Selasa, 11 Agustus 2015

Toraja Utara: Rante Kalimbuang dan Kete Kesu

Kabupaten Toraja Utara, merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang memiliki banyak objek wisata. Kete Kesu dan Rante Kalimbuang merupakan dua dari sekian banyak obyek wisata yang dimiliki Kabupaten Toraja Utara. 
Rante Kalimbuang, terletak di Desa Bori, Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. berjarak sekitar 5 KM sebelah utara dari pusat Kota Rantepao, ibukota Kabupaten Toraja Utara. Dengan menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit dari Kota Rantepao untuk sampai ke Rante Kalimbuang. Rante Kalimbuang atau orang biasa menyebutnya denga Bori Kalimbuang merupakan salah satu obyek wisata dengan panorama deretan menhir meghalitikum yang jumlahnya puluhan, bahkan mungkin mencapai seratusan. Rante dalam bahasa Toraja yang berarti lapangan atau tanah datar, sedangkan Kalimbuang  sendiri saya tidak paham apa artinya, mungkin ada kaitannya dengan kata Simbuang yang berarti menhir. Mungkin saja memang ada kaitannya, karena menhir-menhir ini terletak di sebuah lapangan yang rata. Letak menhir ini tidak beraturan, begitupun ukurannya, ada yang besar, ada yang kecil, ada yang pendek dan adapula yang tinggi menjulang. Di sekitar lapangan tempat menhir ini terdapat beberapa rumah-rumah tongkonan, ada yang besar ada yang sedang dan adapula yang kecil, saya tidak mengerti apa makna di balik ukurannya.Saat saya berkunjung, tempat inio sangat sepi, hanya ada seorang ibu yang bertugas di loket karcis, yang setelah melayani saya dan teman-teman saya langsung tidur kembali. Karena tidak ada nara sumber yang bisa saya tanya-tanya, maka muncullah beberapa tanya di benak saya. Untuk apa menhir ini dibuat?, apa makna dari ukuran menhir ini yang beragam, bagaimana prosesi pembuatan menhir ini sampai makna dari ukuran Tongkonan yang ada di samping rante. Puas berfoto dan menikmati kenangan, eh salah maksudnya ketenangan, saatnya jalan-jalan menuju ke Kuburan Batu yang ada di bukit di belakang Rante Kalimbuang. Sekitar 30 meter dengan kondisi jalan menanjak saya dan teman-teman saya tiba di sebuah kuburan batu besar, mungkin berdiameter belasan meter, saya tidak tahu ukuran pastinya. Lumayan seram dan ngeri, sudah sepi di tengah hutan pula, untung tidak bertemu dengan mantan, maka bisalah berfoto sampai puas. Melihat dari tulang belulang dan tengkorak di satu sisi kuburan batu ini, kayaknya sudah digunakan dari puluhan tahun, masalah ketepatannya saya tidak tahu, saya bukan ahli geologi ataupun ahli forensik. Kuburan batu ini juga sudah tidak digunakan, mungkin karena sudah penuh, atau mungkin saja karena sudah move on atau berpindah kelain hati. Hari sudah sore, sedikit lagi memasuki waktu ababil menggalau, saatnya move on dari sini, kita menuju ke Kete Kesu. 







