Kamis, 06 November 2014

Pulau Kodingareng Keke, Journey To Heaven


Hai apa kabar? Jumpa lagi bersama saya Achyie Sabang, semoga semua senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin. Kesempatan kali ini saya akan mereview perjalanan saya bersama 6 orang sahabat saya dan 3 orang teman baru saya di Pulau Kodingareng Keke, perjalanan ini kami lakukan pada hari Minggu kemarin, tanggal 02 November 2014. 
Sebelum berangkat, photo selfie dulu di Dermaga.

Di atas perahu
Di atas perahu
Kodingareng Keke, merupakan satu nama Pulau cantik yang masih termasuk di wilayah perairan kota Makassar. Nama ini sudah tidak asing lagi di telinga saya, pertengahna bulan Agustus lalu, saya berkunjung ke pulau tersebut. Jadi saya tidak membahas panjang lebar mengenai pulau ini lagi. Karena saya sudah bercerita mengenai Pulai ini panjang lebar pada postingan saya sebelumnya.
Tiba dengan selamat di Pulau Kodingareng Keke, Pantainya keren.
Minggu pagi, kami sudah berkumpul di rumahnya Aswan, seperti biasa tempat kami berkumpul kalau mau ngetrip. Saya, Aswan, Echa, Abhy, Fachry, Wawan, Asty, Ciwi (teman baru kami, teman sekantor Asty) berbarengan berangkat menuju dermaga samping Popsa. Namun perjalanan kami terpisah di Jalan Veteran, Aswan, Asty dan Echa mengambil jalur Monginsidi, sementara saya, Fachry, Aby, Ciwi dan Wawan mengambil jalur Sungai Saddang. Kami terperangkap macet yang diakibatkan adanya jalan santai memperingati hari Jadi Kota Makassar yang ke 407 yang jatuh pada 09 November 2014 mendatang. Setelah berkutat mencari jalan tikus, akhirnya kami sampai juga di dermaga samping Popsa. Didit dan Ria ( teman kantor Asty) sudah sedari tadi menunggu ternyata disini. Setelah motor-motor yang kami gunakan sudah terparkir rapi, kami berjalan beriringan menyusuri dermaga yang panjangnya kira-kira kurang lebih 30 Meter. Di pinggir dermaga tersebut sudah terparkir perahu yang akan kami tumpangi. Mengenai perahu ini, kami tidak perlu sibuk mencari lagi bahkan tawar menawar, karena ini sudah perahu langganan saya yang sering mengantar saya jika ingin menyebrang, baik ke Pulau Samalona ataupun Pulau Kodingareng Keke, dan mungkin pulau-pulau yang lain lagi insha Allah, Aamiin. 
Pantai pasir putih, air yang jernih, birunya langit.
salah satu sudut Pulau Kodingareng keke
Narsis dulu, mengabadikan setiap moment terindah kebersamaan kami.


Sesungguhnya Surga itu adalah menikmati hal-hal yang indah bersama Sahabat.

Mentari  belum terlalu tinggi, sinarnya masih menghangatkan, satu persatu, kami menaiki perahu yang sudah tertambat. Setelah semuanya sudah duduk dengan posisi yang aman dan nyaman, maka perjalanan membelah lautan Makassar di mulai. Cerita, selfie dan bercanda menjadi hal wajib bagi kami jika bepergian. Dari cerita-cerita lepas, saya baru tahu kalau Ria dan Ciwi untuk pertama kalinya jalan-jalan ke pulau, mereka pun tidak tahu dimana itu Pulau Kodingareng Keke. Pearhu melaju, melewati pulau Lae-Lae, lautan yang masih tenang, membuat perjalanan berjalan lancar.  Pulau Samalona samar-samar sudah nampak di depan. Setengah jam perjalanan dari dermaga Makassar, perahu sudah merapat di pinggir Pulau Samalona.
Selamat datang di Pulau Kodingareng Keke, Swangger... 
Harus Foto disini, supaya ada bukti bahwa pernah kesini, Harus.
Sudah menjadi hal biasa jika kita akan berkunjung ke Pulau kodingareng Keke, sebelumnya harus transit di Pulau Samalona, atau bahkan biasa transit di Pulau Lae-Lae. Di pulau Lae-Lae, biasanya perahu transit untuk mengambil BBM, atau kepentingan lainnya. Sedangkan jika di Pulau Samalona, kepentingan transit adalah untuk menyewa alat snorkling untuk di pakai di Pulau Kodingareng Keke nantinya, biasanya juga untuk berbelanja kebutuhan yang lupa dibawaserta dari Makassar. Pulau Kodingareng Keke tidak berpenghuni, jadi keperluan harus dibawaserta. Baik alat untuk snorkle atau bahan makanan dan minuman. Karena waktu berkunjung kami yang jatuh pada hari Minggu, sehingga sewa alat snorkling juga naik, biasanya jika hari biasa bukan hari libur, sewa hanya 50.000, tetapi karena hari libur sewa menjadi 60.000 untuk satu setnya. Satu set terdiri dari kacamata snorkle, sepatu/kaki katak dan pelampung. 
Asty chan bersama Patrick


