cuaca hari itu sangat mendukung, langit biru matahari cerah, mengiringi perjalanan kami, jauh dan semakin jauh membelah lautan Makassar, sebuah pulau kecil mulai Nampak di tengah birunya Lautan Makassar. Penyeberangan ke Pulau Samalona paling bagus di waktu pagi, karena lautan Makassar di waktu itu sangat tenang, seolah-olah bertasbih memuja kepada sang Penciptanya. Perjalanan kali ini bisa dinyatakan Mulus, semulus wajah para persinil Cherrybelle, hahahahhahah. Dengan pancaran sinar Mentari pagi yang menghangatkan, dan belaian angin laut Makassar yang menyejukkan hati, kami tidak merasakan jika Pulau Samalona sudah di depan mata. Berjarak 100 meter dari bibir pantainya yang Putih bersih, Samalona Nampak dengan keindahannya. Dedaunan dari pepohonan yang rimbun, tampak meliuk menari gemulai. Seolah menarikan Tari Padduppa (Tarian Khas Sulawesi Selatan untuk menyambut tamu) untuk menyambut kedatangan kami.
Karena yang paling nikmat dalam liburan adalah suasana perjalanannya

Pulau Samalona dari kejauhan
WELCOME TO PARADISE, SAHABAT…..
Diantara Sembilan orang, hanya saya, Sabri dan Aswan yang pernah berkunjung kesini, yang lainnya, Asty, Mely, Wiwin, Fachry, Anto, dan Kamal ini pengalaman pertama mereka menginjakkan ke Pulau berpasir putih ini. Pantasan mereka sangat takjub ketika melihat pulau ini. Jangankan mereka, saya saja yang sudah tiga kali berkunjung kesini, selalu takjub setiap perahu mendekati bibir pantai.
Setelah memberikansedikit  pesan kepada teman (saya kayak dukun saja, hahahahah, maklum sudah pernah kesini sebelumnya, jadi tahu sedikitlah bagaimana disini),  satu persatu meloncat dari perahu. Tampak hari itu Samalona sangat ramai. Pulau Samalona yang secara dministratif terletak di kelurahan Mariso, Kecamatan Mariso, Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Pulau Samalona, merupakan satu dari sekian banyak pulau cantik yang terletak di gugusan kepulauan spermonde yang membentang dari selatan Perairan kota Makassar sampai ke barat Perairan Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep). Dengan jarak tempuh sekitar 13 KM atau sekitar setengah jam dari dermaga di depan Benteng Rotterdam, maka sangat wajar jika Pulau yang air pantainya sangat jernih ini Sangat ramai. Samalona sangat Ramai jika akhir pekan atau hari libur, hari itu bertepatan hari Minggu, maka keramaian Samalona tak terpungkiri, disini kami bertemu dengan komunitas Fotografi dari Makassar,  beberapa keluarga yang berlibur kesini, dan juga satu Instansi yang mengadakan Rapat kerja disini. Oh iyya lupa hari itu juga Kami menemukan 2 bule cantik yang berjemur di pinggiran pantai Pulau Samalona.
Pantai Pasir putih yang lembut dan air yang jernih, sungguh membuat kami terpesona
Sesampainya disini, kami langsung disambut oleh kawanan Ibu-ibu yang menawarkan jasa penyewaan, mulai penyewaan rumah untuk menginap, penyewaan alat snorkling, penyewaan balai-balai dan sebagainya. Berhubung kami tidak menginap, maka kami memutuskan untuk menyewa balai-balai saja. Tarif balai-balai dengan ukuran 1,5 meter x 2 meter ini dipatok Rp 50.000 per balai-balai. Dengan sedikit kepiawaian menawar, akhirnya kami mendapatkan dua balai-balai hanya dengan uang Rp.70.000. Balai-balai yang kami sewa, tepat dibawah pepohonan yang rimbun, sehingga sangat sejuk, di tambah dengan pemandangan Kota Makassar yang jauh di sana. Sekedar informasi, sewa rumah untuk satu rumah, biasanya dipatok 500.000 permalam, sudah include kamar mandinya yang gratis. Tetapi kalau piawai menawar, kita bisa mendapatkan harga yang lebih murah lagi. Di Sini semuanya serba disewakan, kecuali sumur umum di tengah-tengah pulau dan sebuah Mushola kecil, yang lainnya semuanya serba bertarif.  