Kete Kesu, jika dibaca dengan versi bahasa toraja maka pengucapannya Ke'te' Ke'su. Kete Kesu merupakan salah satu obyek wisata yang namanya sudah tidak asing lagi bagi para pelancong, baik pelancong lokal, nasional maupun internasional, semuanya berakhiran huruf L, mungkin ada hubungannya dengan Al, El dan Dul. Berlokasikan 4 KM sebelah tenggara atau sekitar 10 menit dari Kota Rantepao. Kete Kesu terletak di kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Kabupaten Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Tidak begitu sulit untuk sampai di tempat ini, naik ojek pun bisa, Karena masih terletak di pinggiran jalan poros kecamatan yang menghubungkan desa ke desa lain. Kete Kesu dengan panorama rumah tongkonan dan lumbung padi yang berjejer tidak pernah sepi dari pengunjung, apalagi jika musim liburan atau akhir pekan, pasti ramai. Kawasan Wisata Kete Kesu, buka dari pukul 08.00 pagi dan tutup pukul 16.00 sore, tetapi jika musm libur atau akhir pekan biasa buka sampai jam 18.00. Hampir lupa, Tongkonan atau Rumah Tongkonan merupakan nama rumah adat atau rumah tradisional milik Suku Toraja. Tongkonan terpilih mewakili rumah adat untuk Sulawesi Selatan, ingatkan pelajaran IPS waktu SD, nama rumah adat dari Provinsi Sulawesi Selatan, adalah rumah Tongkonan. Mungkin karena keunikan bentuknya sehingga terpilih mewakili Sulawesi Selatan, mengalahkan rumah adat Bugis, Mandar dan Makassar. Mengenai deskripsi atau penggambaran rumah Tongkonan cari saja di Wikipedia, yang jelas atapnya mirip perahu, ujungnya depan belakang menjulang melengkung ke atas, biasanya terbuat dari bambu yang dipotong-potong kemudian disusun berlapis-lapis sehingga tidak tembus hujan. Di depannya dipasang sebuah tiang yang ujungnya menyentuh atap, tiang ini untuk menyimpan atau menempel tanduk kerbau, semakin banyak tanduk kerbaunya artinya penghuninya suka berpesta, pestanya bukan di bar atau club malam yah, tetapi pesta kematian, pestanya juga dilakukan pada siang hari. Selain panorama tongkonan, Kete Kesu juga memiliki kuburan batu, sekitar seratus meter di belakang kompleks tongkonan. Ini adalah kunjungan saya yang ketiga kalinya ke Kete Kesu, tetapi jika mengunjungi kuburan batu saya tidak pernah tuntas, pasti hanya sampai di depan goa yang diberi pagar besi, entah mengapa, mungkin karena saya masih ingin kembali kesana lagi. Nah bagi kalian yang biasa dimintai oleh-oleh atau cendra mata khas Toraja, maka Kete Kesu adalah tempat yang tepat untuk berburu oleh-oleh. Kenapa?, ih kepo deh, pakai tanya-tanya segala, hehehehheeh (intermezzo). Kenapa?, karena di Kete Kesu merupakan sentra penjualan oleh-oleh khas toraja, mulai dari tas, miniatur tongkonan, miniatur tedong bonga, ukiran toraja, baju toraja, sampai kain tenun khas toraja semuanya ada disini, lengkap. Bocoran buat kalian yang suka membanding-bandingkan harga antara di Kete Kesu dengan di Pasar Rantepao, di sini di Kete Kesu lebih murah. Mau tahu lagi kan alasannya kenapa lebih murah?. Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor, barang yang di jual di kios-kios di Kete Kesu, di produksi sendiri, belum berpindah tangan, ongkos produksinya masih sedikit sebatas bahan baku saja, nah kalau di pasar sudah berpindah tangan dan sudah ada kena biaya tambahan yaitu biaya akomodasi, biaya pajak dan biaya lainnya, mungkin jatah preman juga masuk. Bocoran tersebut saya dapat dari perbincangan dengan seorang bapak ketika saya istirahat di bawah lumbung padi sambil menunggu teman saya berburu oleh-oleh.Sebelum pulang saya sok-sok berterima kasih kepada Beliau menggunakan bahasa Toraja " Kurru' Sumange' yah Oom", beliau tersenyum lalu berkata " yang benar itu bukan Kurru' Sumange', tetapi yang benar adalah Kurre' Sumanga'". "Kurre' Sumanga' yah Oom, saya pulang dulu". Begitulah percakapan penutup saya dengan beliau.









Kabupaten Toraja Utara bukan hanya tentang Rante Kalimbuang dan Kete Kesu, masih banyak obyek-obyek wisata lainnya. Tidak percaya? makanya datang ke Toraja Utara, masa kamu Orang Indonesia, kalah oleh orang luar negeri, hehehehhe. Kalau mau enak, rute terstruktur, sebelum mengeksplore Toraja Utara ada baiknya berkunjung ke Kantor Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Toraja Utara, beralamat di Jalan Ahmad Yani nomor 62 A Kota Rantepao. Staffnya baik dan ramah, dengan sabar mereka akan menjelaskan obyek-obyek wisata andalan Toraja Utara, selain itu mereka juga akan memberi tahu yang mana tempat searah. Hari Sabtu tetap buka, saya tidak tahu kalau hari Minggu, soalnya waktu itu saya datangnya hari Sabtu. Kalau mau tahu kebenarannya buka atau tidak jika hari Minggu, mungkin bisa berkunjung pas hari Minggu, tuntas kan. Terakhir, jika mengunjungi Obyek Wisata, sebaiknya jangan meninggalkan sesuatu selain jejak, bawa pulang sampahmu, apalagi PACAR atau PASANGAN. Jangan membunuh sesuatu selain waktu, tumbuh-tumbuhan dan hewan jangan di bunuh, apalagi MANTAN PACAR. Jangan mengambil sesuatu selain gambar, tengkorak dan tulang-tulangnya jangan diambil, apalagi yang namanya mengambil PACAR atau PASANGAN ORANG, itu sangat tidak boleh.

Kurre' Sumanga'

Toraja Utara, 30 Mei 2015

__Achyie Sabang__

Tidak ada komentar:

Posting Komentar