Patrick and Me

Patrick, Asty dan Bruno Mars nyasar
Berbekal 10 kacamata snorkle, 2 kaki katak, 8 sepatu dan 6 pelampung perjalanan dilanjutkan menuju pulau Kodingareng Keke. Fachry, Sabri, Wawan dan Echa memilih tidak memakai pelampung, mereka pintar berenang. Lautan yang tenang, cuaca yang cerah dan hembusan angin yang semilir membuat perjalanan ini semakin menyenangkan. Dari kejauhan Pulau Kodingareng Keke sudah kelihatan, meskipun bentuknya hanya mirip gundukan. Perahu semakin menjauh dari Pulau Samalona, sebaliknya Pulau Kodingareng Keke semakin dekat dan sudah jelas kelihatan. Semakin dekat, nampak beberapa tenda yang masih berdiri, dan beberapa orang sedang bermain dipinggir pantai. Ada juga yang sedang asyik berfoto di dermaga. Karena kondisi yang tidak memungkinkan, air yang sangat dangkal, maka pendaratan dilakukan di belakang pulau, di pinggir pantai yang semuanya adalah pasir putih. 
Wa-One

Tuhan Maha Indah dan mencintai keindahan,

Sabri

Satu persatu turun dari perahu. Barang bawaan pun sudah tidak ada yang tersisa di perahu. Tukang perahunya pun pamit untuk kembali menjemput penumpangnya yang akan menuju kesini juga. Seperti biasa tidak afdol mengunjungi tempat baru jika tidak berfoto-foto, pasang gaya, cari latar yang bagus, siapkan fish eye dan tongsis, jepret jepret jepret. Dari 10 orang, hanya saya yang sudah menginjakkan kaki untuk keduakalinya di pulau ini. Bagi mereka semua ini kali pertamanya untuk menginjakkan kakinya di Pulau Kodingareng Keke. Puas berfoto dengan berbagai gaya dan beberapa sudut yang latarnya menawan, kami menuju ke tengah-tengah pulau. Di tengah-tengah pulau sudah ramai, beberapa tenda masih berdiri kokoh. Setelah mendekat ternyata satu rombongan merupakan rombongan anak UKM Hockey Unhas, beberapa orang yang kami kenal yang tak lain adalah senior dan junior di Jurusan Mesin fakultas teknik Unhas Makassar. Rombongan lain yang takkalah ramai adalah satu rombongan yang sekitaran 30 orang. Belakangan saya tahu jika mereka adalah rombongan Jalan-Jalan Seru Makassar yang lagi camping setelah sukses menggelar ajang Makassar Traditional Game festival. Di tengah pulau ada beberapa pohon yang tinggi, saya tidak tahu apakah itu pohon Pinus ataukah pohon Cemara Laut, apapun namanya, menjadikan Pulau Kodingareng Keke menjadi teduh. Pucuk dicinta ulam tiba, salah satu balai-balai masih kosong, semua barang-barang kami simpan di balai-balai tersebut. 
Snorkling seru.
Teriknya sinar matahari tak menghalangi kami untuk bersnorkling.