Tariff masuk kamar mandi, Rp.10.000 sekali masuk, tetapi jika ingin lebih murah mending dicarter saja, karena kalau dicarter harganya Cuma Rp.50.000 tidak lebih tidak kurang, sudah mentok.
Bermain Air di pinggir pulau Samalona, Nikmat Tuhan yang tak terdustakan
Kembali ke lep…..top…. hahahhahah (saya kayak Tukul Arwana saja, tapi saya lebih gagah dari Tukul loh,, hahahaha kalau bukan kita yang muji diri sendiri siapa lagi) iyya kan???
Wiwin, Mely, Kamal dan Asty
Kejernihan pantainya bikin tidak tahan untuk main air
Setelah meletakkan barang bawaan kami di balai-balai yang kami sewa, kami pun bersiap untuk bermain air, air laut yang sangat jernih, sangat menggoda kami untuk bermain air, tidak peduli matahari yang mulai terik. Jika takut hitam, maka ada baiknya memakai sun block untuk mencegah kulit anda gosong. Pantainya sangat bagus untuk berenang, sangat landai, kedalamamnya mulai selutut sampai sepinggang. Didukung dengar airnya yang sangat jernih, membuat semua pengunjung tergiur untuk berenang. Dengan pasir pantai yang sangat lembut di kaki dan pantai yang bersih, Sabri, Anto, Fachry dan Kamal memutuskan untuk main bola dipinggir pantai. Sementara saya Asty, Mely dan Aswan asyik menikmati jernihnya air. Sesekali kami ke pinggir untuk bermain pasir, tidak puas hanya dengan berenang, kami menyewa 3 alat snorkling, tariff 1 alat snorkling Rp.20.000, jika ikut sepatunya Rp.30.000, jika ikut pelampungnya Rp.50.000. Aswan, Mely, Asti, Fachri, Anto, Sabri dan Kamal bergeser ke pesisir utara pulau, disini kita dimanjakan dengan spot-spot snorkling yang keren, dan sangat cocok untuk pemula. Saya dan Wiwin hanya menunggu dib alai-balai sembari menikmati beberapa snack yang kami bawa dari kota Makassar. Sekedar saran, ada baiknya jika ingin berkunjung ke Pulau Samalona, membawa snack dan minuman secukupnya, karena disini harganya gak mahal.
Wiwin yang lagi menikmati angin sepoi-sepoi dengan latar resort di Pulau Samalona
Berlibur ke Samalona, tak perlu khawatir masalah fasilitas penunjang. Mulai dari fasilitas penginapan, kedai, balai-balai, kamar mandi, mushollah, penyewaan alat-alat snorkling, dan lain sebagainya. Pulau Samalona, memiliki luas lebih kurang 2 HA, dan berdasarkan papan informasi yang ada di dermaga, pulau ini dimiliki oleh 8 orang.
Bermain banana boat
Matahari semakin terik, tak mengurungkan niat untuk tetap bermain air, seorang bapak-bapak menghampiri kami, menawari kami untuk naik banana boat, dengan kapasitas 6 orang dibandrol dengan harga 150.000 sekali jalan, akhirnya Aswan, Asty, Mely, Sabri, Fachry, dan Kamal sepakat menyewa banana boat untuk menikmati sensasi perairan pulau Samalona. Semuanya sudah mngenakan pelampung hijau, dan sudah siap untuk menikmati sensasi banana boat, perahu penarik pun sudah mulai melaju, tetapi kejadian lucu terjadi, ketika sudah sekitaran 100 meter meninggalkan bibir pantai, perahunya mogok, mesinnya tiba-tiba