Sabtu, 23 Agustus 2014

MENGEJAR PARADE SUNSET DI PANTAI PUNAGA

Selasa 27 Mei 2014, bertepatan dengan hari libur nasional Indonesia, memperingati Isra dan Miraj Nabi Besar Muhammad SAW. Seperti biasa jauh hari sebelum hari libur sudah ada beberapa planning untuk trip sehari. Dan pada hari itu, sebuah pantai menjadi alternative kami, namanya Pantai Punaga. Mungkin agak asing, tetapi pantai ini pernah menjadi tempat shooting film Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck yang dibintangi oleh si ganteng Herjunot Ali dan si Cantik Pevita Pearch. Pantai Punaga Terletak di Desa Punaga, Kecamatan Mangngarabombang, Kabupaten Takalar. Terletak di sebelah Selatan Kota Makassar, kira-kira kurang lebih 60 KM, dengan kondisi jalan yang tergolong lumayan bagus, jika tidak macet bisa ditempuh dalam waktu lebih kurang 1 stengah jam. 

Hari itu saya dan teman-teman rencananya berangkat pagi, sekitaran pukul 09.00 pagi. Hari itu kami berdelapan, Asty, Mely, Aswan, Echa, Sabri, Pati, Abhy dan Saya yang fix untuk ngetrip. Dengan modal Duit 70.000 per orang kita siap menikmati Pantai Punaga. Diantara berdelapan, tidak ada satupun yang pernah mengunjungi tempat ini. Pokoknya tempat yang baru lah, hanya bermodalkan maps di Tablet saya dan googling sebelumnya. Meski trip molor sampai pukul 2 siang, kami tetap semangat. Trip molor karena si Asty ada keperluan pagi itu sampai pukul 12.00 siang.

Paty // Mely // Echa // Sabri // Asty // Abhy // Aswan

Pukul 2 siang, kami sudah berkumpul di rumahnya Aswan, dijalan Wijaya Kusuma Raya No. 19 Makassar. Setengah jam setelahnya, semua personel sudah duduk cantik dan duduk tampan di tempat masing2, kamipun cus menuju arah selatan. Stir dikendalikan oleh Abhy, kamipun menikmati perjalanan ini dengan saling bercanda dan tertawa. Hampir sejam perjalanan kami sudah memasuki Kabupaten Takalar.

Aswan // Sabri // Asty // Abhy // Mely // Echa 

Tebing Pantai Punaga

Saya sudah mengutak-atik Samsung Tablet yang saya bawa untuk mencari petunjuk perjalanan, dimana kami harus belok atau kami harus belok kemana. 15 menit selepas Kota Takalar di Poros Takalar – Jeneponto, Habibi membelokkan mobil hitam yang kami rental ke arah kanan. Di situ kami disambut oleh sebuah gerbang, saya lupa apa tulisan di Gerbang tersebut. Pantai Punaga dari Gerbang tersebut masih sekitaran 12 KM.

Bercengkrama sambil menunggu matahari terbenam

Petualangan dimulai. Kami disuguhkan dengan pemandangan yang membuat kami berdecak kagum, yang membuat kami tak henti-hentinya memuji kebesaran Tuhan. Sesungguhnya Tuhan Maha Indah dan Mencintai Keindahan. Di sebelah kiri jalan, kami disuguhkan dengan pemandangan lahan yang ditumbuhi rerumputan dan dijadikan tempat pengembalaan sapi dan kuda, itu membuat kami seolah-olah ada di Flores atau di Afrika. Sedangkan di sebelah kanan, kami disuguhkan dengan birunya laut yang menyatu dengan kaki langit. Pemandangan yang maha sempurna. Kami tak henti-hentinya memuji keMahaBesaran Tuhan.

Menikmati angin sepoi-sepoi khas pinggir pantai

Perjalanan 12 KM tak terasaa hingga kami memasuki Desa Punaga, kembali saya mengutak-atik samsung tablet di tangan saya, Lokasi Pantai Punaga tidak jauh lagi. Sekitar 5 menit, Abhy memarkirkan mobil di Sebuah tanah lapang,
SELAMAT DATANG DI PANTAI PUNAGA, SETITIK SURGA DI SELATAN SULAWESI

Mungkin dia lagi galau

Kami hanya bisa bengong dan takjub melihat keindahan yang Tuhan desain di Bumi Takalar ini.Kegiatan berenang di pantai ini, agak-agak tidak layak, karena banyak komoditi rumput laut. Selain itu pantainya lumayan dangkal, mungkin karena pengaruh surut. Tetapi justru itu yang kami suka, kami memang hanya mengejar spot foto dan incaran kami adalah sunsetnya. 

Menikmati apa yang alam sajikan untukku

Oh iyya, sekedar saran, jika ingin jalan-jalan di Pantai Punaga, silakan bawa bekal sebanyak-banyaknya, Karena disini tidak ada penjual ataupun warung kaki lima. Saking asiknya berfoto ria, tak terasa sunset sudah di ambang mata. Dan lagi-lagi kami hanya bisa takjub dan bengong. 
WAWWWWW PERFECTOZZZHHHHHHH. 


ARIEL KW SUPER lagi berpose

Setelah menikmati sunset, kamipun berkemas untuk meninggalkan Pantai Punaga, kami bahagia, kami senang, kami puas, dan selembar kisah kembali kami tulis dalam lembar perjalanan kami. 45 Menit meninggalkan pukul 18, Abhy memacu si Hitam menuju Kota Makassar, kembali ke rumah masing-masing. Tetapi kata Aswan yang dulu KKN di Takalar, tidak afdol ke Takalar kalau tidak mencicipi Bakso Raksasa khas Takalar. Setibanya di Takalar sesuai arahan Aswan kamipun menuju sebuah Warung Bakso, lumayan ramai. Dan rasanya hmmm bikin lidah bergoyang.
Kami puas, kami bahagia, kami senang dan tentunya kami Kenyang. Selanjutnya kami menuju Makassar dengan segala rasa bahagia di hati, dan tentunya kita punya foto yang bisa di pamer. Hahahhahahahahah  


PARADE SUNSET 









SILUET





Terima Kasih Punaga, Terima kasih Tuhan atas segala Keindahan Maha dahsyat-Mu. Terima kasih Para Pahlawanku yang telah merebut Indonesia dari tangan para penjajah, dan kini saya sadar bahwa kalian berjuang untuk merebut kemerdekaan Indonesia, karena kalian ingin mewariskan negeri yang maha indah ini kepada kami, karena kalian ingin membuat kami menikmati Indahnya Negeri ini dengan rasa aman, tanpa takut akan bom bardir, tanpa akut akan suara tembakan. Sekali lagi terima kasih para Pahlawanku. Terima kasih Indonesiaku, 

Sebelum Pulang, mari kita mengabadikan moment ini

Saya Mencintai Indonesia dengan sepenuh Ragaku, Indonesia Indah, jangan biarkan dirimu galau dan terbelenggu. Mari kita menikmati Keindahan alam dan budaya Indonesia.