Kami menuju pinggir pantai yang tidak begitu dalam untuk kegiatan snorkling setelah ajang sapa-sapaan selesai. Awalnya Ciwi tidak mau karena takut, katanya dia tidak bisa berenang. Tetapi setelah dibujuk, akhirnya dia melunak untuk ikut snorkling kecil-kecilan. Keindahan bawah lautnya yah lumayanlah, dengan kedalaman 1 meter saja kita sudah bisa melihat ikan nemo dan ikan berwarna-warni lainnya. Tetapi sayang seribu sayang diantara kami bersepuluh tak satu orang pun yang membawa kamera bawah air. Setelah puas menikmati areal tersebut, saya menepi, memilih untuk naik beristirahat di tengah pulau. Disini saya berbincang-bincang dengan rombongan anak Hockey, tidak lama kemudian, datang rombongan sekitar 20 orang lebih, lupa apa nama komunitasnya, tetapi mereka komunitas backpacker juga dari Makassar. Perbincangan semakin hangat karena mebahas masalah keindahan alam Indonesia.  Saking asiknya berbincang-bincang dengan dia, yang belakangan saya tahu dia bernama daniel, tidak terasa sudah pukul 10 lebih. Teman-teman saya yang lain sudah menpi juga, capek katanya. Sembari mereka beristirahat saya menelpon Tukang perahu yang sedari 2 jam yang lalu tetapi tidak kembali-kembali, saya minta untuk diantar ke spot snorkling yang kira-kira berjarak 100-150 meter dari tepi pulau. Kurang lebih 30 menit Tukang perahu dan tentunya perahunya datang kembali. Saya melenggang hanya membawa pelampung dan alat snokling saja, sementara yang lain masih sibuk dengan barang-barangnya masing-masing. Saya pikir kami masih akan kembali ke pulau setelah snorkling. Ternyata keputusan mereka dari snorkling langsung pulang, nanti di Pulau Samalona baru berganti pakaian.

Asty Chan dan bintang laut birunya
Echa
Ria
Ciwi
Setelah semua naik di perahu beserta barang bawaannya, Tukang perahu menyalakan mesin menuju ke spot snorkling. Dari atas saja sudah nampak keindahan karangnya. Jarum jam di arloji Asty menunjukkan pukul stengah 11 siang, sebelum bersnorkling kami memutuskan untuk menikmati nasi kuning yang kami bawa dari daratan Kota Makassar. dengan budget 10.000 per porsi, ini termasuk murah, nasinya banyak dan lauknya juga enak, tetapi kalau kelaparan dan di tengah laut, apapun itu terasa enak. Hahahahaha. Ria, Asty, Didit, Abhy masih makan, saya masih siap-siap, Aswan, Wawan, Echa dan Fachry sudah nyemplung duluan. Dengan mengumpulkan segenap keberanian dan keyakinan bahwa semuanya akan baik-baik maka sayapun juga ikutan nyemplung. Tentunya dengan sudah berpakaian lengkap dan siap untuk bersnorkling. Mulut saya seolah terkunci setelah saya memasukkan muka saya kedalam air. Satu kata yang sempat saya ucap “Subhanallah” hanya itu yang bisa saya ucapkan sembari berdecak kagum menyaksikan keindahan bawah laut Pulau Kodingareng Keke. Karang yang cantik dan kokoh bercabang-cabang, ikan-ikan beraneka warna, dan beraneka jenis, bintang laut yang berwarna biru yang sangat kontras dengan putihnya dasar laut. 
Fachry, 
Didit

Pengalaman pertama bersnorkling, ngapung di permukaan laut yang dalamnya 3 meter.

Paus terdampar, Gajah ngapung, Badak Ngambang, saya tidak peduli omongan mereka,
sensainya luar biasa, pokonya rasanya kayak terbang.