mati, alhasil gelak tawa diantara kami yang melihat di pinggir pantai tak terelakkan, mereka pasti panik. Butuh waktu kurang lebih sepuluh menit untuk memperbaiki mesin perahunya. Akhirnya perahu pun kembali mlaju, menarik 6 orang teman saya yang mencengkram kuat-kuat tali pegangan banana boat tersebut. Setelah selesai berkeliling akhirnya mereka dibawa mendekati pantai, dan sudah pasti dijatuhkan semua. Hahahhaa. Dengan rasa puas dan senang disertai tawa mereka berenam merapat ke pantai, menceritakan pengalaman baru yang tak terlupakan.  Kami berdelapan menghampiri Wiwin yang lebih banyak memilih berdiam dib alai-balai. 30 menit jarum panjang bergeser meninggalkan jarum pendek yang bertengger diangka 11, kami kelaparan, semua snack dan minuman yang kami bawa, kami lahap dengan nikmat. 30 menit berlalu, memasuki waktu dhuhur, kami yang basah bergegas menuju sumur umum untuk mandi bersama, sementara Asty dan Mely menuju ke kamar mandi yang tadi kami carter. Kami selesai bergantui pakaian dan yang lainnya juga selesai shalat, maka saatnya untuk menelpon Daeng Sangkala untuk datang menjemput kami.
Foto bersama sebelum kembali ke Makassar
Sembari menungu Daeng Sangkala yang katanya baru bisa menjemput kami nanti pukul 1, maka waktu tak kami sia-siakan untuk mengelilingi pulau eksotik ini, hanya butuh waktu kurang dari 10 menit untuk mengelilingi pulau ini. Akhirnya kami memilih spot di sebelah selatan, dengan latar tanggul pencegah abrasi untuk berjepret-jepret ria lagi. Yah namanya bersenang-senang bersama sahabat, waktu berlalu tak kami rasakan. Pukul 1 siang bergeser 10 menit, seorang bapak-bapak berbaju kaos oblong biru dengan kepala penuh uban menghampiri kami, ternyata bapak ini teman dari Daeng Sangkala, yang diutus untuk memulangkan kami ke Makassar. 
Kamal, Mely, Asty
dengan latar tanggul pencegah abrasi
 pesisir selatan pulau Samalon
Tak butuh waktu lama untuk berkemas, karena pakaian sebelumnya sudah dipacking, sisa membereskan sampah-sampah kami. Sampah sudah terkumpul di tempat yang smestinya, kami bersembilan siap siap menuju ke perahu. Selamat Tinggal Pulau Samalona, yang cantik, semoga kami bisa kembali menikmati keindahanmu dikala senja dan menikmati sepinya malammu. Hari ini kami sangat bahagia, apalagi bagi mereka bagi yang baru pertama kali kesini. Mesin perahu perlahan menderu, semester demi semester akhirnya perahu semakin jauh meninggalkan pantai Pulau Samalona. Namun perjalanan pulang tak semulus perjalanan pergi, kelembaban udara yang smeakin rendah mebuat angin semakin bertiup kencang, ombak tinggi pun tak terhindarkan. Guncangan ombak sangat terasa. Dengan ketinggian sekitar stengah hingga satu meter ombak silih berganti menghadang perahu kami, Wiwin Mely Asty mulai ketakutan, saya juga sebenarnya. Lengan Sabri memerah akibat cengkraman Wiwin yang ketakutan. Pas di tengah laut, ombak sekitar 1,5 meter menghantam perahu kami, Wiwin hampir menangis ketakutan. Laju perahu semakin lambat untuk menghindari guncangan yang sangat kencang. Perjalanan terasa sangat lama, sekitar 55 menit akhirnya kami tiba dengan selamat di Dermaga depan Benteng Rotterdam. Tak lupa kami mengucapkan syukur kepada Tuhan, karena kami masih diberi kesalamatan. Dengan sejuta kenangan dan selembar cerita baru, kami siap menjalani aktivitas kami esok hari.