Sungguh ciptaan Tuhan yang maha sempurna, tetapi sayang beribu sayang kami tdak membawa kamera underwater, sehingga keindahannya hanya bisa kami abadikan dalam ingatan saja. Yang paling menarik adalah rombongan ikan berwarna biru cerah yang datang menghampiri kami sseolah mengucapkan selamat datang bagi kami. Memang saya sudah keduakalinya berkunjung ke tempat ini, tetapi sebelumnya saya tidak snorkling. Teriknya ssinar matahari yang persis berada diatas kami tak menghalangi niat dan keseruan kami menikmati keindahan bawah laut perairan Pulau Kodingareng Keke. Dari sepuluh orang, hanya Ciwi tidak turun dengan alasan yang sama, tidak tahu berenang. Tetapi yang lain silih berganti naik di atas perahu, menemani Ciwi dan memotret kami. Tukang perahu bahkan ketiduran menunggu kami yang asyik bersnorkling. 
Kembali ke Makassar dengan pengalaman yang baru dan sejuta cerita indah.

Tanpa kami sadari jam sudah menunjukkan stengah 2 siang, artinya kami terombang ambing sudah lebih 2 jam. Saya memutuskan untuk naik ke perahu, baru pada saat ingin naik ke perahu saya merasakan cape yang terlalu, sampai-sampai tenaga di lengan saya habis. Sekitar 5 menit berusaha untuk naik keatas perahu akhirnya saya berhasil naik.  Saya langsung tepar di atas perahu, tenaga saya habis, bukan hanya saya, yang lain pun demikian, kecuali Echa, basicnya memang anak pencinta alam, tidak mudah lelah dan banyak tenaganya. Setelah semuanya naik diatas perahu dengan kondisi basah kuyup, Tukang perahu pun menarik naik jangkarnya. Mesin mulai menderu, perahu perlahan meninggalkan perairan pulau Kodingareng Keke. Saya hanya terdiam sembari memejamkan mata sambil menikmati angin laut yang sepoi-sepoi membelai muka saya. Semakin lama Pulau Kodingareng Keke semakin mengecil, sebaliknya pulau Samalona semakin terlihat jelas. Sesampainya di Pulau Samalona kami semua bergegas turun, saya langsung memintai ongkos kepada mereka untuk ongkos perahu, bayar uang sewa peralatan snorkling dan mengenbalikan uang Asty yang dipakai untuk membeli Nasi Kuning. Alat snorkling sudah terkumpul, total sewanya 580.000. Biaya perahu 600.000, biaya makan siang 140.000. dengan biaya 150.000 per orang masih ada uang 30.000 yang tersisa. 

Karena manisnya hidup kita yang tentukan, terima kasih sahabat.
Aktivitas di Pulau Samalona sudah selesai, mereka sudah berganti pakaian kecuali saya yang semua pakain saya basah karena kena air di perahu. Sekarang saatnya melanjutkan perjalanan pulang ke daratan pulau Sulawesi. Sekitar stengah jam terombang ambing di tengah lautan akhirnya perahu tertaambat di dermaga. Kami pun turun satu persatu dengan rasa bahagia yang tidak bisa kami ungkapkan dengan kata-kata. Tidak peduli kulit kami yang menghitam, pokoknya kami bahagia, kami senang dengan pengalaman yang baru.

Bidadari Cantik yang menjadikan perjalanan ini semakin manis
Aku mencintai Indonesia, Indonesia adalah Surga, tak perlu ke negara orang untuk menikmati Surga karena negara kami adalah Surganya DUNIA.. Saya Cinta Indonesia.
Pulau Kodingareng Keke, Journey To Heaven.
Terima kasih sahabat, Asty, Ria, Ciwi, Aswan, Wawan, Sabri, Echa, Fachry dan Didit.

Terima Kasih yang tak terhingga kepada Allah SWT. Tuhanku, Tuhan yang maha Indah dan sangat mencintai keindahan, 
Terima kasih kepada Muhammad SAW, junjunganku, nabiku yang membawa Rahmat bagi seluruh alam. 
Terima kasih orang Tuaku, Alm ayahanda, dan Ibundaku tercinta yang melahirkan dan mebawaku melihat indahnya Dunia ini, khususnya Indonesia.
Terima kasih untuk Alam Indonesia yang sangat Indah 
Terima kasih para pahlawanku, yang memerdekakan negara ini, yang menjadikan kami bisa menikmati indahnya Indonesia dengan damai dan aman.

Alhamdulillahirabbil Alaamin. #WonderfulIndonesia

|| Achyie Sabang - 06 November 2014 ||