NB : Tulisan ini sebagai catatan perjalanan saya di Pulau Samalona, bersama sahabat-sahabat saya, pada tanggal 13 April 2014. 

__Achyie Sabang__ 30 Mei 2014 di Makassar



Kamis, 29 Mei 2014

Air Terjun Parangloe : The Hidden Paradise



Air Terjun Parangloe : The Hidden Paradise

Akhir pekan merupakan salah satu hal yang sanagta dinantikan oleh semua orang, baik yang pelajar, mahasiswa, karyawan ataupun bos-bos yang berdasi. Mengunjungi lokasi air terjun merupakan salah satu hal yang menarik, apalagi jika perginya bersama teman-teman atau sahabat terdekat. membayangkan pemandangan yang hijau, segarnya udara dan suara gemericik air yang berjatuhan merupakan sensasi yang sangat menarik, membayangkannya saja sudah menakjubkan, apalagi jika menyaksikan langsung di depan mata. 

Berbicara mengenai air terjun, orang-orang di Makassar dan sekitarnya sudah tidak asing lagi dengan air terjun Bantimurung yang terletak di Kabupaten Maros Sulawesi Selatan, menghabiskan waktu tempuh kurang lebih sejam untuk mencapainya dari kota Makassar. Namun ada satu Air Terjun dari sekian banyak air terjun yang ada di Sulawesi Selatan, bernama Air Terjun Parangloe, yang mana belum terlalu diketahui oleh khalayak ramai. 

Hari itu saya mengajak 7 orang teman saya untuk kesana, bersama Aswan, Amir, Wawan, Abhy, Mely, Fachry, dan Echa saya siap untuk mengeksplore Kabupaten Gowa, tepatnya di Air Terjun Parangloe. Air Terjun Parangloe terletak di Desa Parangloe, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penamaanya mungkin karena disesuaikan dengan nama Desa tempat Air Terjun berada. Tetapi terkadang orang menyebutnya dengan nama Air Terjun Bantimurung II, saya tidak tahu pasti kenapa, karena karakteristik air terjun Parangloe sangat berbeda dengan Air Terjun Bantimurung, saya pernah membaca sebuah tulisan, bahwa Air Terjun parangloe bermuara ke Air Terjun Bantimurung yang ada di Kabupaten Maros, mungkin ini ada kaitannya. 
Untuk Sampai di lokasi Air Tejun Parangloe bisa di tempuh melalui 2 jalur yaitu jalur poros Makassar - Malino via Kota Sungguminasa ( Ibukota Kabupaten Gowa) atau melalui jalur poros Makassar - Malino via Samata Pattallassang. Karena kami berdelapan belum ada yang pernah pergi ke Air Terjun Parangloe, Maka sebelum kita start, kita googling maps dulu, dari sini kita dapat informasi, bahwa jika via kota Sungguminasa, waktu tempuh sekitaran kurang lebih 2jam, sedangkan kalau melalui jalur Samata Pattallassang waktu tempuh tidak cukup 2 jam, sekitaran 1 jam setengah. setelah berembuk, akhirnya kita jadinya mengambil jalur via Samata Pattallassang. Perjalanan pun dimulai start dari rumahnya Aswan di sekitaran Vetran Selatan. 
Nge COTO dulu sebelum berangkat biar kuat
Wawan, Sabri, Amir, Saya, Fachry, Aswan, Mely dan Echa 
Wawan yang mmenyetir dan di sampingnya ditemani oleh teman kami yang paling cantik, Mely (Maklum dia sendiri cewek yang ikut. hahahhahah). dengang mengandalkan Google Map kami berdelapan berangkat. sejam setelah perjalanan tepatnya sekitaran daerah Pattallassang, kami menemukan jalanan menanjak, jalanannya rusak parah, dan apesnya mobil tidak bisa menanjak dengan muatannya yang penuh. daripada terus-terusan mundur, ada baiknya kami turun sebagian, saya, Amir dan Sabri memutuskan untuk turun berjalan kaki. mobilpun sedikit demi sedikit bisa berjalan, sekitaran 20 meteran kami mendaki dengan kemiringan sekitar 45 derajat. perjalananpun kami lanjutkan menuju poros Malino, 

Menemukan lokasi Air terjun ini bagi kami yang masih awam, merupakan suatu hal yang lumayan susah, memngingat disekitaran lokasi tidak ada tanda-tanda yang mengindikasikan jika di daerah sekitar ada surga kecil dari Tuhan. setelah melewati daerah kawasan Bendungan Bili-Bili, mungkin sudah hampir stengah jam memacu, si Fahri bilang kalau kita sudah dekat ke Malino, dalam artian ini kami tersesat. hahahahahaha, dengan saling menertawakan, Wawan memacu mobil dengan kecepatan rendah, mencari warga yang bisa ditempati untuk bertanya,  Tidak lama kami menemukan sebuah warung, setelah saling tunjuk untuk singgah bertanya, akhirnya saya dan Fahry yang turun, dengan sedikit bubuhan bahasa Makassar, kami berdua bertanya. dan ternyata betul kami sudah sangat jauh melewati jalur masuk lokasi air terjun Parangloe. pesan saya, jika baru pertama kali kesini, ada baiknya singgah bertanya di daerah sekitaran 10 KM setelah Bendungan Bili-Bili. dari Ibu yang baik hati ini kami mendapatkan informasi jika kami harus memutar arah atau kembali lagi sampai kami mendapatkan kantor PT INHUTANI, disitu kami disuruh bertanya lagi. dalam hal ini kami tersesat sejauh kurang lebih 5KM, tetapi tersesat itu indah kawan. Apalagi jika tersesat di belantara hati wanita cantik,, hahahhahaha (Intermezo). dari seorang informan, kami ditunjukkan jalan, setelah berterima kasih, kamipun melanjutkan perjalanan, Wawan menyalakan weser kanan, (kalau dari Makassar pakai weser kiri) sekitar 100 meter menyusuri jalan sempit yang lumayan tergenang, (habis hujan semalam) di samping PT INHUTANI, terlihat beberapa motor yang diparkir, Wawan pun memutuskan memarkir mobil. setelah turun kami melapor ke petugas yang ada di PT Inhutani, tanpa panjang lebar kami mengutarakan maksud kami untuk diantar menuju air terjun. Maka kami berdelapan ditemani 2 guide siap berjalan kaki menuju lokasi Air Terjun Parangloe. kata bapak yang mengantar (lupa ditanya siapa namanya) perjalanan kurang lebih 2 KM, dengan kondisi medan yang menanjak di tengah hutan produksi PT Inhutani. 
bersama petugas PT INHUTANI di tengah Hutan.
Perjalanan pun di mulai, disambut dengan jalanan yang berbatu tetapi agak becek, kata bapak kita potong kompas saja supaya lebih dekat, akhirnya kami diarahkan menuju jalan setapak yang lumayan licin dan mendaki, dengan hati-hati kami berjalan. Ngos-ngosan pun tak terelakkan, kami berjalan sudah hampir 10 menit, kami sudah masuk pada jalur perjalanan pada umumnya, sekitaran 5 menit berjalan di jalanan berbatu di tengah hutan produksi PT Inhutani, kami dipepet oleh serombongan komunitas pencinta mobil offroad dari Makassar, dengan saling menyapa senyum, mereka pun lewat, sekitaran 10 mobil lebih. perjalanan yang meleahkan lumayan terhibur oleh suara burung yang bersahutan. tidak jauh berjalan kami sampai disekitar tanah lapang, di sini terdapat papan pengumuman yang bertuliskan beberapa himbauan.  

papan pengumuman yang berisi beberapa himbauan

Prasasti untuk mengenang korban yang meninggal
Perjalanan dilanjutkan dengan mengambil arah ke kiri, sekitar 10 meter kami disambut oleh sebuah prasasti, artinya di tempat ini pernah jatuh korban. Medan semakin terjal, kami menyusuri jalan setapak yang licin dan menurun dengan kmiringan 30-60 derajat. dari sini gemuruh air terjun  sudah kedengaran, perjalanan masih ada sekitar 100 meter. setelah berjalan air terjun pun sudah mulai kelihatan. Kecantikannya membayar lunas smua kelelahan sebelumnya. jalan semakin licin rasa penasaran dan ingin cepat sampai di dekat air terjun semakin menggebu. ngos-ngosan tak menjadi penghalang, dengan hati-hati kami berjalan. Kami pun menemukan prasasti kedua. setelah sampai pas dihadapan air terjun, saya hanya bisa diam, seolah semua kata lumpuh untuk menjabarkan keindahan Air Terjun Parangloe. 
Air Terjun Parangloe dengan keindahannya yang mempesona
 Sejuta rasa syukur saya hatur kepada Tuhan Sang Maha Indah.  Sebuah Air Terjun yang jauh tersembunyi dari hiruk pikuk kota, yang terlindung di dalam rimbunnya hutan.  Mencapai sesuatu yang indah, yang menakjubkan, tidak bisa dengan cara Instan, butuh pengorbanan dan cucuran keringat untuk bisa mencapainya. dan tiba-tiba saya teringat oleh ungkapan teman saya, "yang tersembunyi itu biasanya yang terindah". 
Air terjun Parangloe, keindahan maha sempurna dari Sang Pencipta
Keindahan Air Terjun Parangloe didukung oleh air terjunnya yang bertingkat-tingkat, dengan lapisan batu yang tersusun secara alami sekitar 20 meter.  Sumber Airnya berasal dari sebuah sungai dengan lebar sekitaran belasan meter. Debitnya lumayan deras, apalagi jika musim hujan. Pemandangan yang menakjubkan mseolah-olah mebuai kita dan mengajak kita berlama-lama untuk disini, jepret sana dan sini, merupakan aktivitas paling menarik. 
Grufie dengan latar belakang Air Terjun Parangloe
Pokoknya lokasi ini sangat mendukung bagi pencinta fotografi, takkan ada bosannya untuk menjepret air terjun dipadukan dengan hijaunya hutan dan birunya langit, kombinasi yang sangat unik. Jika debit tidak terlalu besar kitapun bisa mandi menikmati pijakan air terjun, hari itu Aswan dan Fachry memutuskan untuk mandi, kami hanya berjepret ria. Jika mandi disini kita harus berhati-hati karena terkadang air bah datang secara tiba-tiba. sehingga ada baiknya memperhatikan tanda-tanda alam, misalnya air yang mulai keruh, atau awan yang mendung di daerah hulu, sebaiknya menpi untuk menghindari hal yang tidak-tidak. Berhubung cuaca mendung hari itu Aswan dan Fachry mandi cuma 10 menitan. 18 Mei 2014 kemarin, Air TerjunCantik ini kembali menelan 6 korban, namun 3 diantaranya berhasil selamat, sementara 3 orang lainnya tak tertolong lagi. Tetapi jangan khawatir selama kita menaati dan mematuhi himbauan di papan pengumuman, dengan Izin Tuhan kita pasti selamat. 

Karena hari ini yang akan kita rindukan




Nah disinilah pentingnya kita membaca papan pengumuman yang terpajang setinggi 3 meter sebelum masuk di lokasi Air Terjun Parangloe. Selain itu ada baiknya kita melapor kepetugas PT Inhutani jika ingin memasuki kawasan Air Terjun Parangloe. Jika perlu minta tolong pada petugas untuk diantar, mereka tidak mematok tarif tertentu. Karena merekalah yang lebih paham mengenai situasi dan kondisi disini. 

Tak cukup kata untuk mengungkapkan kepuasan kami
Setelah puas bercengkrama dengan Air Terjun Parangloe, dan jarum jam menunjukkan pukul stengah 3 sore, kamipun berkemas untuk meninggalkan Si Cantik Parangloe yang tersembunyi di balik hutan ini. perjalanan kami lanjutkan setelah pamitan kepada dua orang bapak yang berbaik hati mengantar dan mendampingi kami. Tak lupa kami memberi ucapan terima kasih kepada bapak. Dengan selembar cerita baru, kami berdelapan menuju Makassar dengan perasaan puas. 

Foto Bersama dengan latar Air Terjun Parangloe sebelum pulang
Echa, Mely, Amir, Saya, Sabri, Fachry dan Aswan
yang motoin Wawan
Hingga kini tempat ini belum masuk kategori wisata umum untuk keluarga, dikarenakan kondisi medan yang tidak menunjang, Tetapi bagi mereka sang pencinta petualang, fotografi, dan backpacker sejati, ini adalah SURGA. 


NB : Tulisan ini sebagai catatan perjalanan saya bersama teman-teman di Air Terjun Parangloe, pada tanggal 06 April 2014. 

__ achyie sabang__ 
Makassar